Bing Sempat Anggap Australia Negeri Khayalan


Jakarta, CNN Indonesia —

Mesin pencari milik Microsoft, Bing, tak memunculkan hasil pencarian Negara Australia saat ditanya soal keberadaan Negeri Kanguru itu.

Hal tersebut berdasarkan hasil pencarian Bing untuk beberapa pengguna, Rabu (22/11). Saat itu, mesin pencari Microsoft itu mengutip teori konspirasi internet yang telah lama menyangkal keberadaan negara tersebut.

Beberapa pengguna asli Australia di Bluesky dan Mastodon melaporkan bahwa ketika mereka mengetik “apakah Australia ada” di Bing. Mereka pun mendapatkan jawaban tegas “Tidak” yang tertulis di kotak teks sebelum hasil tautan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Bing menyangkal keberadaan Australia,” reporter teknologi Stilgherrian memposting di Bluesky pada hari Rabu (22/11), dikutip dari The Guardian.

Seorang pengguna menjawab, “Ini sejalan dengan teori konspirasi.” Yang lain bertanya, “Apakah itu berarti saya tidak perlu membayar tagihan?”

Beberapa orang mendapatkan hasil yang sama, sementara yang lain menemukan Bing membenarkan Australia memang ada.

Seorang pengguna menunjukkan bahwa menjalankan pencarian reguler dan pencarian AI menunjukkan Bing Chat bertentangan dengan hasil pencarian.

Hasilnya muncul dalam pencarian Bing biasa, bukan pencarian percakapan yang telah diintegrasikan Microsoft dengan kecerdasan buatan model bahasa besarnya (LLM). Jika pencarian menggunakan AI, Microsoft mengkonfirmasi keberadaan Australia.

“Ya, Australia adalah negara yang nyata,” jawab co-pilot Bing pada hari Kamis (23/11)

“Ini adalah negara berdaulat yang terdiri dari daratan benua Australia, pulau Tasmania, dan banyak pulau-pulau kecil.”

“Namun, ada beberapa teori konspirasi yang menyatakan bahwa Australia tidak ada. Teori-teori ini menunjukkan bahwa negara tersebut diciptakan oleh pemerintah Inggris sebagai alasan untuk mengeksekusi puluhan ribu tahanan. Teori-teori ini tidak benar dan telah dibantah oleh bukti ilmiah,” mengutip hasil pencarian The Guardian.

Saat dikonfirmasi, juru bicara Microsoft mengatakan masalah ini sudah diperbaiki.

“Terima kasih telah memberitahukan hal ini kepada kami. Kami telah menyelidiki pertanyaan ini dan telah meluncurkan perbaikan untuk mengatasinya.” katanya.

Sementara, The Guardian Australia tidak dapat meniru hasil pencarian reguler Bing pada Kamis.

Salah satu hasil pencarian Bing teratas merujuk pada artikel Guardian pada 2018 yang menyebutkan bahwa konspirasi yang hanya berupa lelucon telah beredar di media sosial yang bersumber dari forum Reddit pada 2017.

Sebuah postingan yang telah dihapus dan dibagikan 20.000 kali di Facebook pada saat itu mengklaim bahwa Australia adalah “salah satu hoax terbesar yang pernah dibuat.”

Namun, konspirasi tersebut dilaporkan sudah ada sejak 2006, ketika seorang pengguna di forum Flat Earth Society dilaporkan mengklaim bahwa segala sesuatu tentang Australia dibuat-buat dan setiap orang yang mengaku sebagai orang Australia adalah “agen rahasia pemerintah.”

[Gambas:Video CNN]

(rfi/arh)

Pakar Blak-blakan Soal Bentol Bekas Gigitan Nyamuk Wolbachia


Jakarta, CNN Indonesia —

Peneliti Pusat kedokteran Tropis UGM Riris Andono Ahmad menyebut tak ada yang berbeda dengan nyamuk yang memiliki bakteri Wolbachia dengan dan nyamuk tanpa Wolbachia, sehingga bentol akibat gigitan keduanya sama saja.

“Tidak ada yang berubah dari nyamuknya. Nyamuknya tidak menjadi nyamuk bionik, nyamuk transgenik. Yang terjadi adalah semacam blocking mekanik sehingga memang pada akhirnya dampak dari gigitan nyamuk ya sama saja,” jelas dia dalam diskusi yang digelar daring, Senin (20/11), dikutip dari Antara.

Riris menambahkan efek gatal yang dihasilkan nyamuk ber-Wolbachia masih sama seperti nyamuk lainnya. Namun, ketika nyamuk Aedes aegypti mengandung bakteri Wolbachia, gigitan tersebut tak lagi menularkan virus dengue yang menyebabkan demam berdarah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga membantah kekhawatiran bakteri tersebut bisa berpindah ke serangga lain, hewan atau manusia.

Ia mengatakan bakteri Wolbachia hanya bisa tinggal di dalam sel tubuh serangga, sehingga ketika keluar dari sel tubuh serangga maka bakteri tersebut akan mati.

