Jakarta, CNN Indonesia —
Astronaut yang menjelajah ruang angkasa dipastikan bakal menghadapi pelbagai tantangan yang tak pernah terkira, termasuk sulitnya berkomunikasi dengan Planet Bumi. Apa sebabnya?
Hukum fisika menyatakan komunikasi dengan pesawat antariksa berkecepatan mendekati cahaya akan sangat menantang karena masalah jarak dan kecepatan luar biasa. Penelitian baru juga menunjukkan bahwa ada tantangan lain, yakni terputusnya komunikasi.
Masalah utama adalah kecepatan cahaya hanya dapat bergerak dengan laju terbatas. Meskipun hal ini tidak terlalu menghambat komunikasi di dekat Bumi, para insinyur harus menghadapi tantangan ini ketika berkomunikasi dengan wahana yang dikirim ke seluruh tata surya.
Misalnya, pesan membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai di Mars dan beberapa jam untuk mencapai planet terluar. Untuk komunikasi jarak jauh, seperti skenario yang dibayangkan dari sebuah pesawat ruang angkasa yang dikirim ke suatu sistem bintang beberapa tahun cahaya jauhnya, itu berarti pesan apa pun akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sampai ke pesawat tersebut.
Tapi itu bukan satu-satunya kendala. Relativitas khusus mengajarkan bahwa jam tidak sinkron di seluruh alam semesta.
Para astronaut yang berada di pesawat ruang angkasa akan mengalami dilatasi waktu, di mana waktu akan mengalir lebih lambat dibandingkan dengan yang dialami manusia di Bumi. Dampak ini sudah dapat diukur; misalnya, perlu diperhitungkan untuk sinkronisasi sinyal dari satelit GPS.
Namun, karena dilatasi waktu, para astronaut tidak akan merasakan perjalanan bertahun-tahun dan puluhan tahun; bagi mereka, bergantung pada seberapa cepat mereka bergerak, hanya berminggu-minggu atau berbulan-bulan yang mungkin berlalu.
Dilatasi waktu akan menimbulkan masalah serius dalam mengoordinasikan pesan, yang memerlukan banyak perhitungan. Kendati demikian, itu bukan bagian tersulit dari perjalanan antarbintang.
Sebaliknya, pesawat ruang angkasa yang melaju dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya akan mengalami periode pemadaman komunikasi yang parah.
Melansir Space, para peneliti menyelidiki dua skenario perjalanan antarbintang hipotetis. Pertama, para astronaut akan terus mempercepat pesawat ruang angkasa mereka dengan percepatan konstan 1 g – percepatan yang sama yang diberikan secara alami oleh gravitasi bumi. Hal ini akan membuat pesawat luar angkasa mereka semakin mendekati kecepatan cahaya.
Menariknya, percepatan konstan semacam ini akan menghasilkan cakrawala peristiwa. Jika orang-orang di Bumi mengirim pesan ke pesawat ruang angkasa, pesan itu akan terbatas pada kecepatan cahaya. Pesan itu akan melesat ke arah pesawat ruang angkasa, tapi sementara itu, pesawat juga akan menjauh dari sinyal.
Baju Astronaut untuk Misi Luar Angkasa (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)