Jakarta, CNN Indonesia —
Di tengah heboh dua jasad yang diklaim sebagai ‘alien’ yang dipamerkan dalam sebuah sidang Kongres Meksiko, Selasa (12/9), kasus klaim alien palsu kembali diungkit. Berikut kisah penipuan arkeologis itu.
Pada 2018, cerita penipuan mumi yang diklaim sebagai alien sempat membuat gempar. Saat itu, sebuah laporan mengungkap gambar-gambar aneh yang isinya lima mayat mirip mumi dari Peru.
Mumi itu hanya memiliki tiga jari tangan, sama seperti jasad ‘alien’ yang ditampilkan di Meksiko. Hal ini kemudian menimbulkan klaim dari beberapa pihak kalau mumi-mumi itu bukan manusia dan kemungkinan besar merupakan ‘alien’.
Namun, penelusuran dari pakar mengemukakan beberapa bagian dari ‘jasad’ alien ini mungkin merupakan kombinasi dari manipulasi bagian-bagian mumi manusia asli.
“Salah satu mumi terlihat seperti mumi Nazca pada umumnya, dalam posisi tertekuk dan duduk,” kata Andrew Nelson, seorang profesor antropologi di University of Western Ontario, di Kanada, mengutip Live Science.
Suku Nazca adalah budaya kuno di Peru yang membungkus jenazah dengan tekstil dan membuat geoglif luas yang disebut garis-garis Nazca.
Mumi-mumi tersebut diduga ditemukan pada 2015 oleh para perampok makam yang bekerja di wilayah Nazca, sebuah daerah tempat budaya Nazca kuno berkembang.
“Mumi-mumi tersebut berasal dari sekelompok ‘huaqueros’, atau pemburu harta karun arkeologi, dari kota Palpa,” kata Thierry Jamin, presiden lembaga Inkari-Cusco.
Jamin terlibat dalam penelitian tentang mumi-mumi tersebut dan menyebut kepala kelompok penjarah ini sebagai Mario.
“Mario adalah seorang pemburu harta karun. Dia adalah seorang penjahat, yang dikenal baik oleh kepolisian di wilayah Nazca. Kelompoknya telah menjarah situs-situs arkeologi di pantai Peru selama lebih dari 20 tahun. Dan pengadilan tidak banyak membantu untuk menghentikannya,” kata Jamin.
Nelson menduga tangan dan kaki yang terlihat pada mumi merupakan bagian dari mumi manusia asli yang telah dimanipulasi, dengan lapisan putih yang ditambahkan setelahnya untuk menyembunyikan manipulasi tersebut.
Peneliti lain juga percaya bahwa bagian mumi manusia asli digunakan untuk membuat mumi-mumi palsu ini.Belasan peneliti mumi Peru telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk praktik tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu telah melanggar berbagai norma.
Salah satu peneliti yang menandatangani pernyataan tersebut mengaku miris karena ads pihak yang memanipulasi jasad manusia.
“Saya merasa jijik bahwa ada orang yang [berani] merendahkan martabat tubuh manusia yang sudah meninggal. Anda tidak dapat mengambil kondisi manusia dari manusia!” kata Guido Lombardi, profesor ilmu forensik di Universitas Peruana Cayetano Heredia, Peru.
Sebelumnya, sebuah video menunjukkan investigasi terhadap mumi-mumi tersebut telah muncul di situs gaia.com dan the-alien-project.com.
Klaim pakar gadungan
Konstantin Korotkov, mengaku sebagai pakar dan mengaku memimpin kelompok yang meneliti mumi-mumi tersebut. Ia mengatakan mumi-mumi itu memiliki 23 pasang kromosom (seperti manusia), tetapi anatomi mereka terlihat seperti bukan manusia.
“Mereka [mumi-mumi itu] bisa jadi adalah makhluk luar angkasa atau robot bio,” kata Korotkov.
Korotkov mengklaim hasil penanggalan radiokarbon menunjukkan salah satu mumi berasal dari sekitar 1.700 tahun yang lalu, saat budaya Nazca berkembang pesat.
Namun, dia tidak menyebutkan di situsnya bahwa dia adalah seorang profesor di Universitas Saint Peterburg, Rusia atau Universitas Riset Nasional di Saint Peterburg. Namanya pun tak ada di kedua lembaga tersebut.
Meskipun mumi berjari tiga itu jelas-jelas terlihat palsu, para ilmuwan telah menemukan banyak mumi di Peru, termasuk 171 mumi dari makam yang digali di dekat situs Tenahaha, yang berusia sekitar 1.200 tahun.
Penjarahan mumi
Beberapa mumi di Peru sudah terungkap dari dalam Bumi atau bangunan-bangunan kuno oleh para ilmuwan, seperti salah satunya mumi yang digunakan untuk menciptakan ‘alien’ ini.
Mumi tersebut dicuri oleh para penjarah yang menjarah makam-makam kuno Peru sebelum para arkeolog dapat menggalinya secara ilmiah. Amerika Serikat telah membatasi impor artefak dari Peru dalam upaya membendung gelombang penjarahan.
Ann Peters, konsultan di Museum Arkeologi dan Antropologi Universitas Pennsylvania mengatakan meskipun Mario dan kelompoknya mungkin masih menjarah makam, kini situasinya telah membaik.
“Perlindungan situs arkeologi telah meningkat pesat dalam dekade terakhir dengan adanya persyaratan hukum untuk studi dampak lingkungan dan warisan, pendirian Kementerian Kebudayaan dan mempekerjakan lebih banyak arkeolog profesional,” kata Peters.
“Namun, beberapa penjarah dan pedagang barang antik masih ada di Peru, juga di Amerika Serikat dan negara-negara lain.”
[Gambas:Video CNN]
(can/dmi)