Jakarta, CNN Indonesia —
Arkeolog senior Truman Simanjuntak mengiritik keras klaim temuan piramida di wilayah Danau Toba, Sumatera Utara, karena faktor sejarah leluhur di Nusantara yang tak mengenal struktur itu, termasuk di Suku Batak.
“Piramida itu tidak dikenal leluhur kita. Tidak ada budaya leluhur kita yang membentuk piramida seperti di mesir itu. Tidak ada,” kata dia kepada CNNIndonesia.com, Senin (2/10).
Di dalam budaya Batak sekali pun, kata Truman yang merupakan kelahiran Pematang Siantar, Sumut, 72 tahun lalu itu, tak ada yang pernah menuliskan keberadaan bangunan berbentuk piramida.
“Di adat Batak pun tidak ada bertuliskan baik di naskah-naskah kuno, tidak ada. Baik itu tulisan-tulisan yang di kulit bambu, di dedaunan pohon, itu tidak ada menyebut piramida,” cetusnya.
“Di dalam adat istiadat Batak pun tidak pernah mendengar piramida,” lanjut peraih Sarwono Award dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2015 ini.
Peneliti di Center for Prehistory and Austronesian Studies ini menyebut tak mungkin satu budaya tiba-tiba mencuat tanpa terkait budaya di sekitarnya.
“Jadi ini perlunya belajar kontekstual lokal maupun regional, arkeologi mikro dan makro. Jadi tidak ada budaya tiba-tiba mencuat di suatu wilayah tanpa ada kaitannya dengan wilayah-wilayah di sekitar temuan,” tutur Truman.
Latar peneliti
Sebelumnya, Profesor Riset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natwidjaja mengungkap temuan Piramid Toba yang memiliki tinggi hingga 120 meter.
“Bentuknya seperti piramid, meskipun setengah bodi dia menempel ke bukit lapisan Toba tuff (batuan berpori hasil abu vulkanik, red) itu yang umurnya 74 ribu tahun,” tuturnya, pekan lalu.
Temuan ini pun disebutnya sudah ditunjukkan kepada Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Danny juga menyinggung kemiripannya dengan Situs Gunung Padang, proyek era SBY, yang diklaim berumur sekitar 10 ribu tahun. Mengenai potensi usianya sama dengan batuannya, 74 ribu tahun, Danny mengaku masih meneliti itu.
Soal kemungkinan Piramid Toba berusia puluhan ribu tahun, Truman merespons, “Non sense, tidak ada! [Kebudayaan] Megalitik di manapun tidak ada yang berumur 20 ribu tahun. Paling di Eropa sana 5-6 ribu tahun yang lalu.”
“Tidak ada Megalitik berkembang di dunia ini dengan umur segitu, tidak perlu dipertanyakan lagi kalau itu tidak benar,” imbuh Truman.
Truman, yang merupakan mantan peneliti di Arkeologi Nasional (Arkenas) itu, menyebut struktur semacam ini banyak ditemui secara alami.
“Jadi kemudian ada lah di media fotonya, kelihatan ada sedikit dataran itu yang ke atas makin menyempit. Namun bentuk seperti itu apakah kita langsung simpulkan piramida?”
“Kalau soal bentang alam yang misalnya ada yang agak datar, atau lebih mengecil [di bagian atas] itu fenomena yang banyak dijumpai, jangan-jangan melihat gunung dari jauh kok keliatannya seperti piramida, ya enggak bisa begitu,” cetus dia.
Truman pun meminta publik melihat rekam jejak penelitinya untuk menguji keabsahan klaim Piramid Toba ini.
“Ini juga harus dilihat siapa yang mengatakan dan apa yang dikatakan. Yang mengatakan itu lihat rekam jejaknya.”
“Pengungkap Piramid Toba adalah orang yang, mungkin sudah tahu kasus dari Gunung Padang, kan dia yang menghembuskan itu juga.”
“Membuat orang bisa terpana, gunung pada ada piramida di sana, di bawah bukit ada ruangan yang besar berumur 20 sekian ribu tahun lalu, dan disimpan harta karun yang bisa membayar hutang negara,” sindir Truman.
“Tapi tunjukkan kepada saya secuil data saya yang mendukung pernyataan itu. Tidak ada,” cetus dia.
Terkait keluhan soal ketiadaan bukti ilmiah itu, Danny pernah menyebut pihaknya segera menerbitkan itu, meski belum memberikan jadwal pasti.
Sisa kebudayaan megalitik di halaman selanjutnya…