Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap Observatorium Nasional Timau di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) segera rampung dan akan mulai beroperasi 2024. Cek keunggulannya.
Hal tersebut disampaikan BRIN dalam laman resminya dan mengatakan bahwa Observatorium Timau “kemungkinan dapat mulai beroperasi pada 2024.” BRIN juga mengungkap nantinya dengan kehadiran observatorium ini “banyak riset yang bisa dilakukan dengan teleskop yang terpasang di observatorium tersebut.”
Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan tujuan awal observatorium ini adalah membangun fasilitas yang dapat dirasakan anak bangsa terkait sains antariksa.
“Melalui observatorium ini, kita bisa mengurai dan memahami misteri cahaya yang datang dari langit,” kata Emanuel, mengutip laman resmi BRIN, Senin (4/12).
Studi astronomi tidak akan lepas dari masalah iklim, cuaca, dan lainnya. Pemanfaatan teropong atau teleskop yang akan dipasang di Kupang beragam.
“Program yang akan diusung di antaranya studi pada astrofisika, minat pada dinamika lingkungan antariksa pada sampah-sampah antariksa, cuaca antariksa, studi pada sistem kalender, penentuan waktu ibadah dan antardisiplin yang lainnya,” urai Emanuel.
Observatorium Timau memiliki teropong dan frame penggerak yang berdiameter 3,8 meter. Teropong ini, menurut Emanuel, multipurpose atau dapat digunakan untuk bayak riset.
Menurut Emanuel, walau akan mengarah untuk astrofisika, teropong ini juga dapat membuka studi-studi lainnya, serta berkontribusi pada upaya-upaya yang digunakan pada kamera citra optik, dan inframerah dekat, yaitu 3OPTIKA dan NIRKA.
Riset-riset yang dapat dikerjakan, yaitu terkait karakterisasi teleskop 380 cm. Di antaranya, bagaimana cermin segmented ini apakah fokus seragam memberi pembentukan citra terbaik, kontrol teleskop apakah sudah dikendalikan oleh komputer atau masih manual, bagaimana pergerakan, respons getaran, dan stabilitasnya.
“Selain itu, bagaimana peluang penelitian kendali mekatronika dan sistem teleskopnya, apakah robotik atau modern digital. Kemudian bagaimana pengumpulan, penyimpanan, dan pengelolaan data hasil pengamatannya, apakah sudah sesuai standar internasional, dan peluang penelitian manajemen data virtual observatory,” jelas Emanuel.
Emanuel menyampaikan, peluang dan tantangannya adalah bagaimana membangun wilayah yang lestari berkelanjutan (tata kelola ruang dan wilayah, perkembangan daerah urban, polusi cahaya dan radio), mempersiapkan generasi sekarang dan masa depan, dan berkontribusi pada riset global.
“Juga bagaimana membangun pusat kolaborasi riset sebagai inkubator riset terdepan multidisiplin, pengembangan fasilitas generasi kedua dimulai dari manusianya, riset studi pada arah pusat galaksi pada jendela optik dan NIR, membuka peluang multipanjang, gelombang, dan riset instrumentasi dan inkubasi ide perkecambahan ilmu pengetahuan dan studi astronomi,” papar dia.
[Gambas:Video CNN]
(tim/dmi)
[Gambas:Video CNN]