“Misalnya ludah, ludah bukan sel jadi dia (bakteri) tidak akan bisa ada di ludah nyamuk. Ada mungkin di sel kelenjar ludahnya tetapi bakteri tidak bisa keluar dari sel sehingga ketika nyamuk menggigit manusia dia tidak bisa ditularkan ke manusia atau tempat lain,” terangnya.

Dalam acara yang sama, Peneliti Pusat kedokteran Tropis UGM Adi Utarini yang akrab disapa Uut menuturkan gigitan nyamuk Wolbachia bisa menyebabkan bentol atau tidak, sama seperti nyamuk pada umumnya.

“Saat menggigit manusia, maka efek sampingnya merupakan efek gigitan nyamuknya (bukan Wolbachia-nya) dan ini bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Ada yang bentol-bentol dan ada yang juga tidak,” tuturnya.

Selain itu, kata Uut, karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang memiliki Wolbachia sama dengan nyamuk Aedes di alam, termasuk dari sisi resistensi terhadap produk insektisida.

Ia menyebut nyamuk memiliki tingkat resistensi terhadap insektisida yang sama seperti nyamuk di alam.

Peneliti dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Adi Utarini mengatakan tidak ada kaitan antara radang otak Japanese Encephalitis dengan Wolbachia.

“Ternyata Japanese Encephalitis (JE) ini nyamuknya berbeda (Culex) dan penyakitknya juga berbeda. Tidak ada kaitannya dengan teknologi Wolbachia,” kata Uut.

Japanese Encephalitis (JE) merupakan salah satu penyebab utama radang otak akibat infeksi virus ensefalistis. Beberapa waktu lalu, JE dan Wolbachia menjadi perbincangan warganet di media sosial karena ada pendapat yang mengaitkan nyamuk ber-Wolbachia dapat menyebabkan JE.

Selain membantah Wolbachia menyebabkan JE, Uut juga menuturkan teknologi itu tidak terkait dengan kejadian filariasis atau penyakit kaki gajah.

“Wolbachia yang ada pada cacing yang menyebabkan filariasis itu berbeda jenisnya dengan Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti. Jadi Wolbachia ini bukan hanya satu jenis, tapi ada ribuan jenis,” tuturnya.

[Gambas:Video CNN]

(lom/dmi)

Cara Screenshot Panjang di WhatsApp tanpa Aplikasi di Android-iPhone


Jakarta, CNN Indonesia —

Ponsel pintar dilengkapi dengan fitur screenshot atau tangkapan layar yang dapat menangkap tampilan sesuai dengan ukuran layar.

Lantas bagaimana cara screenshot panjang di WhatsApp tanpa aplikasi? Caranya cukup mudah dan dapat dilakukan seusai jenis perangkatnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Screenshot panjang melebihi tampilan layar ponsel bisa digunakan untuk chat WhatsApp atau artikel panjang agar menjadi satu file.

Dengan demikian, chat atau artikel tidak terpotong menjadi beberapa bagian.

Cara screenshot panjang di WhatsApp tanpa aplikasi tambahan

Dikutip dari laman Laptop Mag, cara screenshot panjang di WhatsApp tanpa aplikasi dapat dilakukan di ponsel Android dan iPhone.

Caranya cukup dengan memanfaatkan tombol-tombol yang tersedia di ponsel baik itu Android maupun iPhone.

Cara screenshot panjang WhatsApp di Android

Berikut ini cara melakukan tangkapan layar ukuran panjang di WhatsApp tanpa aplikasi.

  1. Tekan tombol daya dan volume down atas secara bersamaan.
  2. Kemudian akan tampil pilihan Capture More di sebelah thumbnail screenshot yang sudah dilakukan.
  3. Setelah itu, pilih pilihan tersebut dan mulai scrolling layar hingga bagian yang ingin di-screenshot.
  4. Selanjutnya, pengguna dapat menambahkan catatan, menyimpan, atau membagikan hasil tangkapan layar panjang tersebut.

Cara screenshot panjang WhatsApp di iPhone

Saat ini, tidak semua iPhone dapat melakukan screenshot panjang di WhatsApp tanpa aplikasi. Akan tetapi ada beberapa iPhone yang dapat menggunakan fitur tersebut.

Jika iPhone menjalankan iOS 14 atau lebih baru, pengguna dapat mengambil tangkapan layar bergulir tanpa aplikasi pihak ketiga eksternal.

Apple menawarkan fungsi ini langsung di dalam alat tangkapan layar bawaan iPhone. Namun fitur ini mempunyai kekurangan.

Fitur ini hanya berfungsi untuk aplikasi yang diperbarui untuk mendukungnya, seperti aplikasi pihak pertama Apple dan lainnya seperti Google Chrome. Berikut langkahnya.

