PBB Desak Negara-negara Setop Penggunaan Bahan Bakar Fosil di COP28


Jakarta, CNN Indonesia —

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP28 mulai digelar hari ini, Kamis (30/11) di Dubai, Uni Emirat Arab. Salah satu isu utama dalam gelaran KTT iklim ini adalah desakan untuk segera menyetop penggunaan bahan bakar fosil.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan tuan rumah Uni Emirat Arab mengatakan konferensi ini bakal menjadi yang terpenting sejak perjanjian Paris 2015, ketika negara-negara sepakat membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius sejak era pra-industri, dan lebih baik lagi pada batas yang lebih aman, yakni 1,5 derajat Celsius.

Menjelang pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan konferensi ini harus bertujuan untuk “penghentian total” bahan bakar fosil.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jelas, saya sangat mendukung rumusan yang mencakup penghentian penggunaan bahan bakar fosil, bahkan dengan kerangka waktu yang masuk akal,” kata Guterres, mengutip AFP, Rabu (29/11).

Fokus utamanya adalah inventarisasi kemajuan dunia yang masih kurang dalam mengatasi pemanasan global, yang membutuhkan tanggapan resmi dalam konferensi ini.

“Saat ini, kita mengambil langkah-langkah kecil di mana kita seharusnya mengambil lompatan besar dan langkah besar untuk membawa kita ke tempat yang seharusnya,” kata kepala iklim PBB, Simon Stiell.

Dalam konferensi ini, negara-negara diharapkan secara resmi menyepakati peluncuran dana “loss and damage”untuk memberikan kompensasi kepada negara-negara yang rentan terhadap krisis iklim. Namun, ini masih harus dilengkapi, karena negara-negara kaya didesak memberikan kontribusi agar dana tersebut dapat mulai mengalir.

UEA menganggap mereka dapat menjadi jembatan antara negara-negara maju yang paling bertanggung jawab atas emisi historis dan negara-negara lain di dunia, yang tidak terlalu banyak berkontribusi terhadap pemanasan global namun menderita akibat terburuknya.

Namun keputusan untuk menjadi tuan rumah telah mengundang badai kritik, terutama setelah penunjukan Sultan Al Jaber -seorang pimpinan perusahaan minyak raksasa UEA, ADNOC- sebagai presiden COP.

Kekhawatiran soal konflik kepentingan kembali muncul menjelang COP28 ketika Jaber dituduh menggunakan jabatannya sebagai presiden untuk mengupayakan kesepakatan bahan bakar fosil dalam pertemuan-pertemuan dengan berbagai pemerintah. Meski begitu, Jaber telah membantah tuduhan yang tersebut.

Guterres mengatakan bahwa Jaber berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengatakan kepada industri minyak bahwa “solusi masalah iklim membutuhkan penghapusan bahan bakar fosil” daripada “jika dia adalah anggota LSM dengan catatan pro-iklim yang sangat solid.”

(tim/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *