Pakar Kritik Water Mist Buat Tekan Polusi: Enggak Akan Berdampak


Jakarta, CNN Indonesia —

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku mendapat arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan penyemprotan uap air (water mist) dari atas gedung untuk mengurangi polusi udara. Efektifkah?

Water mist diklaim lebih efektif daripada penyemprotan jalanan yang dilakukan beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, Heru akan memanggil pemilik dan pengelola gedung-gedung tinggi di Jakarta untuk menindaklanjuti arahan tersebut.

“Gedung-gedung high risk building akan kami undang untuk bisa menerapkan apa yang diminta oleh Pak Menko Marves dan tentunya tadi direkomendasikan oleh Ibu Menteri Lingkungan Hidup,” kata Heru dalam jumpa pers pascarapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/8).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jadi seperti menyemprotkan dari gedung di lantai paling atas itu menyemprotkan water mist, sehingga untuk bisa mengurangi polusi secara serentak,” imbuhnya.

Peneliti Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Deni Septiadi sangsi rencana itu dapat berjalan dengan baik. Sejak masih berbentuk usulan akhir pekan lalu, Deni meragukan opsi ini untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.

Menurut Deni menyemprotkan air dari atas gedung merupakan cara instan yang tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan kualitas udara.

“Cara-cara instan enggak akan berdampak. Jakarta dan sekitarnya hampir setiap tahun jadi kota berpolusi, karena kebijakan atau regulasinya hampir selalu jangka pendek,” ungkap Deni akhir pekan lalu.

Selain itu, menurut Deni butuh ber ton-ton kubik air untuk membersihkan Jakarta dengan cara tersebut.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar sebelumnya mengungkap metode penyemprotan uap air cukup baik dalam menurunkan polusi udara di Jakarta. Uji coba sudah dilakukan di sejumlah lokasi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Siti mengungkap untuk water mist tersebut butuh air sekitar 500 liter per generator menggunakan alat mist generator yang dibuat oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selain butuh air ratusan liter, metode itu juga membutuhkan listrik 2.000 watt.

Siti mengatakan metode itu telah diuji coba di Gedung Pertamina yang lokasinya berdekatan dengan Masjid Istiqlal, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (27/8). Hasilnya, ia mengklaim metode itu membuat skor PM 2,5 turun drastis.

Biang kerok

Deni mengungkap kadar polutan PM2,5 yang menyelimuti sejumlah kawasan Jakarta itu, mengambang di Lapisan Batas Atmosfer (LBA) dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan.

Menurut dia pemerintah seharusnya melakukan identifikasi terlebih dahulu dari mana sumber emisinya sebelum melakukan penindakan.

“Apakah itu dari sektor transportasi, industri atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Harusnya diidentifikasi nih, setelah itu tinggal dicarikan regulasinya,” jelas dia.

Menurutnya jika biang keroknya sudah ditemukan, selanjutnya pemerintah tinggal memperketat regulasi seperti memaksa masyarakat untuk beralih ke transportasi umum atau memperpanjang hari tanpa kendaraan bermotor alias car free day.

“Cobain regulasi yang agak ketat, kemudian [masyarakat] dicoba dan dipaksakan beralih ke transportasi umum atau car free day diperpanjang, turun enggak untuk polusinya,” kata Deni.

“Cara yang paling bisa dilakukan dan sudah dilakukan banyak negara yaitu menggalakkan transportasi umum, dicek lagi PLTU atau industri yang polutanya,” imbuhnya.

Dengan cara itu, Deni memprediksi setidaknya dalam waktu seminggu kandungan PM 2,5 akan terlihat berkurang karena polutan akan ke permukaan dan diserap oleh pohon-pohon.

[Gambas:Video CNN]

(tim/dmi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *