Jakarta, CNN Indonesia —
Pahatan berbentuk ragam ekspresi wajah manusia muncul dari dasar sungai Amazon saat kekeringan paling ekstrem melanda Brasil. Warga pribumi kuno di masa sebelum penjajahan Columbus di Amerika diduga jadi penciptanya.
Para arkeolog meyakini pahatan tersebut berusia lebih dari 2.000 tahun. Selain wajah manusia, ada juga ukiran seperti hewan dan bentuk lainnya ditemukan di tepi Rio Negro, sebuah situs arkeologi Ponto das Lajes atau Place of Slabs di Brasil.
“Para peneliti memperkirakan pembuatan [pahatan] sekitar 1.000 atau 2.000 tahun lalu,” tulis laporan The Guardian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pahatan serupa sempat ditemukan ketika kekeringan parah melanda Brazil tahun 2010 lalu, saat permukaan air Rio Negro turun hingga 13,63 meter atau rekor saat itu.
Kini sungai Rio Negro surut hingga permukaan air tersisa di bawah 13 meter untuk pertama kalinya dalam sejarah, dengan catatan 12,89 meter pada Senin (23/10) lalu.
Menurut sejarawan Beatriz Carneiro, kawasan Praia das Lajes memiliki warisan tak ternilai untuk mempelajari kehidupan manusia pertama yang tinggal di daerah tersebut. Kekeringan ini dikhawatirkan bakal merusak kondisi pahatan karena tidak tertutupi air.
“Sayangnya pahatan ini terlihat lagi seiring dengan kekeringan yang semakin parah. Dengan adanya air sungai yang kembali akan menjaga pahatan tetap utuh lebih dari yang bisa kami lakukan,” kata Carneiro seperti dikutip dari Phys.
Seorang warga setempat, Livia Ribeiro, yang sudah tinggal lama di kota Manaus yang dekat dengan Amazon, mengaku tidak pernah melihat pahatan serupa sebelumnya.
“Saya pikir tadinya hal ini adalah kebohongan, saya tidak pernah melihat ini sebelumnya sejak tinggal di Manaus selama 27 tahun,” kata Ribeiro.
Penemuan pahatan batu kuno itu menarik perhatian warga. Namun menurut Ribeiro, hal itu juga mengundang kekhawatiran karena musim kemarau berkepanjangan membuat kehidupan manusia jadi terancam.
“Kami datang dan melihat pahatan ini. Kami pikir pahatan itu cantik. Tapi di saat yang sama, ini mengkhawatirkan apakah sungai ini akan tetap ada dalam 50 tahun atau 100 tahun ke depan,” ujar Ribeiro.
Kekeringan di sungai Amazon wilayah Brasil dikabarkan memengaruhi aliran air untuk keperluan transportasi dan pengiriman logistik. Pemerintah Brasil sudah mengirim bantuan di area terdampak.
Menurut para ahli, musim kemarau tahun ini semakin parah karena dampak El Nino di wilayah Samudera Pasific yang memengaruhi suhu udara normal, termasuk ke perubahan iklim.
Siapa yang memahat ukiran?
Jaime Oliveira dari Institut Warisah Sejarah Brasil (Iphan) mengungkap ukiran-ukiran tersebut merupakan situs arkeologi yang memiliki “relevansi yang sangat besar”.
Ukiran-ukiran tersebut berada di sebuah situs yang dikenal sebagai Praia das Lajes dan pertama kali terlihat pada tahun 2010, selama periode kekeringan yang tidak separah saat ini.
Ukiran-ukiran batu tersebut muncul dengan latar belakang hutan lebat, dengan air Sungai Negro yang berwarna kecoklatan mengalir di dekatnya.
Sebagian besar pahatan adalah wajah manusia, beberapa di antaranya berbentuk persegi panjang dan yang lainnya berbentuk oval, dengan senyuman atau ekspresi muram.
“Situs ini mengekspresikan emosi, perasaan, ini adalah catatan batu yang terukir, tetapi memiliki kesamaan dengan karya seni saat ini,” kata Oliveira.
Selain wajah antropomorfik dan penggambaran air, beberapa batu menampilkan lekukan yang menunjukkan bahwa situs ini juga digunakan untuk membuat peralatan batu.
Carlos Augusto da Silva dari Universitas Federal Amazonas mengidentifikasi 25 kelompok ukiran pada satu batu yang ia yakini digunakan sebagai batu asah untuk mengasah berbagai alat.
“Ini adalah area untuk mempersiapkan peralatan,” kata arkeolog tersebut kepada situs berita lokal Amazônia Real.
Fragmen keramik yang diperkirakan berusia ribuan tahun juga dilaporkan telah ditemukan di situs tersebut, yang merupakan rumah bagi desa-desa pribumi yang besar pada masa pra-Columbus.
Meskipun telah ditetapkan sebagai situs arkeologi, petroglif Ponto das Lajes belum pernah diteliti, dan para peneliti memperkirakan usianya berdasarkan pahatan batu yang serupa di bagian lain di Amazonia tengah.
“Lokasi-lokasi ini, yang sekarang menjadi situs arkeologi dengan tanah hitam, sejumlah besar pecahan keramik, dan pahatan batu, menceritakan sejarah pribumi kuno di wilayah ini dan harus diperlakukan dengan hormat oleh kita semua yang tinggal di Manaus saat ini,” ujar arkeolog Filippo Stampanoni Bassi.
[Gambas:Video CNN]
(ikw/dmi)