Jakarta, CNBC Indonesia – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto menilai Pemilihan Umum Indonesia Februari 2024 akan dijadikan eksperimen platform-platform media sosial seperti TikTok dan X sebelum digunakan di Pemilu Amerika Serikat November 2024. Seperti apa analisisnya?
“Itu yang kami lihat di pemilu-pemilu sebelumnya. Jadi bagaimana Twitter sudah digunakan sejak 2012, 2014 di Indonesia tapi betul-betul menjadi satu platform politik yang kuat pada saat dilakukan di pemilu AS dua tahun setelahnya. Kalau Facebook sudah berlangsung cukup lama di tahun 2012 di AS,” ujarnya dalam konferensi pers bertajuk “Menuju Kematangan Demokrasi Indonesia” di kantor Lemhannas, Jakarta, Senin (18/9/2023).
Andi mengatakan, Lemhannas saat ini mengamati platform TikTok yang sudah sangat mewarnai pemilu di sejumlah negara seperti Filipina hingga Turki. Apalagi, lanjut dia, TikTok memiliki algoritma khusus.
“Itu yang kemudian bisa membuat konten-konten yang ada masuk di timeline pengguna TikTok terlepas dari thread yang sedang ada di negara tersebut. Berbeda dengan Twitter atau X sekarang,” kata Andi.
Mantan Sekretaris Kabinet itu mencontohkan pertemuan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto Djojohadikusumo di Hambalang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Minggu (17/9/2023).
“Misalnya trennya tentang politik, misalnya kemarin ada pertemuan di Hambalang, maka timeline di X akan mengikuti tren tersebut. Tapi kalau di TikTok berbeda. Di TikTok bisa saja trennya lagi X, tapi TikTok kemudian melempar sendiri algoritmanya,” ujar Andi.
“Kemudian kita bisa menduga bagaimana TikToknya sendiri yang mengusung satu algoritma yang menguatkan beberapa tren tertentu. Nantinya diramalkan bahwa akan terjadi perubahan yang signfikan menuju November 2024 pada saat pemilu AS berlangsung. Itu sesuatu yang kami amati,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Andi mengatakan, situasi bertambah sulit lantaran keberadaan artificial intelligence (AI) yang juga harus diamati dalam Pemilu Indonesia Februari 2024 dan Pemilu AS November 2024.
“AI itu membuat proses crawling data untuk mengamati polanya untuk mengamati tren itu menjadi mungkin sekarang saya perkirakan delapan kali lipat lebih berat dibanding sebelum adanya AI. AI bisa crawling media dalam jumlah yang sangat besar, bisa langsung menemukan kata-kata kunci,” kata Andi.
“Kata-kata kunci itu yang langsung kemudian dilempar ke cyber army misalnya untuk dipakai untuk membuat posting-posting kontennya menjadi posting-posting yang segera masuk ke timeline-timeline utama. Itu kemudian dibantu AI yang sebelumnya ada machine learning belum secepat itu untuk membaca query-query, keyword-keyword yang muncul dalam trending-trending topic yang ada di platform-platform medsos,” lanjutnya.
Teknologinya, menurut Andi, kemungkinan tidak akan matang di Februari 2024, tapi betul-betul bisa dilihat di November 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
TikTok Jiplak Google, Tawarkan Duit Iklan ke Media
(miq/miq)