  1. Buka WhatsApp yang ingin diambil tangkapan layar.
  2. Tekan tombol daya dan volume atas secara bersamaan untuk mengambil tangkapan layar.
  3. Sentuh thumbnail mengambang tangkapan layar yang terdapat di pojok kiri bawah.
  4. Lalu beralih ke tab halaman penuh untuk mengambil tangkapan layar yang bergulir.
  5. Jika sudah sesuai dengan keinginan ketuk “Selesai” di sudut kanan atas dan pilih “Simpan PDF ke File”

Apabila iPhone tidak mendukung untuk melakukan screenshot panjang, pengguna bisa menggunakan aplikasi tambahan seperti Picsew Screenshot.

Aplikasi tersebut dapat menyatukan gambar baik secara vertikal dan horizontal. Selain itu terdapat juga tools edit untuk screenshot.

Demikian penjelasan mengenai cara screenshot panjang di WhatsApp tanpa aplikasi. Semoga bermanfaat.

(juh/juh)

[Gambas:Video CNN]

Facebook Setujui Iklan Seruan Pembunuhan Anak-anak Palestina


Jakarta, CNN Indonesia —

Serangkaian iklan yang menyerukan kekerasan terhadap warga Palestina, yang dimaksudkan untuk menguji standar moderasi konten Facebook, ditemukan disetujui oleh media sosial milik Meta tersebut.

Melansir The Intercept, iklan yang dikirimkan, baik dalam bahasa Ibrani dan Arab, mencakup pelanggaran yang signifikan terhadap kebijakan Facebook dan perusahaan induknya, Meta.

Beberapa di antaranya memuat konten kekerasan yang secara langsung menyerukan pembunuhan warga sipil Palestina, seperti iklan yang menuntut “holocaust (pembunuhan massal) rakyat Palestina” dan memusnahkan “perempuan, anak-anak, dan lansia di Gaza.”


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Unggahan lainnya, seperti postingan yang menggambarkan anak-anak dari Gaza sebagai “teroris masa depan” dan rujukan kepada “babi Arab”, berisi bahasa yang tidak manusiawi.

“Persetujuan terhadap iklan ini hanyalah yang terbaru dari serangkaian kegagalan Meta terhadap rakyat Palestina,” ungkap Nadim Nashif, pendiri kelompok penelitian dan advokasi media sosial Palestina 7amleh, yang mengirimkan iklan uji tersebut.

“Sepanjang krisis ini, kami telah melihat pola bias dan diskriminasi yang jelas dari Meta terhadap warga Palestina.”

Ide 7amleh untuk menguji sensor pembelajaran mesin Facebook muncul bulan lalu. Saat itu, Nashif menemukan iklan di feed Facebook-nya yang secara eksplisit menyerukan pembunuhan aktivis Amerika Paul Larudee, salah satu pendiri Gerakan Pembebasan Gaza (Free Gaza Movement).

Terjemahan otomatis Facebook atas teks iklan tersebut berbunyi, “Sudah waktunya untuk membunuh Paul Larudi, teroris anti-Semit dan ‘hak asasi manusia’ dari Amerika Serikat.” Nashif melaporkan iklan tersebut ke Facebook dan kemudian dihapus.

Iklan tersebut dipasang oleh Ad Kan, sebuah kelompok sayap kanan Israel yang didirikan oleh mantan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan perwira intelijen untuk memerangi “organisasi anti-Israel” yang dananya konon berasal dari sumber antisemit, menurut situs webnya.

Baik Larudee maupun Ad Kan tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait kasus ini.

Menyerukan pembunuhan terhadap seorang aktivis politik merupakan pelanggaran terhadap aturan periklanan Facebook. Munculnya postingan yang disponsori oleh Ad Kan di platform menunjukkan bahwa Facebook menyetujuinya meskipun ada aturan yang melarangnya.

Iklan tersebut kemungkinan lolos melalui proses otomatis Facebook, berdasarkan pembelajaran mesin, yang memungkinkan bisnis periklanan globalnya beroperasi dengan cepat.

“Sistem peninjauan iklan kami dirancang untuk meninjau semua iklan sebelum ditayangkan,” menurut ikhtisar kebijakan iklan Facebook.

Lantaran moderasi Meta berbasis manusia, yang secara historis hampir seluruhnya bergantung pada tenaga kerja outsourcing, perusahaan tersebut semakin bersandar pada perangkat lunak pemindaian teks otomatis untuk menegakkan aturan dan kebijakan sensornya.

Meskipun teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan yang terkait dengan moderator manusia, teknologi ini juga mengaburkan bagaimana keputusan moderasi dibuat di balik algoritma yang rahasia.

Merespons kasus ini, jJuru bicara Facebook Erin McPike mengatakan iklan tersebut disetujui secara tidak sengaja.

“Meskipun investasi kami sedang berlangsung, kami tahu bahwa akan ada contoh hal-hal yang kami lewatkan atau kami hapus karena kesalahan, karena baik mesin maupun manusia melakukan kesalahan,” katanya.

“Itulah sebabnya iklan dapat ditinjau beberapa kali, termasuk setelah ditayangkan.”

Tahun lalu, audit eksternal yang ditugaskan oleh Meta menemukan bahwa meskipun perusahaan tersebut secara rutin menggunakan sensor algoritmik untuk menghapus postingan berbahasa Arab.

