WhatsApp Gratis Tak Ada Iklan, Ternyata Sumber Cuan dari Sini

Jakarta, CNBC Indonesia – Sudah hampir satu dekade WhatsApp dicaplok Facebook dengan kesepakatan senilai US$ 19 miliar atau sekitar Rp 289 triliun. Kala itu, pengguna aktif WhatsApp baru di kisaran 450 juta orang.

Kini, layanan itu tumbuh lebih besar dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif. Seiring pertumbuhannya yang signifikan, WhatsApp hingga kini belum menyisipkan iklan di platformnya.

Strategi bisnis ini berbeda dengan ‘saudara’ lainnya sesama anak usaha Meta, yakni Facebook dan Instagram. Bisnis utama Facebook dan Instagram ditopang oleh iklan online yang menjamur di platform mereka.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu, WhatsApp juga tak menarik biaya langganan seperti X (dulunya Twitter). Lantas, dari mana WhatsApp mendapatkan cuan untuk meneruskan operasionalnya?

Dalam sebuah wawancara pada Juni 2022 bersama CNBC International, CEO Meta Mark Zuckerberg mengatakan keunggulan utama WhatsApp terletak pada basis pengguna yang besar.

Untuk itu, ia tak ingin mengadopsi strategi bisnis yang sama dengan Facebook dan Instagram. “WhatsApp merepresentasikan babak lanjutan dari Meta,” kata dia kala itu.

Hingga kini, WhatsApp masih menyumbang pendapatan paling sedikit dibandingkan saudaranya. Menurut pendiri firma riset Mobilesquared Nick Lane, pendapatan WhatsApp sekitar US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar atau kurang dari 1% dari total penjualan Meta.

Sementara itu, Instagram memberikan pendapatan US$ 40 miliar, menurut analis di firma riset Insider Intelligence Debra Aho Williamson.

“Facebook sudah 9 tahun mencaplok WhatsApp. Ini waktu yang lama untuk aplikasi dengan penggunaan yang besar. Tapi di mana pendapatannya?” kata Williamson.

Menurut Williamson, salah satu hambatan untuk menyisipkan iklan di WhatsApp adalah perannya sebagai aplikasi chat privat yang terenkripsi. Mekanismenya kurang ‘seksi’ bagi pengiklan.

Misalnya, tak ada yang ingin diberikan pop-up iklan di tengah-tengah obrolan personal dengan keluarga atau teman.

Menyadari hal ini, WhatsApp pun bertumpu pada fitur ‘Business’. Basis pengguna yang sangat besar, WhatsApp butuh kolaborasi lebih banyak dengan unit bisnis di seluruh dunia

“Selama bertahun-tahun, sangat jelas bahwa orang-orang mencoba untuk berinteraksi dengan kolega bisnis via WhatsApp,” kata Product Director WhatsApp Business Alice Newton-Rex.

“Jika kalian ke India atau Brasil, ada banyak nomor WhatsApp dipasang di jendela toko dan sudut-sudut lainnya. Ini adalah metode paling efektif bagi pengusaha untuk berinteraksi dengan konsumen,” ia menambahkan.

WhatsApp meluncurkan fitur Business pada 2018 lalu. Pada Juni lalu, Meta mengatakan pertumbuhan Business naik 3 kali lipat menjadi 200 juta pengguna aktif bulanan (MAU).

Perusahaan kecil dapat menggunakan aplikasi ini secara gratis atau, bergantung pada negaranya, membayar langganan bulanan untuk mendapatkan fitur tambahan. Misalnya saja, kemampuan membuat situs web WhatsApp dan mengakses akun perusahaan di hingga 10 perangkat.

Perusahaan yang lebih besar dapat membayar lebih untuk menggelar kampanye lebih heboh dengan akses ke fitur-fitur lebih canggih. Dengan layanan tingkat atas, Meta mengenakan biaya per percakapan yang bervariasi.

Di Brasil, misalnya, percakapan otentikasi singkat yang mengharuskan pengguna memasukkan kode sandi satu kali untuk verifikasi dapat dikenakan biaya sebesar 3,15 sen. Sedangkan percakapan pemasaran yang lebih rumit dan panjang yang merinci promosi baru atau penawaran khusus mungkin dikenakan biaya sebesar 6,25 sen.

Meski perusahaan tak bisa menjalankan iklan online di WhatsApp, tetapi mereka bisa membeli fitur semacam ‘click-to-message’ yang membuat konsumen langsung mengarah ke opsi transaksi.

Tahun lalu, Zuckerberg mengatakan produk click-to-message WhatsApp memberikan US$ 9 miliar ke pendapatan perusahaan.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jangan Gaptek, Begini Cara Akses WhatsApp Lebih dari 1 HP

(fab/fab)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *