Jakarta, CNBC Indonesia – China menuduh Amerika Serikat (AS) meretas server Huawei dan melakukan serangan siber untuk mencuri data penting sejak 2009.
Tuduhan ini menambah ketegangan baru antara Beijing dan Washington.
Kementerian Keamanan Negara China merilis sebuah postingan pada Rabu (20/9), di akun WeChat resminya yang berjudul “Mengungkap metode utama tercela yang dilakukan badan intelijen AS dalam spionase dan pencurian dnata internet”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Postingan tersebut secara eksplisit menuduh pemerintah AS berupaya menyerang perusahaan teknologi nasional China, Huawei Technologies.
Mereka juga menuduh AS menyuruh perusahaan-perusahaan teknologi besar dan berpengaruh memasang backdoor pada perangkat lunak, aplikasi, dan peralatan lainnya, sehingga mereka dapat mencuri data penting dari negara-negara termasuk China dan Rusia.
“Pada tahun 2009, Office of Tailored Access Operations mulai menyusup ke server di kantor pusat Huawei dan terus melakukan operasi pengawasan,” tulis postingan tersebut, dikutip dari Nikkei Asia, Kamis (21/9/2023).
Departemen Luar Negeri AS belum menanggapi permintaan komentar.
Ketika ketegangan geopolitik meningkat, AS dan Tiongkok memperluas operasi mata-mata global mereka.
The Wall Street Journal pada bulan Juli melaporkan bahwa peretas yang terkait dengan Beijing telah mengakses akun email duta besar AS untuk China dalam sebuah operasi yang diyakini telah mengungkap ratusan email.
Postingan tersebut mengatakan Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional Tiongkok mengekstraksi spyware yang disebut Second Date saat menyelidiki serangan siber di Universitas Politeknik Northwestern di Xi’an yang dilaporkan terjadi tahun lalu.
Kementerian tersebut menemukan bahwa Second Date adalah malware spionase dunia maya yang dikembangkan oleh Badan Keamanan Nasional AS, yang beroperasi secara diam-diam di ribuan jaringan di banyak negara di seluruh dunia.
Second Date diekstraksi dengan bantuan dari Qihoo 360, sebuah perusahaan Tiongkok yang merilis temuan tentang aktivitas peretasan A.S. terhadap Tiongkok dari waktu ke waktu, menurut stasiun penyiaran negara CCTV.
Namun Qihoo 360 tidak melaporkan soal Huawei, kata orang yang mengetahui masalah tersebut kepada Nikkei Asia.
“AS telah memperoleh kendali atas puluhan ribu perangkat dan mencuri sejumlah besar data bernilai tinggi,” kata kementerian itu.
Dalam dua bulan terakhir, media pemerintah Tiongkok termasuk CCTV dan Xinhua telah berulang kali menyebut AS sebagai “kerajaan peretas sejati,” mengutip dugaan serangan terhadap Universitas Politeknik Northwestern.
Mao Ning dari Kementerian Luar Negeri China pekan lalu mengutip laporan media yang mengatakan bahwa Beijing memperhatikan iPhone Apple dapat memiliki masalah keamanan data.
Sementara itu, China telah meningkatkan upayanya untuk menargetkan mata-mata dengan merevisi undang-undang anti-spionase agar lebih fokus pada pencegahan serangan siber terhadap lembaga pemerintah dan infrastruktur utama. Pelanggaran dapat menyebabkan hukuman penjara seumur hidup.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
5 Fakta HP Baru Huawei Bikin China Heboh dan Amerika Kaget
(fab/fab)