Jakarta, CNN Indonesia —
Perang Israel-Hamas tak hanya berdampak pada warga Palestina dan Israel, tetapi juga banyak negara secara tidak langsung.
Perang yang telah terjadi lebih dari sebulan ini memicu pro dan kontra pada kedua belah pihak. Dukungan untuk setiap pihak dikampanyekan di berbagai negara, di antaranya India.
Di India terdapat bukti substansial tentang kampanye disinformasi. Kampanye ini disebut memuat konten Islamofobia dan disinformasi yang berkaitan dengan konflik yang disebarkan oleh para influencer sayap kanan India.
Kampanye ini kemudian berakibat pada ekosistem informasi online yang lebih luas.
Dikutip dari Global Network on Extremism & Technology, akun-akun sayap kanan yang berbasis di India, termasuk pengguna terverifikasi di Twitter, telah membagikan sejumlah besar unggahan palsu yang menargetkan Palestina dan mendukung Israel selama eskalasi perang yang terjadi di Gaza.
Sebagai contoh, sebuah video yang diklaim sebagai bukti bahwa puluhan gadis Israel telah dijadikan budak seks oleh para pejuang Hamas, padahal rekaman yang dimuat adalah anak-anak Israel yang sedang dalam perjalanan sekolah yang sama sekali tidak berhubungan dengan konflik.
Video tersebut telah ditonton jutaan kali sebelum akhirnya diperiksa kebenarannya.
Selain itu, ada sebuah postingan yang beredar di sebuah channel Telegram mencantumkan nama-nama sepuluh orang India yang dibunuh oleh Hamas, yang mengakibatkan banjir caci maki dan kebencian terhadap Muslim di seluruh dunia, khususnya di India.
Menanggapi video tersebut, seorang pengguna menyatakan bahwa ia ingin menghapus semua Muslim dari India jika ia memiliki kesempatan.
Beberapa waktu setelahnya, anggota channel tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang dibunuh adalah pekerja Nepal, bukan orang India.
Grup-grup WhatsApp dan Telegram di India saat ini disebut penuh dengan konten Islamofobia yang membandingkan situasi di Gaza dengan konteks India.
Sebagai contoh, sebuah pesan di grup Telegram menunjukkan protes dari Muslim India terhadap respons militer Israel disertai narasi “hanya teroris yang akan mendukung teroris lainnya dan dengan demikian India harus fokus untuk membersihkan teroris India [mengacu pada Muslim] daripada berfokus pada teroris di luar”.
Selain itu, ada beberapa contoh pesan WhatsApp yang memperingatkan bahwa serangan di masa depan dapat terjadi di India oleh “teroris Islamis” dan umat Hindu harus membawa senjata untuk melindungi diri mereka sendiri.
Kemudian terdapat juga pesan-pesan lainnya yang mengejek dan merayakan kematian warga Palestina, menyalahkan Islam atas konflik di wilayah tersebut.
Lebih lanjut, sebagian besar saluran dan pengguna sayap kanan Hindu India di media sosial telah menyatakan dukungan untuk Israel. Mereka juga berkontribusi pada tagar #IStandwithIsrael yang menjadi tren di seluruh negara tersebut.
Contoh-contoh ini menggambarkan bagaimana konflik Israel-Hamas disalahgunakan terhadap kelompok masyarakat yang tidak memiliki keterlibatan langsung.
Meski demikian, fenomena ini bukan sesuatu yang baru di India, sebuah negara yang bergulat dengan lebih banyak misinformasi dibandingkan negara lain di dunia.
Kelompok-kelompok sayap kanan telah memobilisasi secara online kampanye yang dijalankan oleh anggota partai politik seperti Partai Bharatiya Janata (BJP). Kampanye ini membuat dan menyebarkan informasi palsu dan konten Islamofobia di India.
Lonjakan konten semacam itu dari India dapat dikaitkan dengan beberapa faktor utama.
Pertama, sayap kanan online memiliki kapasitas yang kuat untuk menyebarkan kebencian anti-Muslim, baik di India maupun dalam skala global.
Kedua, pergeseran kebijakan luar negeri India telah memupuk hubungan yang lebih dekat dengan Israel, yang menghasilkan hubungan yang lebih baik di antara kedua negara.
(lom/dmi)
[Gambas:Video CNN]