BMKG Prediksi El Nino Bertahan Hingga 2024, Jawa Waspada Kekeringan


Jakarta, CNN Indonesia —

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena El Nino akan terjadi hingga awal 2024.

“Prediksi hujan bulanan, Indonesia masih dipengaruhi El Nino. September, Oktober masih akan terjadi sampai Desember bahkan sampai awal 2024,” kata Fachri Rajab, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG di Jakarta, Senin (28/8).

“Tapi harapannya masuk musim hujan dampaknya berkurang,” imbuhnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan demikian, Fachri mengimbau masyarakat mewaspadai ancaman kekeringan sampai November mendatang. Sebelumnya, fenomena cuaca El Nino diprediksi berpeluang berlangsung hingga Februari 2024.

“El Nino diperkirakan akan terus berlanjut selama musim dingin di belahan bumi utara,” tulis NOAA dalam laman resminya beberapa waktu lalu.

Dalam paparannya, Fachri menunjukkan penanda fenomena El Nino semakin menghangat. Indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) hingga periode Agustus II sebesar +1,423 yang berarti El Nino dalam fase moderat.

Kemudian, anomali tempratur permukaan laut atau sea surface temperature (SST) di Samudera Hindia menunjukkan Indian Ocean Dipole (IOD) +0.845. Anomali SST di wilayah Nino3.4 menunjukkan kondisi hangat, dan tren anomali SST tetap menghangat (melewati batasan Netral +/- 0.5 , El Nino sudah berlangsung sepuluh dasarian).

“Prediksi puncak indeks ENSO akan terjadi pada Desember 2023 kemudian secara gradual menurun , El Nino diprediksi bertahan hingga Januari 2024,” jelas dia.

Menurut laporan terbaru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ada kemungkinan lebih dari 95 persen El Nino bakal berlangsung hingga Februari 2024 disertai dengan dampak iklim yang luas.

El Nino telah menjadi salah satu dalang di balik kenaikan suhu global yang bahkan melebihi rekor El Nino kuat terakhir pada awal 2016.

El Nino merupakan fenomena peningkatan suhu lautan yang biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun di Pasifik tengah dan timur. Dampaknya, fenomena ini menyebabkan kenaikan suhu udara di seluruh dunia.

Jawa Waspada Kekeringan

Di Indonesia, fenomena ini berdampak pada 63 persen wilayah tanah air. Menurut data BMKG, beberapa daerah yang akan terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatera seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, dan Lampung.

Selain itu, seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara diprediksi memiliki curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengungkap El Nino memicu bahaya kekeringan di sejumlah daerah pulau Jawa.

“Situasi tersebut memicu bahaya kekeringan, seperti di Pulau Jawa,” kata Abdul dalam keterangan tertulisnya.

BNPB telah menerima laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), terkait bahaya kekeringan. Menurutnya, solusi jangka pendek dengan distribusi air bersih kepada warga perlu dilakukan.

BMKG juga memprakirakan efek El Nino pada musim kemarau tahun ini adalah menurunnya curah hujan di beberapa wilayah mulai Agustus sampai Oktober.

Sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0 – 100 mm/bulan), pada Agustus – September – Oktober.

Wilayah-wilayah itu yakni, Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.

Meski demikian, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut musim kemarau dan kekeringan imbas El Nino di tanah air tak akan terlalu parah-parah.

“Dasarnya kan dari penghitungan suhu muka air laut lalu dihitung dalam indeks atau anomali. Di Indonesia ini relatif paling lemah, kalau di negara lain levelnya bisa lebih tinggi,” tutur Dwikorita beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kondisi pada saat puncak kemarau tahun ini akan mirip seperti kekeringan pada 2019, tetapi tidak akan separah 2015 ketika kondisi kekeringan diperburuk dengan luasnya area kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

[Gambas:Video CNN]

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *