Jakarta, CNN Indonesia —
Wilayah Jawa Barat diprediksi mulai tersentuh hujan lebat dalam sepekan ke depan. Meski begitu, kondisi basah masih belum begitu berpihak pada wilayah selatan RI.
Sebelumnya, wilayah Jawa menjadi salah satu daerah yang paling kena dampak fenomena El Nino yang membuat curah hujan makin sedikit, terutama pada Agustus hingga Oktober.
Selain Jawa, wilayah yang curah hujan rendah lainnya mayoritas adalah bagian selatan dari khatulistiwa, yakni Sumatra bagian tengah hingga selatan, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 14 – 20 September, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap peringatan dini cuaca ekstrem di berbagai daerah, termasuk Jawa Barat.
Cuaca ekstrem ini bisa berupa puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan lainnya, yang potensial banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.
Berikut rincian wilayah potensi cuaca ekstrem:
15 – 16 September
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep.Bangka Belitung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur;
Sulawesi Utara, Gorontalo,Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara,Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
17 – 18 September
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Kep. Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur;
Sulawesi Utara, Gorontalo ,Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Utara dan Maluku.
19 – 21 September
Jambi, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur;
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat.
Penyebab
BMKG menjelaskan potensi hujan lebat di wilayah-wilayah itu dipengaruhi beberapa hal.
Faktor global, seperti El Nino dan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD), nilainya tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap peningkatan curah hujan.
Fenomena atmosfer Madden Julien Oscillation (MJO) juga tidak signifikan untuk wilayah Indonesia.
Sementara, aktivitas gelombang diprediksi aktif di beberapa wilayah, termasuk Jawa.
Gelombang atmosfer Rossby Ekuator, misalnya, diprakirakan aktif di sebagian besar Sumatra, Kep. Bangka Belitung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat.
Gelombang Kelvin diprakirakan aktif di sebagian Aceh, Sumatra Utara, Kep. Riau, dan Kalimantan Utara.
“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.”
Daerah konvergensi atau pembentukan awan hujan juga memanjang dari Selat Malaka hingga Teluk Thailand, di Laut China Selatan, di Kalimantan barat, di Kalimantan Timur, di Kalimantan Tengah;
Laut Maluku, hingga Sulawesi Utara, di Laut Halmahera, di Samudra Pasifik Timur Filipina, dan di Samudera Pasifik Utara Papua.
Daerah konfluensi (pertemuan angin) pun berada di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, dan di SamudraPasifik Timur Filipina.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut,” menurut BMKG.
(tim/arh)