Ilmuwan Israel Kembangkan Embrio Tanpa Sperma, Sel Telur, Rahim


Jakarta, CNN Indonesia —

Ilmuwan Israel tengah mengembangkan embrio tanpa sperma, sel telur, bahkan rahim. Bagaimana bisa?

Para peneliti menjelaskan embrio-embrio tersebut merupakan embrio manusia yang ditumbuhkan dari sel punca yang dibudidayakan di laboratorium. Mereka bahkan mampu membuat tes kehamilan menjadi positif dengan melepaskan hormon yang sesuai.

Menurut para peneliti, embrio yang mereka kembangkan memiliki semua karakteristik yang biasanya terdapat pada embrio dengan usia 14 hari, termasuk plasenta, kantung kuning telur, dan jaringan penting lainnya yang diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan yang sehat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Drama ada di bulan pertama, delapan bulan sisa kehamilan sebagian besar adalah pertumbuhan,” kata Jacob Hanna, peneliti dari The Weizmann Institute of Science di Israel, dikutip dari The Weizmann Institute.

“Ini sangat mirip dengan perkembangan embrio manusia yang sebenarnya, terutama kemunculan bentuknya yang sangat baik,” tambahnya.

Sebagai informasi, pembuatan embrio sintetis jenis ini melibatkan penggunaan sel punca yang diprogram untuk menjadi beberapa jenis jaringan tubuh, termasuk sel epiblast (yang menjadi janin), sel trofoblas (plasenta), sel hipoblas (kantung kuning telur), dan sel mesoderm ekstraembrionik.

Sebanyak 120 sel ini dicampur dalam rasio yang tepat, dan kemudian dibiarkan terbentuk. Pada akhirnya, sekitar satu persen dari sel-sel tersebut menyusun diri menjadi struktur seperti embrio, meski tidak identik dengan embrio manusia yang sesungguhnya.

“Saya memberikan pujian yang besar kepada sel-sel, Anda harus memiliki campuran yang tepat dan memiliki lingkungan yang tepat dan semuanya berjalan dengan sendirinya,” kata Hanna.

“Itu adalah fenomena yang luar biasa,” imbuhnya.

Meski kedengarannya agak aneh, tim berharap metode menumbuhkan embrio sintetis ini akan memungkinkan para ilmuwan untuk menjelaskan bagaimana berbagai jenis sel muncul.

Atau, membuat mereka lebih memahami tahap awal perkembangan tubuh manusia, dan bahkan mungkin lebih memahami penyakit genetik.

Sebagai catatan, meski ini adalah model embrio, mereka bukanlah embrio manusia yang sebenarnya, meski memiliki bentuk yang sangat mirip.

Hanna dan para peneliti mengakui studi ini menimbulkan beberapa pertanyaan soal etik mengenai kemungkinan manipulasi potensial di masa depan dalam perkembangan embrio manusia.

Namun, ia membandingkannya dengan fisika nuklir, dengan alasan bahwa Anda tidak boleh menghentikan semua penelitian di bidang tersebut karena seseorang mungkin memilih untuk membuat bom nuklir.

Menurut Hanna, penelitian semacam ini mestinya melibatkan dan memberi informasi sepenuhnya kepada masyarakat tanpa melakukan apa pun secara diam-diam.

Terlebih, dikutip dari Sea Mashable, para peneliti juga berpendapat bahwa memang tidak mungkin untuk mencapai kehamilan melalui metode model embrio ini.

Hal tersebut dikarenakan menyusun 120 sel secara bersamaan akan melampaui titik di mana embrio dapat ditanamkan ke dalam lapisan rahim.

Magdalena Żernicka-Goetz, profesor pengembangan dan sel induk di Cambridge University, mengatakan penelitian ini bukan hal baru. Studi tersebut melengkai enam model mirip embrio manusia yang diterbitkan oleh tim di seluruh dunia tahun ini, termasuk dari laboratoriumnya.

“Tidak satu pun dari model-model ini yang sepenuhnya merekapitulasi perkembangan alami manusia, namun masing-masing model menambah cara di mana banyak aspek pembangunan manusia kini dapat dipelajari secara eksperimental,” katanya, dikutip dari Reuters.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *