Jakarta, CNBC Indonesia – X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, menghadapi 2.200 kasus arbitrase yang diajukan mantan karyawannya.
Gugatan tersebut diajukan pasca Elon Musk mengambil alih perusahaan, memangkas jumlah karyawan, dan membuat perubahan besar lainnya di sana.
Mengutip CNBC International, biaya pengajuan total untuk kasus tersebut bisa mencapai US$3,5 juta atau setara Rp 53 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nomor arbitrase terungkap dalam pengajuan baru sebagai bagian dari gugatan di pengadilan distrik Delaware. Kasusnya adalah Chris Woodfield v. Twitter, X Corp. dan Elon Musk (No. 1:23-cv-780-CFC).
Woodfield, mantan senior network engineer yang pernah bekerja di kantor Twitter di Seattle, dalam gugatannya menuduh bahwa Twitter milik Musk telah berjanji tapi kemudian gagal membayar pesangonnya, dan kemudian menunda penyelesaian perselisihan alternatif.
Menurut situs JAMS, “untuk urusan dua pihak, biaya pengajuan adalah US$2,000,” dan “untuk urusan berdasarkan klausul atau perjanjian yang diwajibkan sebagai syarat kerja, karyawan hanya diharuskan membayar US$400.”
Karena JAMS memutuskan bahwa biaya dasar ini berlaku secara keseluruhan untuk 2.200 kasus arbitrase X, maka biaya tersebut akan berjumlah sekitar US$3,5 juta, dan biaya lainnya mungkin akan menyusul.
Pengacara X berpendapat bahwa platform tersebut tidak mengamanatkan karyawannya untuk menyelesaikan masalah apa pun melalui arbitrase, sehingga X tidak harus menanggung sebagian besar biaya pengajuan.
Sementara itu, Woodfield dan pihak lain yang mengalami situasi serupa berusaha keluar dari arbitrase dan memindahkan kasus mereka ke pengadilan.
Dilaporkan CNBC International sebelumnya, banyak perusahaan besar mengharuskan pekerjanya untuk menandatangani perjanjian arbitrase dalam hubungan kerja jika hal tersebut sah.
Artinya, untuk dapat berbicara secara bebas di pengadilan, di mana pidato mereka dapat menjadi bagian dari catatan publik, para pekerja harus terlebih dahulu mendapatkan pengecualian dari hakim.
Kritikus memandang arbitrase sebagai sistem rahasia yang mempersulit karyawan dan calon karyawan untuk mengetahui bagaimana perusahaan memperlakukan pekerjanya.
Sementara para pendukung sistem ini memandang arbitrase sebagai cara bagi perusahaan dan karyawan untuk menyelesaikan masalah mereka secara efisien tanpa membuat karyawan harus membayar biaya pengacara yang besar, terutama jika mereka kalah dalam kasus mereka.
Kasus Woodfield terhadap X Corp milik Musk mirip dengan gugatan class action lainnya yang diajukan ke pengadilan federal San Francisco.
Dalam kasus tersebut, Ma v. Twitter, di Distrik Utara California (No. 3:23-cv-3301), mantan karyawan Twitter era Musk menuduh bahwa perusahaan tersebut menunda setidaknya 891 kasus arbitrase karena gagal membayar kewajiban mengajukan biaya setelah memaksa karyawan setuju untuk menengahi perselisihan mereka dengan imbalan pesangon.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Elon Musk Belum Bayar Pesangon Mantan Karyawan Twitter
(fab/fab)