Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah China memiliki hubungan ‘love and hate’ dengan industri game. Pada 2021 lalu, otoritas setempat memberlakukan pembatasan bagi anak di bawah 18 tahun untuk main game maksimal 3 jam per minggu.
Pemerintahan Xi Jinping juga mengawasi peredaran video game di negaranya. Salah satunya dengan mewajibkan game yang beredar di China untuk mengantongi lisensi khusus dari pemerintah.
Berbagai aturan ketat itu berdampak negatif pada raksasa teknologi yang menjadikan game sebagai tumpuan bisnisnya. Misalnya Tencent yang kehilangan nilai pasar hampir US$ 600 miliar.
Namun, sepertinya China mulai melunak. Pemerintahan Xi Jinping menyadari pentingnya industri game untuk menyokong pertumbuhan ekonomi dan mengembalikan kebanggaan nasional.
Hal tersebut terlihat dalam gelaran cabang olahraga e-sport di Asian Games 2023 yang digelar di Hangzhou, China. Ribuan pemain game berkumpul dan ini menjadi ajang internasional pertama yang memberikan medali ke pemenang e-sport.
Tencent merupakan perusahaan yang mempublikasikan 4 dari 6 game yang dilombakan di Asian Games cabor e-sport tahun ini, dikutip dari Business Standard, Senin (25/9/2023).
Presiden Xi Jinping mengindikasikan penerimaannya terhadap industri game secara personal, dengan menghadiri pembukaan gelaran e-sport di Asian Games tahun ini.
Petinggi perusahaan teknologi dan jejeran pejabat pemerintahan berharap banyak pada industri e-sport sebagai instrumen pendorong ekonomi pasca Covid. Mereka berharap bisa memonetisasi game secara meluas, mulai dari produk game itu sendiri, hingga ke penjualan merchandise dan lisensi.
“Produk pertama Tencent adalah QQ yang kini sudah bertumbuh melampaui identitas awalnya sebagai platform pesan singkat. E-sport juga akan demikian ke depannya,” kata General Manager Divisi E-sport Tencent, Mars Hou.
“Game adalah bahasa baru yang menyatukan semua orang di seluruh dunia,” ia menambahkan.
Tencent turut mengembangkan hotel e-sport di Hangzhou untuk mengantisipasi membludaknya antusiasme masyarakat. Para pecinta game bisa memanfaatkan area itu untuk memainkan game favorit mereka.
Hotel itu terisi sebanyak 90% tahun ini. Per malamnya, pengunjung bisa membayar US$ 50 untuk mengisi kamar dengan bunk bed dan PC game berspesifikasi tinggi.
Beijing sepertinya memberikan batasan yang tegas antara video game dan e-sport. Padahal keduanya memiliki esensi yang sama, yakni memainkan game melalui software.
Kendati demikian, masih ada anggapan tradisional di tubuh pemerintahan Xi Jinping bahwa video game memicu kecanduan yang berdampak negatif bagi generasi muda.
Sementara itu, e-sport dinilai sebagai salah satu tool untuk membangkitkan jiwa kompetitif generasi muda dan mempromosikan semangat kerja sama tim. Setidaknya begitu yang diungkap Mario Ho dari NIP Group, yakni firma e-sport yang berafiliasi dengan pemerintah.
“E-sport berbeda dengan game, sebab e-sport dipandang sebagai olahraga,” kata Ho.
“E-sport sangat didukung oleh pemerintah karena merupakan profesi yang legit di China,” ia menuturkan.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Roblox Mau Ada Konten 17 Tahun ke Atas, Ortu Jangan Lengah!
(fab/fab)