Perkakas Kayu 476 Ribu Tahun Ditemukan di Zambia, Cek Siapa Pembuatnya


Jakarta, CNN Indonesia —

Para arkeolog menemukan perkakas berusia 476 ribu tahun, menjadikannya sebagai perkakas dari kayu tertua yang pernah ditemukan.

Perkakas kayu yang dibuat dengan tangan ini berbentuk dua batang pohon, berlekuk, dan diawetkan di dasar Sungai Kalambo di Zambia.

Para pakar menemukan batang-batang kayu ini di Air Terjun Kalambo, di Danau Tanganyika di Zambia utara, sebuah situs yang diselidiki sejak 1950-an.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penggalian sebelumnya di sekitar danau kecil di hulu air terjun menghasilkan peralatan batu, serbuk sari yang diawetkan, dan artefak kayu yang telah membantu para peneliti memahami lebih banyak tentang evolusi dan budaya manusia selama rentang waktu ratusan ribu tahun.

Namun, sebuah analisis baru terhadap lima potongan kayu yang telah dimodifikasi dari Kalambo mendorong kembali ke masa-masa awal situs tersebut dan memberikan para peneliti wawasan baru tentang pikiran nenek moyang kita di masa Pleistosen Tengah (781 ribu hingga 126 ribu tahun yang lalu).

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan Rabu (20/9) di jurnal Nature, para peneliti yang dipimpin oleh Larry Barham, seorang profesor di Departemen Arkeologi, Klasik, dan Mesirologi di Universitas Liverpool di Inggris, merinci benda-benda kayu yang mereka temukan.

Benda-benda tersebut termasuk dua yang ditemukan dengan peralatan batu di bawah sungai dan tiga yang tertutup endapan tanah liat di atas permukaan sungai.

Artefak-artefak kayu ini bertahan selama ratusan ribu tahun karena permukaan air yang ditinggikan secara permanen.

Para peneliti melakukan penanggalan luminescence dari sampel pasir dari situs tersebut, yang melibatkan pengukuran berapa lama butiran pasir terpapar cahaya.

Hasilnya, Barham dan rekan-rekannya menemukan tiga kelompok: sebuah batang kayu yang dipotong dan sepotong kayu yang meruncing berasal dari 324 ribu tahun lalu;

Sebuah tongkat penggali yang berasal dari 390 ribu tahun lalu; dan sebuah irisan kayu dan dua batang kayu yang saling tumpang tindih berasal dari 476 ribu tahun yang lalu.

Meski bongkahan kayu kecil yang dimodifikasi dari Kalambo sangat mirip dengan alat berburu dan mencari makan berusia 400 ribu tahun yang ditemukan di Eropa dan Cina, tetapi batang kayu yang saling mengunci tidak memiliki kesamaan yang diketahui dalam Palaeolitik Afrika atau Eurasia.

Batang kayu bagian atas, yang ditemukan dari lapisan yang juga memiliki peralatan batu, berukuran 141,3 sentimeter dan ditemukan tergeletak di batang pohon besar dengan sudut 75 derajat.

Bagian bawah batang atas dan bagian atas batang bawah memiliki bukti pemotongan dan pengikisan untuk membuat lekukan, yang memungkinkan keduanya untuk saling menyatu.

“Kayu dari batang pohon memungkinkan manusia membangun benda-benda besar,” tulis Barham dan rekan-rekannya dalam penelitian mereka, dikutip dari LiveScience, Rabu (20/9).

Hal tersebut menunjukkan kehidupan mereka di dataran banjir yang basah secara berkala akan ditingkatkan dengan membangun platform yang ditinggikan, jalan setapak, atau fondasi untuk tempat tinggal.

Manusia hominin

Benda-benda yang baru ditemukan ini dapat memundurkan data periode waktu pada contoh-contoh awal aktivitas pertukangan dan membantu para ilmuwan untuk lebih memahami teknologi yang dimiliki oleh nenek moyang manusia purba.

Mengutip Smithsonian Magazine, fosil tertua Homo Sapiens atau manusia modern ada di Jebel Irhoud, Maroko, 2017, yang berusia sekitar 300 ribu tahun.

Jika perkiraan usia batang kayu yang berusia 476 ribu tahun tersebut benar, kemungkinan perkakas tersebut telah ada sebelum kemunculan spesies Homo sapiens dan merujuk pada tingkat kecerdasan nenek moyang hominin manusia.

Bukti arkeologis perilaku hominin biasanya berasal dari artefak yang hampir tidak bisa dihancurkan, seperti peralatan batu, sehingga penemuan benda-benda kayu yang mudah rusak di Air Terjun Kalambo sangatlah penting.

Para ahli menyebut Homo sapiens bukanlah satu-satunya ‘jenis’ manusia. Homo Sapiens hidup berdampingan, seperti yang dijelaskan oleh gen, kita sering kawin dengan berbagai spesies hominin, termasuk beberapa yang belum teridentifikasi.

Namun, mereka menghilang, satu demi satu, meninggalkan Homo sapiens sebagai satu-satunya ‘manusia’.

Dalam skala waktu evolusi, beberapa spesies ini baru saja punah. Di Pulau Flores, NTB, Indonesia, terdapat fosil-fosil yang menunjukkan spesies manusia purba berukuran kecil yang dijuluki “hobbit”.

Homo floresiensis ini diprakirakan hidup sekitar 50 ribu tahun yang lalu, namun apa yang terjadi pada mereka masih menjadi misteri.

[Gambas:Video CNN]

(dir/arh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *