Jakarta, CNBC Indonesia – Kemunculan cahaya aneh di Maroko pekan lalu bikin geger. Pasalnya fenomena ini muncul sesaat sebelum gempa berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang negara tersebut pada Jumat (8/9/2023).
Namun rupanya laporan tentang ‘cahaya gempa’ seperti yang terlihat dalam video yang beredar di media sosial, berasal dari zaman Yunani kuno berabad-abad yang lalu.
John Derr, pensiunan ahli geofisika yang pernah bekerja di Survei Geologi Amerika Serikat (AS), mengatakan semburan cahaya terang yang menari-nari dalam berbagai warna telah lama membingungkan para ilmuwan.
Ia mengatakan masih belum ada konsensus mengenai penyebabnya, namun ledakan cahaya tersebut pasti nyata. “Melihat EQL bergantung pada kegelapan dan faktor kesukaan lainnya,” katanya, seperti dikutip oleh CNN International, Kamis (14/9/2023).
Lebih lanjut, Derr mengatakan video dari Maroko yang dibagikan secara online tampak seperti cahaya gempa yang tertangkap kamera keamanan saat gempa tahun 2007 di Pisco, Peru.
Menurut sebuah bab tentang fenomena yang ditulis bersama oleh Derr dan diterbitkan dalam Encyclopedia of Solid Earth Geophysics edisi 2019, cahaya gempa dapat terjadi dalam beberapa bentuk berbeda.
Terkadang, cahayanya tampak mirip dengan petir biasa, atau mungkin seperti pita bercahaya di atmosfer yang mirip dengan aurora kutub. Di lain waktu, mereka menyerupai bola bercahaya yang melayang di udara. Mereka mungkin juga terlihat seperti nyala api kecil yang berkedip-kedip atau merambat di sepanjang atau dekat tanah, atau nyala api yang lebih besar yang muncul dari dalam tanah.
Sebuah video yang diambil di China sesaat sebelum gempa bumi Sichuan tahun 2008 menunjukkan awan bercahaya mengambang di langit.
Untuk lebih memahami cahaya gempa, Derr dan rekan-rekannya mengumpulkan informasi tentang 65 gempa bumi di Amerika dan Eropa yang terkait dengan laporan terpercaya tentang cahaya gempa yang berasal dari tahun 1600. Mereka membagikan hasil penelitian mereka dalam makalah tahun 2014 yang diterbitkan di jurnal Seismological Research Letters.
Para peneliti menemukan bahwa sekitar 80% kejadian EQL yang diteliti teramati pada gempa bumi dengan magnitudo lebih besar dari 5,0. Dalam kebanyakan kasus, fenomena tersebut diamati sesaat sebelum atau selama peristiwa seismik, dan terlihat hingga jarak 600 kilometer (372,8 mil) dari pusat gempa.
Gempa bumi, terutama yang berkekuatan besar, kemungkinan besar terjadi di sepanjang atau di sekitar daerah pertemuan lempeng tektonik. Namun, studi tahun 2014 menemukan sebagian besar gempa bumi yang terkait dengan fenomena cahaya terjadi di dalam lempeng tektonik, bukan di perbatasan lempeng tektonik.
Selain itu, cahaya gempa lebih mungkin terjadi di atau dekat lembah keretakan, tempat di mana kerak bumi telah terkoyak pada suatu saat di masa lalu, sehingga menciptakan wilayah dataran rendah memanjang yang terletak di antara dua blok daratan yang lebih tinggi.
Foto: Sebuah cahaya misterius nampak dari sebuah rekaman video saat gempa mengguncang Maroko. (Dok. CNN Internasional)
Sebuah cahaya misterius nampak dari sebuah rekaman video saat gempa mengguncang Maroko. (Dok. CNN Internasional)
Kemungkinan Penyebab Cahaya Gempa
Friedemann Freund, kolaborator Derr dan asisten profesor di Universitas San Jose dan mantan peneliti di Pusat Penelitian Ames NASA, telah mengemukakan satu teori tentang cahaya gempa.
Freund menjelaskan, ketika cacat atau kotoran tertentu pada kristal batuan terkena tekanan mekanis, misalnya selama penumpukan tekanan tektonik sebelum atau selama gempa bumi besar, maka cacat tersebut akan langsung pecah dan menghasilkan listrik.
Ia mengatakan batuan adalah isolator yang jika diberi tekanan mekanis akan menjadi semikonduktor.
“Sebelum gempa bumi, sejumlah besar batuan – ratusan ribu kilometer kubik batuan di kerak bumi – mengalami tekanan dan tekanan tersebut menyebabkan pergeseran butiran, butiran mineral relatif (terhadap) satu sama lain,” katanya.
“Ini seperti menyalakan baterai, menghasilkan muatan listrik yang dapat mengalir keluar dari batuan yang mengalami tekanan ke dalam dan melalui batuan yang tidak mengalami tekanan. Muatannya bergerak cepat, hingga sekitar 200 meter per detik,” jelasnya dalam artikel The Conversation tahun 2014.
Teori lain tentang penyebab cahaya gempa antara lain listrik statis yang dihasilkan oleh rekahan batuan dan pancaran radon.
Saat ini belum ada konsensus di kalangan seismolog mengenai mekanisme penyebab gempa bumi, dan para ilmuwan masih berusaha mengungkap misteri ledakan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
(dce)