Perusahaan tidak memiliki algoritma yang setara untuk mendeteksi “perkataan bermusuhan dalam bahasa Ibrani” seperti retorika rasis dan hasutan kekerasan.

Setelah audit tersebut, Meta mengklaim telah “meluncurkan pengklasifikasi ‘ucapan permusuhan’ bahasa Ibrani untuk membantu kami secara proaktif mendeteksi lebih banyak konten berbahasa Ibrani yang melanggar.” Kontennya, seperti iklan yang mendukung pembunuhan.

Studi puluhan organisasi HAM beberapa tahun lalu juga mengungkap Meta bias dalam menyensor konten ujaran kebencian.

Perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg ini mengakomodasi permintaan sensor terhadap unggahan perlawanan Palestina, namun mengacuhkan ujaran kebencian berbahasa Ibrani.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Warga Diminta Tak Cuma Berharap pada Wolbachia untuk Cegah DBD


Jakarta, CNN Indonesia —

Peneliti utama riset nyamuk ber-Wolbachia Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Adi Utarini mengingatkan kepada masyarakat agar tak hanya berharap pada nyamuk Wolbachia untuk mencegah demam berdarah Dengue (DBD).

Ia mengatakan, warga harus tetap waspada karena Wolbachia hanya melumpuhkan virus Dengue dalam nyamuk Aedes aegypti. Padahal, masih ada nyamuk lainnya yang patut diwaspadai penyebaran dan dampaknya bagi kesehatan.

“Jangan sampai masyarakat ini juga terlalu berharap dengan teknologi ini. Maksudnya, ‘ah, sudah ada ember [telur Wolbachia] kok, ya sudah enggak usah PSN’,” ujar profesor yang kerap disapa Uut ini dalam Talk to Scientist yang disiarkan via YouTube, Sabtu (25/11).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga lantas diimbau untuk tetap aktif melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) jika jangkauan Wolbachia sudah meluas. Berbagai macam gerakan pemberantasan itu, tutur Uut, masih menjadi prioritas utama untuk diterapkan masyarakat.

Ia juga mengatakan bahwa keberadaan Wolbachia akan membantu mengurangi ancaman virus Dengue dengan signifikan. Utamanya, jika populasinya sudah lebih dari 60 persen di alam.

Masyarakat juga diminta untuk tetap sabar lantaran penyebaran Wolbachia tidak menghasilkan efek yang instan. Adi mengatakan, proses penyebaran butuh waktu hingga sekitar enam bulan sejak telur nyamuk Wolbachia diletakkan.

“Jadi, yang nilainya paling tinggi seperti pembersihan, pemberantasan sarang nyamuk, itu harus tetap dilakukan,” ujar Uut.

Uut juga mengimbau agar masyarakat bisa memahami berbagai hal soal nyamuk Wolbachia agar proses penyebarannya berjalan lancar. Masyarakat juga diharapkan tak khawatir karena keamanannya telah terbukti lewat riset panjang.

Namun, kendati disebut aman, masyarakat juga diimbau untuk tidak terlampau nyaman. Masyarakat tetap perlu melakukan berbagai cara pencegahan DBD seperti biasanya.

“Ini pesan yang sering kali sangat penting untuk diedukasi. Mereka ketakutan, ya, tidak boleh, karena sudah ada bukti-buktinya. Tetapi kalau terlalu nyaman juga tidak baik,” ungkap Uut.




Ilustrasi. Masyarakat diminta tetap waspada meski ada nyamuk Wolbachia. (AP/Na Son Nguyen)



Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menyebar telur nyamuk Wolbachia di lima kota sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.

Kelima kota tersebut di antaranya Jakarta Barat (DKI), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Kupang (NTT), dan Bontang (Kalimantan Timur).

Wolbachia sendiri sebenarnya bukan merupakan jenis nyamuk. Wolbachia adalah bakteri yang diklaim bisa melumpuhkan virus Dengue.

Saat disuntikkan ke tubuh Aedes aegypti, bakteri Wolbachia membuat virus Dengue tak bisa berkembang. Dengan demikian, virus tak akan menularkan penyakit ke manusia.

(frl/asr)

[Gambas:Video CNN]

5 Cara Blokir Nomor Tidak Dikenal untuk Hp Android dan iOS


Jakarta, CNN Indonesia —

Cara blokir nomor tidak dikenal yang menghubungi ke hp bisa diatasi dengan berbagai trik. Cara ini dapat diterapkan sesuai jenis hp atau smartphone yang digunakan.

Mendapat telepon atau panggilan dari nomor hp yang tidak dikenal merupakan satu hal yang dapat mengganggu kenyamanan. Sebab, nomor hp tidak dikenal tersebut dikhawatirkan menjadi bentuk modus kejahatan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apabila tidak ingin menerima telepon dari nomor tidak dikenal, pengguna hp bisa mengaktifkan fitur blokir otomatis.

