Jakarta, CNN Indonesia —
Palembang, Sumatra Selatan, sempat mengalahkan kota besar dunia dengan kualitas udara terburuk imbas asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir per Senin (2/9) pukul 11.00 WIB, Palembang jadi juara nasional di kategori udara terburuk dengan indeks kualitas udara (AQI) 213 dengan kadar particulate matter (PM) 2.5 162,6 µg/m³.
Sejam kemudian, AQI Palembang mencapai 203 dengan PM2.5 157,5 µg/m³. Status kota ini di dua jam itu pun Very Unhealthy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di saat periode yang sama, peringkat teratas kota besar dunia berpolusi udara diduduki oleh Lahore, Pakistan. Skor AQI-nya ‘cuma’ 174 dan PM2.5 59 µg/m³ (Tidak sehat).
Capaian Lahore ini pun nyaris disamai kota di RI lainnya, yakni Jambi, pada pukul 11.00 WIB, dengan AQI 171, PM2.5 94,7 µg/m³ (Tidak sehat).
Pada pukul 13.00 WIB, status juara dunia diambil alih Delhi, India dengan AQI 169, dan PM2.5 91 µg/m³ (Tidak sehat). Sementara, Palembang masih berstatus Sangat Tidak Sehat dengan AQI 207 dan PM2.5 157.
Pemeringkatan kualitas udara ini dibedakan berdasarkan kategori Major City, yang cuma mencantumkan kota-kota besar perwakilan tiap negara maksimal dua, dan kota lokal di masing-masing negara.
Walhasil, kota juara dunia tak menutup kemungkinan dilampaui wilayah lokal yang tak masuk kategori Major City.
Apa penyebabnya?
Sejak musim hujan dinyatakan terlambat datang ke bagian selatan khatulistiwa RI, api makin ramai membakar hutan, lahan, hingga puncak gunung di berbagai wilayah.
Salah satu yang paling terdampak kekeringan ini adalah Sumatra bagian selatan. Wilayah Sumatra jadi yang tertinggi titik apinya berdasarkan data BRIN dan BMKG.
Per Senin (2/10), terdeteksi 23 titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi (merah), hanya kalah oleh Kalimantan (78).
“Terdeteksi asap di wilayah Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah,” demikian keterangan BMKG dalam Citra Sebaran Asap Wilayah Indonesia per Senin (2/10) pukul 10.00 WIB.
Lantaran sebaran asap ini, warga mengeluh gangguan pernafasan.
“Awalnya batuk biasa, tenggorokan kering, setelah itu suara dan nafas berat sudah kayak [gejala] Covid lah, tapi indera perasa enggak kena,” ungkap salah satu warga asal Palembang, Wahyu, Kamis (14/9).
“Ya kabut gitu. Tapi beda ya, kalau kabut, kalau asep itu terasa di hidung sih bedanya,” sambung dia.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pun meminta Penjabat Gubernur Sumatera Selatan Agus Fatoni untuk memprioritaskan penyelesaian masalah karhutla tersebut.
“Khusus Sumatera Selatan, saya minta betul-betul dalam waktu pendek ini tangani kebakaran hutan dan lahan karena saya mendengar kualitas udara di Kota Palembang tidak sehat,” kata dia, di Jakarta, Senin (2/10).
Agus pun mengungkap ada satuan tugas khusus terkait penanganan karhutla ini.
“Secepatnya kita akan segera rapat, di sana sudah ada satgas diketuai oleh gubernur,” kata Agus.
[Gambas:Video CNN]
(rfi/arh)