Jakarta, CNBC Indonesia – Israel diserbu oleh hacker. Kelompok peretas asal Bangladesh, Pakistan, Maroko, dan beberapa negara lain melumpuhkan website di negara tersebut setelah Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menyatakan perang terhadap Hamas di Jalur Gaza.
Peneliti keamanan siber dari Equinix Threat Analysis Center, Will Thomas, menyatakan ada lebih dari 60 website yang lumpuh akibat serangan DDoS dan lebih dari 5 website yang halaman mukanya diambil alih hacker (deface).
Ia menyatakan hacker pro-Palestina menyerang website pemerintah, layanan penduduk, media massa, lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi, dan perusahaan energi Israel.
Thomas menyebut serangan ini adalah bentuk hacktivism, yaitu serangan siber oleh aktivis dengan sudut pandang politik tertentu.
“Apa yang mengejutkan dari hacktivism ini adalah jumlah grup internasional yang terlibat, seperti dari Bangladesh, Pakistan, Maroko dan lainnya semua menyasar Israel untuk mendukung Palestina. Kami juga menyaksikan banyak pelaku lama yang muncul lagi, yang sebelumnya melakukan serangan dan mempublikasi aksi mereka lewat hashtag #OpIsrael selama bertahun-tahun,” kata Thomas seperti dikutip Tech Crunch, Selasa (10/10/2023).
Selain pelaku hacktivist, penjahat siber tidak mau ketinggalan. “Saya juga melihat beberapa operator layanan kejahatan siber menawarkan diri sebagai kontraktor serangan DDoS atau Initial Access Brokers menyasar Israel atau Palestina,” kata Thomas.
DDoS adalah serangan siber lewat bombardir permintaan akses (query) yang membuat server sebuah website kewalahan sehingga lumpuh. Initial Acces Brokers adalah kelompok yang sudah memiliki akses ke website atau jaringan tertentu, kemudian menawarkan menjual akses tersebut ke hacker lain.
Direktur keamanan siber di Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Rob Joyce, membenarkan bahwa ada serangan DDoS dan defacements di website Israel.
“Namun, kami tidak melihat ada aktor negara di baliknya,” kata Joyce.
“But we’re not yet seeing real [nation] state malicious actors,” Joyce reportedly said.
Salah satu website yang diserang adalah Jarusalem Post, koran yang berbasis di Israel. Jarusalem Post menyatakan website mereka lumpuh akibat rangkaian serangan siber.
Hacktivist juga banyak beraksi selama perang Rusia-Ukraina, menyerang website milik kedua pihak. Bahkan, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) juga sempat kena serangan hacktivist.
Pekan lalu, ICRC merilis aturan yang mengatur “hacktivits” dalam konflik militer. Salah satu poin dari aturan tersebut adalah hacktvist seharusnya tidak menyerang sasaran milik sipil. Setelah pengumuman tersebut, website ICRC Rusia terkena defacement.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bahaya! Ada 19 Aplikasi Bisa Sedot Rekening dan Data Pribadi
(dem/dem)