Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengklaim telah menyelesaikan migrasi TV digital alias Analog Switch Off (ASO) secara menyeluruh. Dengan rampungnya ASO, Kominfo bersiap menggeber pemerataan koneksi 5G.
Menkominfo Budi Arie Setiadi mengatakan pihaknya sudah siap melelang frekuensi 700 Mhz kepada operator selular untuk keperluan 5G.
“Saat ini, kita sudah menyelesaikan program Analog Switch Off (ASO) sehingga spektrum frekuensi 700 Mhz (low band) untuk 5G sudah bersih dan dapat dilelang,” kata Budi seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (21/09).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, spektrum 26 GHz (mid band) atau millimeter wave spectrum juga rencananya akan dilelang.
Budi mengungkapkan saat ini sudah ada 49 kota di Indonesia yang dilengkapi layanan komersial 5G. Sedangkan, pengembangan jaringan 5G juga terus dilakukan di lima destinasi wisata super prioritas, dan beberapa event internasional, seperti KTT ke-43 ASEAN.
Ia menjelaskan keberadaan jaringan 5G dapat dipakai untuk mobile broadband, Ultra Reliable & Low Latency dan Massive Machine-Type Communication.
Kendati demikian, Budi mengakui ada tantangan bagi pemerintah dalam mempersiapkan regulasi termasuk izin spektrum, biaya, dan standar teknis yang mendukung ketersediaan 5G di Indonesia.
“Terkait 5G spectrum assignment, saya juga menyadari bahwa penggelaran jaringan 5G membutuhkan investasi yang cukup besar, sehingga kami terbuka untuk menerima masukan tentang insentif yang dapat diberikan kepada para penyelenggara telekomunikasi untuk mendukung model bisnis yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Di samping itu Kominfo mengklaim akan terus mempercepat implementasi 5G, melalui penyediaan dan pemerataan infrastruktur digital dari hulu hingga hilir.
Jangan buat gaya-gayaan
Sementara itu, operator seluler Telkomsel sebelumnya mengingatkan agar pembangunan infrastruktur jaringan 5G tak bisa cuma demi gaya-gayaan, karena hal ini bakal merugikan diri sendiri. Hal ini perlu memperhatikan sebaran gadget yang kompeten, kebutuhan pengguna, dan imbal hasilnya kepada operator.
“Kalau seandainya hanya supaya keren-kerenan, misalnya, bisa backfire ke kita. Makanya kita kebutuhan itu saat ini tumbuh datangnya dari segmen B2B. Kita akan mulai dari sana dulu,” kata Vice President Business Development and Innovation Telkomsel Jockie Heruseon beberapa waktu lalu.
Jockie menambahkan pihaknya mendapat permintaan dari perwakilan institusi pemerintah untuk menggelar 5G di lokasi tertentu, beberapa waktu lalu. Menanggapi permintaan tersebut, Telkomsel mengaku bisa membangunnya jika memang dibutuhkan.
Yang dimaksud dengan kebutuhan, kata dia, di antaranya adalah soal penetrasi device atau perangkat dengan spesifikasi 5G yang signifikan tapi belum terlayani, atau secara teknologi di lokasi tersebut membutuhkan kecepatan tertentu.
“Kita bisa ngebangun itu melihat potensi juga, karena pengen ada return juga. Teknologi itu mengikuti orang yang ujungnya di sana ada return-nya nanti,” ucap Jockie.
“Kalau ini hanya sekadar keinginan, bisa tidak balik ke kita [modalnya],” tambah Jockie.
Ia mengatakan penerapan 5G oleh Telkomsel lebih berasaskan kebutuhan, bukan keinginan. Hasilnya, Telkomsel saat ini masih berfokus ke skema business to business (B2B) dalam konteks 5G.
“[5G] kita sekarang memang sudah tersebar di beberapa kota, tapi fokus utama kita untuk 5G lebih ke arah B2B. Itu jadi sasaran utama kita, karena penetrasinya butuh waktu. Dan terkadang ini masalahnya terkait antara kebutuhan atau keinginan,”ucap dia.
Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison(IOH) Muhammad Danny Buldansyah juga menyebut kesuksesan 5G bergantung dari rasio biaya terhadap keuntungan atau benefit yang diterima perusahaan.
“Kalau kita lihat tadi ekosistem sangat diperlukan untuk bagaimana bisa menggelar di luar spektrum ini saya selalu berpegang ke device, network, dan aplikasinya,” terangnya, di tempat yang sama.
Yang jelas, katanya,pengembangan jarinagn5G mempertimbangkan kebutuhan warga (use case).
“Bagaimana kita bisa mempunyai use case dibutuhkan oleh masyarakat, bukan hanya apa yang diinginkan masyarakat. Device sudah siap belum, kemudian jaringan juga harus siap dengan support spektrum, kemudian aplikasi-aplikasinya,” pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]
(can/dmi)
[Gambas:Video CNN]