Jakarta, CNN Indonesia —
Tinder lebih dikenal secara luas sebagai aplikasi kencan online. Kini, aplikasi itu berubah statusnya jadi tempat bursa kerja digital. Kok bisa?
Tren unik ini beredar di kalangan lulusan muda yang kesulitan mendapatkan pekerjaan melalui cara-cara tradisional, seperti mengirim resume melalui email dan mencari pekerjaan lewat LinkedIn, jejaring sosial yang dirancang khusus untuk kepentingan bisnis dan karier profesional.
Tren ini semakin populer setelah LinkedIn ‘minggat’ dari China sejak Maret 2021. Hal ini, dikutip dari CNN, terkait dengan keputusan perusahaan untuk memastikan “kepatuhan terhadap hukum setempat.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LinkedIn kemudian menawarkan versi InCareer yang lebih sederhana tanpa fitur social feed atau kemampuan berbagi postingan.
Tanpa platform perekrutan yang terkenal, pencari kerja China mengalami kesulitan mencari perusahaan dan organisasi multinasional yang andal untuk mengirimkan resume mereka.
Per Maret 2023, mereka telah mengumpulkan 959.600 pengguna aktif bulanan, jauh di belakang saingan domestik seperti 51job dan Liepin.
Gantikan peran pemain lama
Sebagai permulaan, Tinder merupakan aplikasi yang jauh lebih populer jika dibandingkan dengan aplikasi kencan lainnya, seperti Bumble. Meski memerlukan VPN untuk mengaksesnya, hal itu tidak menghalangi Tinder sebagai aplikasi yang banyak digunakan.
Ironisnya, kesulitan dalam mengakses aplikasi juga membuktikan hal ini bagi banyak pengguna di China – basis penggunanya terdiri dari orang-orang yang memiliki karier yang solid dan pekerjaan yang layak.
Tinder memiliki opsi filter yang bagus untuk dimanfaatkan oleh para penggunanya. Dengan pelacakan GPS-nya, orang-orang bisa memperluas jaringan mereka dan bertemu dengan orang-orang di luar lingkaran sosial normal mereka.
Banyak yang menganggap tren ini bermanfaat karena pengguna bisa bertemu dengan orang-orang yang mungkin merupakan ‘pendorong’ yang selama ini mereka cari.
Mengutip Mashable, seorang lulusan Universitas Peking mengatakan kepada Sixth Tone bahwa kariernya dimulai setelah bertemu dengan seseorang di Tinder.
Sebelum menyelesaikan pendidikannya di bidang filsafat pada tahun 2020, ia bertemu dengan seorang pria melalui Tinder dan mereka berkencan.
Ia mencurahkan semua kegelisahan dan ketidakpastian tentang peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus.
Pria itu kebetulan bekerja di sebuah perusahaan teknologi besar di Beijing. Dia membantunya dengan memberikan tips-tips yang berguna untuk melamar magang di perusahaan tersebut. Beruntung baginya, ia berhasil mendapatkan tempat magang.
Kesempatan magang ini meningkatkan peluangnya bekerja kemudian hari. Bukan hanya itu, pria yang membantunya telah menjadi pasangan yang selama ini ia cari dan mereka bertunangan.
“Berbeda dengan LinkedIn, Tinder menciptakan suasana yang lebih intim karena percakapan pertama biasanya dimulai dengan kehidupan pribadi Anda,” ujarnya.
Tinder dapat bertindak sebagai platform untuk menghubungkan orang-orang dari industri yang sama. Ini adalah bentuk pencarian kerja modern yang diciptakan oleh generasi muda.
Pelanggaran pedoman
Namun begitu, juru bicara Tinder memperingatkan pengguna yang mencoba menggunakan akun mereka untuk “tujuan bisnis”. Hal Ini, kata juru bicara, jelas merupakan pelanggaran terhadap pedoman komunitas platform.
“Pedoman kami mempertegas kebijakan kebijakan bahwa pengguna harus menggunakan Tinder untuk menjalin hubungan pribadi, bukan hubungan bisnis,” kata juru bicara tersebut.
“Tinder bukanlah tempat untuk mempromosikan bisnis untuk mencoba menghasilkan uang. Demikian pula, pengguna juga tidak boleh mengiklankan, mempromosikan, atau membagikan akun atau tautan sosial untuk mendapatkan pengikut, menjual barang, menggalang dana, atau berkampanye.” tambahnya.
[Gambas:Video CNN]
(rfi/dmi)