Jakarta, CNN Indonesia —
Aplikasi Temu mulai jadi perbincangan dalam beberapa waktu terakhir. Platform e-commerce yang digadang-gadang sebagai kembaran TikTok Shop ini bahkan sudah mendapat sorotan serius dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki.
Teten mewaspadai keberadaan Temu, aplikasi e-commerce baru dari China yang muncul tak lama setelah pemerintah melarang TikTok Shop. Aplikasi tersebut sudah masuk ke beberapa negara di Asia.
Lalu, apa sebenarnya aplikasi Temu?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk laman resminya, Temu merupakan aplikasi yang didukung perusahaan asal China PDD Holdings. Namun begitu, kantor pusatnya berada di Boston, Amerika Serikat.
Sama seperti platform e-commerce lainnya, aplikasi ini memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori.
Aplikasi ini bertindak sebagai pasar di mana pelanggan dapat mencari dan membeli produk dari berbagai vendor. Aplikasi ini gratis untuk diunduh dan digunakan, dan tersedia untuk perangkat Android dan iOS.
Temu diluncurkan pada tahun 2022 dan dengan cepat menjadi salah satu aplikasi belanja paling populer di Amerika Serikat. Aplikasi ini dipuji karena antarmukanya yang mudah digunakan, berbagai macam produk, dan harga yang kompetitif. Selain itu, aplikasi ini menawarkan berbagai opsi pembayaran, termasuk kartu kredit dan dompet elektronik, serta layanan pengiriman yang andal.
Aplikasi ini juga menjadi salah satu yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play. Temu menawarkan berbagai produk dengan diskon besar-besaran, yang sebagian besar dikirim langsung dari pabrik atau gudang di China.
Tetapi perusahaan ini juga mulai mengembangkan reputasi buruk karena sejumlah masalah, seperti paket yang tidak terkirim, biaya misterius, pesanan yang salah, dan layanan pelanggan yang tidak responsif. Temu telah menerima lebih dari 30 keluhan ke Better Business Bureau, dan memiliki peringkat pelanggan BBB kurang dari 1,5 bintang, melansir Time.
“Mereka membuat janji-janji pengiriman, dan orang-orang tidak mendapatkan barang mereka pada waktu yang seharusnya,” kata Melanie McGovern, direktur hubungan masyarakat dan media sosial BBB.
RI waspadai Temu
Menkop UKM Teten Masduki sebelumnya mewaspadai aplikasi Temu. Platform muncul tak lama setelah pemerintah melarang TikTok Shop.
Teten mengaku sudah meminta Presiden Joko Widodo agar platform digital Temu itu tidak masuk ke Indonesia.
“Ini sudah masuk ke beberapa negara Asia, tapi saya sudah bilang ke Bapak Presiden. Pak ini jangan sampai masuk ke Indonesia, kalau masuk, UMKM saya tidak bisa bersaing kalau produksi kita lumpuh, pengangguran meningkat daya beli turun. Kita mungkin tidak bisa 5 persen tumbuh ekonomi padahal kita butuhnya7 persen,” kata Teten beberapa waktu lalu.
“Yang saya sebut tadi salah satu platform dari China namanya Temu, itu yang memang dari factory direct atau pabrik langsung ke konsumen,” jelasnya.
Ia mengatakan bila aplikasi tersebut masuk ke Indonesia pasti akan menghilangkan banyak rantai distribusi yang pada ujungnya akan membuat banyak orang kehilangan lapangan kerja di Indonesia.
“Karena produknya akan lebih efesien sehingga juga produk-produk consumer goods kita tidak mungkin bisa bersaing. Nah ini, kan kita harus lindungi, karena kita sebelum bisa melahirkan ekonomi baru orang yang bekerja di sektor consumer goods kita harus proteksi. Jangan sampai mereka menjadi pengangguran, sebelum kita bisa menggantikan lapangan kerja baru,” ujarnya.
Teten menyampaikan di era digital seperti sekarang ini setiap orang yang memiliki UMKM di pelosok desa bisa jualan secara online bahkan dalam skala pasar yang besar baik di level nasional dan bahkan global.
Tapi banyak juga yang harus diwaspadai.
“Tapi di sisi lain, kalau kita tidak punya produk yang unggul kita akan diserbu produk dari luar yang akan masuk ke pelosok-pelosok desa,” kata Menteri Teten,
(tim/dmi)
[Gambas:Video CNN]