Jakarta, CNN Indonesia —
Uji coba vaksin HIV yang disebut “pertaruhan terakhir” pada dekade ini dihentikan setelah hasilnya menunjukkan tidak sesuai dengan ekspektasi.
Studi vaksin pencegahan penyebaran HIV, PrEPVacc yang dipimpin oleh para peneliti Afrika dan didukung ilmuwan Eropa, sedang menguji dua vaksin eksperimen bersamaan dengan bentuk baru terapi pre-exposure prophylaxis (PrEP) oral.
Terapi pre-exposure prophylaxis (PrEP) merupakan cara yang melindungi pengguna dari penularan HIV dengan mengonsumsi tablet sekali setiap hari. Meski begitu, terapi ini tidak mencegah penggunanya terinfeksi penyakit menular seksual lainnya.
Diberitakan CNN pada Sabtu (9/12), pemimpin proyek tersebut menghentikan uji coba vaksin ini lantaran uji coba menunjukkan hasil yang tidak efektif dalam mencegah infeksi HIV.
Meski begitu, PrEPVacc disebut tidak menunjukkan masalah dengan keamanan dari vaksin tersebut. Selain itu, komponen persiapan oral pada uji coba tetap dilanjutkan.
Kegagalan eksperimen vaksin HIV ini disebut menjadi pukulan besar bagi komunitas media, yang menemui banyak jalan buntu sejak uji coba vaksin HIV pertama dimulai pada 36 tahun lalu.
[Gambas:Video CNN]
Meski infeksi baru HIV sudah menurun secara drastis sejak puncaknya terjadi pada pertengahan dekade ’90-an, data terbaru program PBB untuk epidemi HIV/AIDS, UNAIDS, menunjukkan bahwa ada 39 juta orang di dunia yang hidup dengan virus ini.
Lebih dari separuh data tersebut merupakan perempuan dewasa dan anak-anak perempuan, dengan perempuan muda dan gadis remaja berusia atau berusia 15-24 tahun, menyumbang 77 persen kasus baru di Afrika kawasan sub-Sahara.
Masyarakat medis masih belum menemukan vaksin HIV yang efektif. Sebelum uji coba ini dilakukan, salah satu dari mereka yang terlibat sempat memperingatkan bahwa penelitian serupa tidak mungkin dilakukan hingga 2030-an.
Proyek PrEPVacc ini dilakukan terhadap 1.500 sukarelawan di Uganda, Tanzania, dan Afrika Selatan. Sebanyak 87 persen dari para partisipan tersebut adalah perempuan.
Kepala Investigator PrEPVacc, Pontiano Kaleebu, mengatakan dalam pernyataannya bahwa masyarakat medis mesti mencari pendekatan dan teknologi vaksin generasi baru bila berkaca pada hasil uji coba mereka.
“Pengembangan vaksin untuk mencegah HIV merupakan tujuan penting bagi Afrika. Tujuan ini harus memiliki urgensi yang lebih besar saat ini karena belum ada vaksin HIV yang diuji kemanjurannya di mana pun di dunia,” kata Kaleebu.
Pernyataan tersebut diamini oleh direktur proyek ini, dokter Eugene Ruzagira. Ia menyatakan meski rintangan ilmiah pencarian vaksin ini terbilang tinggi, harapan yang ada juga sama besar bahwa suatu saat nanti akan ada vaksin untuk HIV.
“Penelitian penting seperti PrEPVacc memajukan kami, dan para peserta bersedia untuk melangkah maju bersama kami dan membuat perbedaan bagi kesehatan komunitas mereka,” kata Ruzagira.
Menurut para peneliti, hasil lengkap komponen vaksin dari uji coba PrEPVacc akan dipublikasikan pada musim panas 2024.
(end)