Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap beberapa wilayah berpotensi dilanda hujan lebat dalam sepekan ke depan di saat daerah lainnya sudah dilanda kekeringan.
Sebelumnya, Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur sudah dilanda kekeringan.
“Jawa seperti tadi kita lihat sudah kekeringan hidrometeorologi, kering semuanya. Kabupaten Bogor itu yang paling terdampak, [dengan] kecamatan paling banyak di Jawa Barat terdampak kekeringan. Kemudian Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar dia, dalam konferensi pers. Selasa (5/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara, BMKG, dalam Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 5-11 September 2023, memberikan “Peringatan Dini” terkait hujan lebat di sejumlah wilayah.
“Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan lainnya),” menurut pernyataan lembaga.
“Dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu kedepan di wilayah,” imbuh BMKG.
Faktor cuaca global dan regional di sebagian besar wilayah Indonesia sangat mempengaruhi cuaca di wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.
Pada sepekan kedepan sebagian wilayah Sumatera bagian utara dan barat, Kalimantan bagian utara, dan Sulawesi bagian utara dan tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua akan cenderung hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Daerah yang berpotensi akan dilanda hujan lebat salah satunya adalah Jawa Barat. Berikut daftar lengkapnya:
5-6 September:
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat.
7-8 September:
Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
9-11 September:
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Alasan hujan lebat
BMKG mengungkap sejumlah faktor berpengaruh pada turunnya hujan lebat di wilayah-wilayah di atas.
Dari skala global, fenomena iklim yang ‘mengeringkan’ hujan El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) memang belum signifikan.
Selain itu, pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada kuadran 5 (belahan Bumi barat dan Afrika) menunjukkan kondisi yang kurang signifikan untuk wilayah Indonesia.
Sementara, gelombang atmosfer menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan awan yang membawa hujan di beberapa daerah.
Aktivitas gelombang Rossby Ekuator, misalnya, diprakirakan aktif di sebagian wilayah Maluku bagian tenggara dan Papua bagian selatan.
Ada pula gelombang Kelvin yang diprakirakan aktif di wilayah Sumatera bagian utara, Lampung, Banten, Jawa bagian timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara hingga tengah, Maluku Utara, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian selatan dalam sepekan ke depan.
“Sehingga, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awanhujandi wilayah tersebut,” menurut BMKG.
Selanjutnya, ada sirkulasi siklonik terpantau di Kalimantan bagian Barat yang membentuk daerah konvergensi memanjang di sekitar Kalimantan Barat.
Peningkatan kecepatan angin yang terinduksi dari sistem tekanan rendah (low level jet) >25 knot terpantau di Laut Andaman, di Teluk Thailand, di Laut China Selatan.
Kemudian, konvergensi yang memanjang dari Perairan Barat Sumatera Barat hingga Aceh, dari Riau hingga Selat Malaka, di Laut Natuna, dari Selat Makassar hingga Kalimantan Utara, di Maluku Utara, di Perairan Selatan Papua Barat, dan di Papua Barat bagian Utara.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” tandas BMKG.
(rfi/arh)