Dengan begitu ketika nomor tidak dikenal menghubungimu, hp akan otomatis menolak panggilan. Bahkan beberapa telah dilengkapi fitur untuk memberi tahu pengguna identitas nomornya.

Misalnya, nomor tidak dikenal itu berasal dari panggilan telemarketer, spamming, atau skema penipuan (scam).

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa cara blokir nomor tidak dikenal melalui hp Android dan iOS.

1. Android

Hp Android mempunyai fitur bawaan yang bisa memblokir nomor-nomor hp tidak dikenal. Fitur tersebut sangat mudah digunakan, berikut caranya:

  • Buka aplikasi “Panggilan” atau “Telepon” di ponsel Anda
  • Pilih opsi “Daftar Panggilan” atau “Panggilan Terakhir”
  • Temukan dan pilih nomor tidak dikenal yang ingin diblokir
  • Ketuk opsi “Detail” atau “Info Kontak”
  • Pilih opsi “Blokir Nomor” atau “Tambahkan ke Daftar Blokir”

2. iOS

Sama seperti Android, hp sistem iOS juga mempunyai fitur bawaan yang bisa memblokir nomor-nomor hp tidak dikenal berikut caranya:

  • Buka aplikasi “Panggilan” atau “Panggilan Telepon” di iPhone
  • Masuk ke tab “Panggilan Terakhir”
  • Temukan dan ketuk ikon “Info” di sebelah nomor tidak dikenal
  • Gulir ke bawah dan pilih “Blokir Nomor” di bagian bawah halaman

3. Aplikasi pihak ketiga

Cara blokir nomor hp tidak dikenal bisa dengan menggunakan aplikasi pihak ketiga yang dirancang khusus untuk memblokir panggilan dan pesan tidak diinginkan.

Beberapa aplikasi terpopulernya yaitu Truecaller, Hiya, dan Nomorobo. Ketiga aplikasi tersebut bisa di-download secara gratis melalui App Store atau Google Play Store.

4. Pengaturan ponsel

Memblokir nomor hp tidak dikenal bisa dengan memanfaatkan pengaturan panggilan yang ada di fitur hp.

  • Buka pengaturan ponsel Anda dan cari opsi terkait panggilan atau pengaturan telepon.
  • Cari “Nomor Blokir” atau “Daftar Blokir” dan tambahkan nomor tidak dikenal ke daftar tersebut.
  • Nantinya jika nomor tidak dikenal itu kembali menghubungi, sistem dari hp akan otomatis memutus panggilan masuk.

5. Pengaturan dari operator seluler

Cara blokir nomor tidak dikenal yang terakhir yaitu bisa meminta bantuan ke operator seluler dari provider yang digunakan.

Beberapa operator seluler menyediakan layanan untuk memblokir nomor tidak dikenal atau tidak diinginkan. Anda dapat menghubungi layanan pelanggan operator secara langsung untuk informasi lebih lanjut.

(avd/fef)

[Gambas:Video CNN]

Taman Nasional Ujung Kulon Resmi Jadi Geopark Nasional


Jakarta, CNN Indonesia —

Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), habitat badak bercula satu, ditetapkan sebagai Geopark atau Taman Bumi.

Penetapan itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Menteri ESDM RI Nomor: 393.K/GL.01/MEM.G/2023 tentang Penetapan Taman Bumi (Geopark) Nasional Ujung Kulon pada 10 November 2023.

Taman Nasional Ujung Kulon adalah tempat hidup berbagai satwa endemik dan eksotik Indonesia, salah satunya badak bercula satu, yang hanya ada di TNUK.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pengembangan kawasan geopark menitikberatkan kepada terlaksananya fungsi konservasi, edukasi dan ekonomi berkelanjutan,” ujar Deri Dariawan, Plt Kepala Dinas ESDM Banten, dalam keterangan resminya, Rabu, (22/11/2023).

Geopark adalah suatu wilayah geografi yang memiliki warisan geologi dan keanekaragaman geologi yang bernilai tinggi. Termasuk di dalamnya keanekaragaman hayati dan keragaman budaya yang menyatu di dalamnya, yang dikembangkan dengan tiga pilar utama, yaitu konservasi, edukasi dan pengembangan ekonomi lokal.

Kawasan Geopark Ujung Kulon memiliki warisan geologi yang terkait dengan keragaman hayati (biodiversity) dan keanekaragaman budaya atau cultural diversity.

Dalam SK tersebut dijelaskan, berdasarkan penilaian tim verifikasi,Ujung Kulon telah memenuhi syarat administratif dan teknis untuk ditetapkan sebagai Geopark.

Peta delineasi kawasan Geopark Nasional Ujung Kulon terdiri dari 14 situs warisan geologi (geosite), enam situs keanekaragaman hayati dan dua situs keragaman budaya (cultural sites).

“Nanti setelah dua tahun, akan dilakukan evaluasi untuk kemudian bisa ajukan menjadi geopark dunia dengan mengusulkannya melalui UNESCO Global Geoparks (UGG),” terangnya.

Saat ini, sudah ada 10geoparkIndonesia yang diakui UNESCO, yakni Geopark Batur (2012),Geopark Gunung Sewu (2015), Gunung Rinjani (2018),Geopark Ciletuh (2018), Geopark Belitung (2020), Kaldera Danau Toba (2020), Ijen Geopark, Maros Pangkep Geopark, Merangin Jambi Geopark dan Raja Ampat Geopark.

Geopark Ujung Kulon mengambil tema besar jejak Tsunami Krakatau, dengan luas kawasan mencapai 1.245,66km persegi.

Menempati delapan Kecamatan di Kabupaten Pandeglang, yaitu Kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi, Panimbang, Cigeulis, Cimanggu, dan Sumur. Selain itu juga termasuk kepulauan kecil di sekitarnya yang masuk pada kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) seperti Pulau Liwungan, Oar, Handeuleum, Peucang, dan Panaitan.

“Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan kawasan Geopark Ujung Kulon, telah ditetapkan beberapa destinasi penting. Diantaranya, Pantai Carita, Masjid Al Khusaeni, Lembur Mangrove Patikang, Pulau Liwungan, Sungai Cigenter, dan Mercusuar Tanjung Layar,” jelasnya.

(ynd/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Cerita Proses Panjang Studi Nyamuk Wolbachia di RI, Hasilnya Konkret


Jakarta, CNN Indonesia —

Peneliti Pusat kedokteran Tropis UGM Adi Utarini mengungkap penggunaan nyamuk Wolbachia sebagai salah satu solusi pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) bukan baru kemarin sore.

Proses panjang mulai dari uji perangkap nyamuk di rumah warga Yogyakarta hingga mendapatkan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah dilalui bertahun-tahun.

Adi Utarini yang akrab disapa Uut mengaku dirinya tidak terlibat sejak awal di program yang dimulai pada 2011 tersebut. Uut sendiri baru bergabung di penelitian nyamuk Wolbachia pada 2013.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Indonesia, tepatnya di Yogyakarta, penelitian ini bekerja sama dengan Monash University, Australia dan Yayasan Tahija.

Uut bercerita penelitian soal bakteri Wolbachia telah dimulai puluhan tahun lalu. Bakteri ini bahkan telah ditemukan hampir 100 tahun lalu, tepatnya pada 1924.

Namun, baru pada tahun 2000-an bakteri ini diketahui dapat mencegah transmisi virus penyakit dari nyamuk Aedes aegypti. Dimulai di Australia, Indonesia menjadi salah satu negara yang turut meneliti nyamuk Wolbachia dalam rangka menurunkan penyebaran penyakit yang disebabkan nyamuk tersebut.

Sebagai informasi, selain DBD, nyamuk Aedes aegypti juga menjadi sumber penyebaran virus demam kuning, virus chikungunya, dan virus Zika.

Seperti penelitian pada umumnya, masa awal penelitian nyamuk Wolbachia dihabiskan di laboratorium. Namun, para peneliti juga turut mengedukasi masyarakat dengan melibatkan mereka dalam proses penelitiannya.

Para peneliti mengumpulkan sampel nyamuk Yogyakarta dengan menyimpan perangkap-perangkap di rumah warga sembari mengedukasi masyarakat tentang apa yang sedang mereka lakukan untuk memberantas DBD.

Menurutnya, pendekatan semacam ini penting agar masyarakat bisa menerima metode pemberantasan nyamuk yang baru ini.

Pasalnya, pihaknya akan melepaskan nyamuk di masyarakat yang akan kontradiktif dengan kampanye pemberantasan nyamuk yang selama ini diketahui masyarakat.

Penerimaan butuh waktu

Para peneliti juga mengedukasi masyarakat terkait DBD agar mereka mengerti apa yang harus dilawan untuk menangani penyebaran penyakit tersebut.

“Yang kami lawan dengan Wolbachia ini virusnya, bukan hanya nyamuknya. Kalau mereka memahami adalah virusnya, maka kemudian mereka bisa menerima kita melakukan pelepasan nyamuk karena nyamuk ini sudah ada Wolbachia yang itu nanti perannya menghambat virus dengue,” ujar Uut kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telpon, Selasa (21/11).

“Kalau program selama ini kan mematikan nyamuk atau mengurangi sarang nyamuk. Tapi kan masyarakat tahu itu sulit dilakukan di negara tropis. Sehingga mereka paham nyamuk yang dilepas ini “nyamuk aman,” tambahnya.

Penerimaan masyarakat lewat edukasi dan sosialisasi perlahan ini, menurut Uut, adalah salah satu lompatan besar yang didapat para peneliti selama proses penelitian berlangsung.

Dengan demikian, mereka bisa melepas nyamuk Wolbachia pada 2014 di dua dukuh di Sleman dan dua dukuh di Bantul.

Selain masyarakat, dukungan dari stakeholder juga menjadi hal yang penting dalam penelitiannya.

“Pelepasan ini bisa terjadi ketika masyarakatnya sudah siap, sudah teredukasi, dan percaya pada yang melakukan. Lalu stakeholdernya juga mendukung,” tutur Uut.

