Warga Temukan ‘Sisa Piramida’ Padang Pariaman, Pakar Ungkap Fakta


Jakarta, CNN Indonesia —

Warga menemukan sisa-sisa batuan berbentuk balok di Padang Pariaman, Sumatra Barat, mirip dengan yang ada di Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Batuan apa ini?

Dikutip dari Antara, temuan di Korong (dusun) Surantih, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, tersebut awalnya dilaporkan masyarakat setempat.

Setelah mendapat informasi itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman Anwar mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi dengan instansi terkait dan melakukan kunjungan ke lokasi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan kunjungan bersama ahli cagar budaya Sumatera Barat dan Balai Pelestarian Kebudayaan Sumatera Barat, ia menduga gundukan batuan tersebut merupakan benda cagar budaya.

Soal kepastiannya, Anwar mengaku hal itu merupakan kewenangan para ahli yang mesti dibarengi dengan penelitian mendalam.

Sementara itu, ahli geologi dan vulkanologi Ade Edward menduga gundukan batuan yang ditemukan warga itu merupakan batuan kekar kolom (columnar joint).

“Ini sebetulnya sudah lama kita cari. Kekar kolom ini salah satu item yang kita cari,” katanya, Kamis (12/10).

Berdasarkan hasil pengamatan fisik di lapangan, ia mengatakan bebatuan pada gundukan di Lubuk Alung itu berjenis batuan andesit basaltik atau antara batuan andesit dengan basaltik.

Batu andesit berwarna abu-abu muda dan batuan basaltik warnanya lebih ke abu-abu atau mendekati hitam.

Kenapa bisa jadi berbentuk balok?

Ade menjelaskan bebatuan itu terbentuk akibat proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi yang kemudian menyelusup melalui celah retakan atau patahan.

“Magma tersebut mendapatkan tekanan dan menyelusup ke dalam sela-sela batuan sehingga membeku,” katanya.

Dalam proses perubahan masa dari cair menjadi padat, ia melanjutkan, terjadi penyusutan dan pengerasan.

“Ketika itulah terjadi fenomena yang membentuk kolom-kolom yang nama disebut columnar joint,” katanya.

Ade mengemukakan bahwa usia bebatuan yang diduga merupakan kekar kolom di Lubuk Alung kemungkinan antara 40 sampai 60 juta tahun. Namun, diperlukan penelitian dan pengkajian untuk menentukan usia bebatuan tersebut.

Menurutnya, kekar kolom juga dapat dijumpai di area air terjun Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.

Struktur batuan pada kekar kolom di Lembah Anai jauh lebih rapi dibandingkan dengan susunan bebatuan pada gundukan yang ditemukan di wilayah Padang Pariaman.

Perlindungan dari tambang

Ade Edward pun menyarankan pemerintah segera melindungi dugaan kekar kolom di Padang Pariaman itu.

“Kita berharap temuan ini (columnar joint) segera dilindungi. Karena sebagainya masih orisinal,” kata dia.

Pasalnya, ada riwayat temuan kekar kolom sebelumnya di Kabupaten Pesisir Selatan habis karena ditambang untuk kebutuhan material bangunan.

Apalagi, kata Ade, columnar joint yang ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman tersebut tergolong unik dan langka. Sebab, beberapa batangan kekar kolom diketahui mencapai 4 meter.

Jika dibandingkan columnar joint di Merangin, Provinsi Jambi, temuan di Padang Pariaman bisa dikatakan lebih baik karena muncul ke permukaan bumi serta berada di atas perbukitan. Sementara, kekar kolom di Merangin posisinya di bawah.

Badan Geologi sebelumnya juga mengungkap temuan columnar joint lain di Situs Gunung Padang, Cianjur Jawa Barat. Struktur ini terbentuk jutaan tahun imbas efek vulkanik.

Hasilnya, batuan-batuan berbentuk balok yang sebelumnya menyatu untuk kemudian tercerai berai di lokasi Gunung Padang.

Sekelompok ahli dan staf kepresidenan era SBY kemudian menganggap batuan alami ini sebagai sisa struktur piramida yang dibangun di masa pra-sejarah.

(Antara/arh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *