Jakarta, CNN Indonesia —
Studi menunjukkan manusia tak bisa mencium bau badan sendiri seperti mencium bau badan orang lain. Kenapa demikian?
Ketika mencium bau badan orang lain yang berkeringat atau orang yang memiliki bau mulut, indera penciuman kita dapat mengenalinya dengan baik. Namun, hal tersebut tidak terjadi ketika kita sendiri yang memiliki bau badan, padahal hidung kita relatif lebih dekat secara jarak dengan bau badan kita.
Hidung kita diketahui memiliki sekitar 400 reseptor penciuman yang berbeda yang mampu mengenali 10 jenis bau dan lebih dari 1 triliun aroma, dan penciuman dianggap sebagai salah satu indera pertama yang berevolusi pada manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebuah penelitian bahkan menemukan manusia lebih baik dalam mendeteksi senyawa aromatik tanaman daripada anjing, berkat sejarah evolusi kita sebagai pemburu-pengumpul.
Ahli neurobiologi molekuler di Duke University Hiroaki Matsunami menyebut,meski kita memang dapat mencium bau kita sendiri dengan, misalnya, mengendus ketiak, tapi seiring berjalannya waktu kita menjadi tidak peka terhadap bau tertentu.
“Hal yang sama juga terjadi pada bau apa pun yang kita temui secara rutin (seperti parfum atau bagian dalam rumah kita)” ujar Matsunami, dikutip dari Live Science, Kamis (7/9).
Matsunami menyebut proses ini dikenal sebagai kelelahan bau, dan meskipun penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami, hal ini bisa diatasi dengan mencium area yang memiliki lebih sedikit kelenjar keringat, seperti siku atau lengan bawah.
Kemudian menurut ilmuwan saraf di Brown University Rachel Herz, kemampuan kita untuk mendeteksi bau badan kita sendiri juga meningkat dalam situasi tertentu.
“Kita memiliki bau badan yang unik, sehingga kita sangat peka terhadap perubahan apa pun yang terjadi,” katanya.
Misalnya, jika kita makan sesuatu yang berbau bawang putih atau mengalami hari yang menegangkan, kemungkinan besar kita akan mencium baunya melalui keringat dan air liur.
Penelitian juga menemukan hubungan antara bau dan lebih dari selusin penyakit. Nafas yang berbau seperti buah busuk dapat menjadi indikasi diabetes yang tidak diobati, sementara tifus membuat keringat kita berbau seperti roti yang baru dipanggang.
Selain itu, penyakit Parkinson diduga mengeluarkan bau kayu dan musky. Temuan ini membuat para ilmuwan saat ini sedang mempelajari apakah perubahan dalam minyak kulit, yang disebut sebum, dapat digunakan untuk mendiagnosis kasus sebelum timbulnya gejala.
Selain kesehatan, aroma tubuh juga disebut terkait dengan hubungan sosial kita. Dalam sebuah penelitian yang terbit pada Royal Society Publishing pada 1995, para ilmuwan meminta para wanita untuk mengendus kaos pria yang menghindari produk beraroma.
Masing-masing wanita memiliki preferensi yang kuat, dan para peneliti menghubungkannya dengan seperangkat gen yang disebut major histocompatibility complex (MHC). Gen ini bekerja mengkode peptida yang digunakan sistem kekebalan tubuh untuk menandai bahan asing di dalam tubuh.
Sesuatu dalam bau badan kita mengeluarkan kumpulan MHC kita yang unik, dan wanita lebih menyukai aroma pria dengan gen MHC yang berbeda dengan dirinya.
Matsunami menyebut alasannya masih diperdebatkan, tetapi ada kemungkinan memiliki anak dengan seseorang dengan kombinasi gen MHC yang berbeda dapat memberikan kekebalan pada anak-anak tersebut terhadap lebih banyak penyakit.
Lebih lanjut, dikarenakan manusia sebagian besar adalah makhluk visual, penciuman tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti indera lainnya. Dengan demikian, begitu banyak aspek yang masih belum diketahui.
[Gambas:Video CNN]
(lom/dmi)
[Gambas:Video CNN]