Jakarta, CNN Indonesia —
Beberapa akademisi Barat meragukan keberadaan sosok Nabi Muhammad karena beberapa alasan, termasuk soal bukti konkret sejarah. Benarkah tak ada rujukan ilmiah tentang keberadaan Rasul dalam perjalanan sejarah?
Muhammad Sven Kalisch, peneliti di Centre for Religious Studies di the University of Münster, mengklaim setelah melakukan penelitian dan studi yang ekstensif dirinya sampai pada kesimpulan yang sangat kontroversial.
Yakni, Nabi Muhammad mungkin bukan orang yang benar-benar ada dalam sejarah.
“Hasilnya sedemikian rupa sehingga saya yakin bahwa tidak dapat dibuktikan apakah Muhammad benar-benar hidup atau tidak,” kata Kalisch dalam sebuah wawancara radio pada 2008.
“Saya percaya bahwa tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini, meskipun saya harus mengakui bahwa saya lebih condong pada pandangan bahwa dia tidak pernah ada. Namun, kita harus bisa mengatakannya dan kita harus bisa berdebat secara akademis tentang hal itu.”
Kalisch merupakan salah satu pakar yang menjadi bagian dari program Inârah yang berarti pencerahan. Para peneliti dari Eropa dan Amerika yang tergabung dalam program ini mencoba mendalami sejarah Islam lebih dalam.
Senada, para orientalists seperti Goldziher, Sprenger, and Schacht, dikutip dari Inarah, menuding semua sumber ajaran Islam mengenai sirah (biografi Nabi), Hadits, dan catatan sejarah lainnya sekitar abad pertama hanyalah cerminan dari perdebatan dan pola pikir teologis abad kedua Islam.
Walau begitu, ada sejumlah bukti dan alasan yang bisa menjawab klaim-klaim tersebut.
Salah satu yang utama adalah proyek konstruksi massal di Mekah dan Madinah yang berkontribusi terhadap hilangnya banyak situs bersejarah, tanpa terdokumentasi dengan baik.
Meski demikian, sejumlah temuan arkeologis menunjukkan bukti yang dapat mendebat pendapat para pakar Barat tersebut.
Berikut rincian bukti-bukti arkeologis keberadaan Nabi Muhammad:
Manuskrip Al-Quran tertua
Tulisan tertua (manuskript) Al-Quran tertua yang tersimpan di University of Birmingham merupakan salah satu bukti sejarah awal kehadiran Islam di Bumi.
Menurut analisis penanggalan karbon, manuskrip yang terdiri dari dua lembar perkamen ini berasal dari tahun di mana Nabi Muhammad hidup, yakni sekitar tahun 570 hingga 632.
Dikutip dari laman University of Birmingham, naskah Al-Quran tersebut berisi bagian-bagian dari Surat 18 hingga 20 yang ditulis dengan tinta dalam bentuk awal aksara Arab yang dikenal sebagai Hijazi.
Manuskrip Syria
Sebuah manuskrip Syria dari abad keenam diketahui mengandung ayat-ayat tentang penaklukan Arab. Dalam manuskrip tersebut bahkan tersemat nama Muhammad.
“Pada bulan Januari {orang-orang Hims} menerima firman untuk hidup mereka dan banyak desa-desa yang dirusak oleh pembunuhan {Orang-orang Arab} Muhammad (Muhmd) dan banyak orang yang dibunuh dan ditawan dari Galilea sampai ke Beth,” tulis potongan manuskrip yang kata-katanya terpencar tersebut.
Dalam buku berjudul ‘Seeing Islam as others saw it’ karya Robert G. Hoyland, disebutkan ada beberapa hal yang penting dalam fragmen manuskrip tersebut.
Salah satunya adalah kesesuaian dengan tanggal yang diberikan dalam sumber-sumber Arab untuk pertempuran di Gabitha, yaitu 20 Agustus 947 Masehi/12 Rajab 15 Hijriah, dan memiliki kemiripan dengan beberapa catatan dalam Theophanes.
Manuskrip hingga prasasti di halaman berikutnya…