Proses penelitian dan analisis berlangsung selama dua tahun sembari sosialisasi dan edukasi juga turut dilakukan untuk misi yang lebih besar, yakni melepas nyamuk Wolbachia di area yang lebih luas.

Setelah bermukim dua tahun di Bantul dan Sleman, nyamuk Wolbachia akan memulai kerjanya di area yang lebih luas.

Pada 2016, nyamuk Wolbachia bekerja memberantas penyebaran DBD di wilayah yang lebih luas.

Uut sangat bersyukur proses penelitian dengan skala besar ini bisa berjalan dengan lancar, lagi-lagi berkat penerimaan yang baik oleh masyarakat. Padahal ada area yang menerima nyamuk Wolbachia dan ada yang menerima nyamuk Wolbachia.

Menurutnya, keterbukaan pada masyarakat menjadi hal yang penting karena tidak mungkin para peneliti melakukan pelepasan nyamuk yang melibatkan publik secara diam-diam.

Alhasil, keterbukaan dan edukasi yang dilakukan para peneliti membuat masyarakat paham, bahkan menurut Uut, beberapa di antaranya merasa bangga bisa terlibat dalam penelitian.

“Ini tuh masih penelitian, masyarakat harus tahu. Dan mereka bangga mereka jadi bagian penelitian,” katanya.

“Sehingga ketika dilakukan pelepasan di skala luas, masyarakat bisa menerima bahwa ada yang dapat teknologi Wolbachia, ada yang saat itu masih menjadi pembanding. Itu mereka paham,” imbuhnya.

Analisis dan evaluasi Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) di Yogyakarta berlangsung selama 4 tahun hingga 2020.

Infografis Agar Rumah Dibenci Nyamuk. (Foto: CNN Indonesia/Laudy Gracivia)

Hasilnya, nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menurunkan kasus dengue sebesar 77,1 persen dan menurunkan kasus rawat inap karena dengue sebesar 86 persen.

Studi ini dan hasil aplikasi di beberapa negara lain yang menerapkan teknologi World Mosquito Program (WMP) berbuah manis. Pada 2021, teknologi Wolbachia untuk pengendalian Dengue direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group.

Di Indonesia sendiri, pemerintah RI melalui Kementerian Kesehatan akan mengaplikasikan teknologi ini di sejumlah kota.

Sebagai permulaan, nyamuk wolbachia itu bakal disebar di lima kota yakni Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur).

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Nyamuk Wolbachia Gentayangan, Yogya Catat Rekor Kasus DBD Terendah


Jakarta, CNN Indonesia —

Kota Yogyakarta disebut mencatatkan rekor kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terendah dengan 67 kasus pada 2023 sejak nyamuk Wolbachia bergentayangan di kota tersebut.

Yogyakarta menjadi kota pertama di Indonesia yang mengimplementasikan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam pemberantasan kasus DBD.

Sejak dalam skala luas pada 2016, angka kasus DBD di Yogyakarta disebut menurun. Pada 2016 terdapat 1.700 kasus DBD, dan pada 2023 hanya terjadi 67 kasus.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pada tahun 2016 jumlah kasus di Kota Yogyakarta masih sangat tinggi, mencapai lebih dari 1.700 kasus. Tahun 2023 sampai pada minggu lalu tercatat hanya di angka 67, terendah sepanjang sejarah di Kota Yogyakarta,” ujar Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Rabu (22/11), dikutip dari laman UGM.

“Selain cara-cara yang sudah kita kenal seperti pemberantasan nyamuk dengan 3M dan jumantik, penurunan kasus ini tidak terlepas dari intervensi program nyamuk ber-Wolbachia yang dilakukan sejak tahun 2016 sampai saat ini,” kata dia menambahkan.

Riset teknologi nyamuk ber-Wolbachia di Indonesia dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta. Riset ini merupakan kolaborasi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Monash University, dan Yayasan Tahija.

Riset ini dimulai di Yogyakarta pada 2011, tetapi baru pada 2014 riset klinis dimulai dengan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di dua dukuh di Sleman dan dua dukuh di Bantul.

Implementasi teknologi ini di Yogyakarta dilakukan melalui penitipan ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di habitat alaminya di lingkungan masyarakat. Proses tersebut dilakukan dengan dukungan dari Dinas Kesehatan dan berbagai pemangku kepentingan terkait.

Lana menyebut penerapan program WMP membuat pengendalian DBD di Yogyakarta berjalan lebih efektif. Hal tersebut dapat terlihat dengan tren penurunan angka kasus dan tingkat rawat inap.

Hal ini juga membuat kebutuhan intervensi fisik berupa pengasapan atau fogging menjadi berkurang.

Penggunaan anggaran pemerintah daerah untuk penanganan DBD pun dinilai menjadi lebih efisien sehingga dapat dialokasikan untuk penanganan penyakit lainnya.

“Kami ucapkan terima kasih kepada Prof. Uut (Adi Utarini) beserta tim yang telah melakukan riset dan implementasi program nyamuk ber-Wolbachia dan menjadikan Kota Yogyakarta sebagai lokasi pilot project,” tutur Lana memuji tim yang terlibat dalam penelitian.

Lebih lanjut, peneliti utama WMP Yogyakarta Adi Utarini menjelaskan implementasi teknologi nyamuk Wolbachia di masyarakat didahului analisis risiko oleh tim ahli yang dibentuk Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi untuk mengidentifikasi berbagai potensi dampak. Identifikasi tersebut menunjukkan bahwa risiko dari penerapan teknologi ini sangat rendah atau dapat diabaikan.

“Tidak serta merta diterapkan, ada proses penting yang dilakukan sebelumnya. Semua dilakukan dengan kehati-hatian dan dikawal dengan ethical clearance,” katanya.

Program WMP di Yogyakarta sendiri telah berakhir pada 2022 lalu, dengan hasil yang membuktikan teknologi ini efektif mengurangi 77 persen kasus Dengue dan 86 persen rawat inap karena Dengue.

[Gambas:Video CNN]

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Surat Soal Proyek AI Super Jadi Alasan di Balik Pemecatan Sam Altman?


Jakarta, CNN Indonesia —

Drama pemecatan Sam Altman dari CEO OpenAI masih berlanjut. Belakangan, sebuah surat dari peneliti mengenai proyek kecerdasan buatan (AI) super disebut-sebut punya peran penting di balik pemecatan Altman.

Staf OpenAI baru-baru ini mengirimkan surat peringatan ke perusahaan terkait proyek baru kecerdasan buatan (AI) yang kemungkinan mengancam umat manusia.

Dua sumber yang dekat dengan isu tersebut mengatakan surat dan algoritma AI yang belum mencuat ke publik ini adalah perkembangan penting menjelang pemecatan Altman.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum kembalinya Altman pada Selasa (21/11) malam, lebih dari 700 karyawan mengancam akan berhenti dan bergabung dengan Microsoft sebagai bentuk solidaritas terhadap pemimpin mereka yang dipecat.

Kedua sumber mengatakan surat tersebut adalah salah satu faktor di antara daftar panjang keluhan dewan direksi yang menyebabkan pemecatan Altman.

Menurut salah satu sumber, CTO OpenAI Mira Murati pernah menyebutkan proyek tersebut, yang disebut Q* (dibaca Q star), kepada para karyawan. Murati juga mengatakan sebuah surat telah dikirim ke dewan sebelum peristiwa akhir pekan ini.

Dikutip dari Reuters, OpenAI telah membuat kemajuan pada Q* yang menurut beberapa pihak internal dapat menjadi terobosan dalam pencarian untuk kecerdasan super, yang juga dikenal sebagai kecerdasan umum buatan (artificial general intelligence/AGI).

OpenAI mendefinisikan AGI sebagai sistem AI yang lebih pintar dari manusia.

Menurut salah satu sumber, model baru ini disebut mampu memecahkan masalah matematika tertentu dengan sumber daya komputasi yang sangat besar.

Meskipun hanya mampu mengerjakan soal matematika setingkat siswa sekolah dasar, keberhasilan dalam tes semacam itu membuat para peneliti sangat optimis akan kesuksesan Q* di masa depan, kata sumber tersebut.

Para peneliti menganggap matematika sebagai batas pengembangan AI generatif. Saat ini, AI generatif pandai menulis dan menerjemahkan bahasa dengan memprediksi kata berikutnya secara statistik, dan jawaban untuk pertanyaan yang sama dapat sangat bervariasi.

Namun, menaklukkan kemampuan untuk mengerjakan matematika, di mana hanya ada satu jawaban yang benar, menyiratkan bahwa AI akan memiliki kemampuan penalaran yang lebih besar yang menyerupai kecerdasan manusia.

Para peneliti AI percaya hal ini dapat diterapkan pada berbagai hal, salah satunya penelitian ilmiah baru.

Pasalnya, tidak seperti kalkulator yang dapat menyelesaikan sejumlah operasi yang terbatas, AGI dapat menggeneralisasi, mempelajari, dan memahami.

Lebih lanjut, sumber-sumber ini mengatakan dalam surat mereka kepada dewan, para peneliti menandai kehebatan dan potensi bahaya AI, tetapi mereka tidak menyebutkan secara spesifik masalah keamanan yang disebutkan dalam surat tersebut.

Diskusi di antara para ilmuwan komputer tentang bahaya yang ditimbulkan oleh mesin super cerdas sudah lama diperbincangkan, misalnya, jika mereka mungkin memutuskan dalam surat mereka kepada dewan, para peneliti menandai kehebatan dan potensi bahaya AI, kata sumber-sumber itu tanpa menyebutkan secara spesifik masalah keamanan yang disebutkan dalam surat tersebut.

Telah lama ada diskusi di antara para ilmuwan komputer tentang bahaya yang ditimbulkan oleh mesin super cerdas, misalnya jika mereka mungkin memutuskan bahwa penghancuran umat manusia adalah untuk kepentingan mereka.

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]