Jakarta, CNN Indonesia —
Bukti-bukti arkeologi soal siapa sebenarnya sosok dan asal usul Yesus Kristus diakui belum begitu lengkap. Sejumlah arkeolog pun berupaya untuk mencari jejak-jejak arkeologis mengenai Yesus Kristus.
Para arkeolog telah bertahun-tahun menggali untuk mencari bukti nyata bahwa Yesus pernah ada. Masalahnya, tidak ada bukti fisik atau arkeologis yang pasti tentang keberadaan Yesus.
Beberapa arkeolog juga ‘kembali ke masa lalu’ untuk mencari bukti-bukti arkeologis mengenai keberadaan Yesus. Mereka berangkat dari tempat kelahiran sampai lokasi kematian Yesus, yang dipercaya berada di sebuah bukit di dekat Yerusalem.
Berikut penelusuran para pakar mencari bukti-bukti arkeologis Yesus Kristus:
Orang-orang yang mengimani menyebut Yesus sebagai Anak Allah, sementara mereka yang meragukan menganggapnya sebagai sebuah mitos. Namun, para peneliti dan arkeolog yang menggali di Tanah Suci mencoba memilah antara fakta dan fiksi.
Sejauh ini, jejak yang paling penting dan mungkin yang paling banyak diperdebatkan tentang Yesus Kristus atau Isa Almasih adalah teks-teks Perjanjian Baru, terutama empat kitab pertama: Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Terlepas dari teks-teks Perjanjian Baru, jejak-jejak Yesus Kristus juga coba dicari oleh para pakar maupun arkeolog lewat situs-situs bersejarah dan peninggalan-peninggalannya.
Para pakar yang mempelajari Yesus terbagi menjadi dua kubu berlawanan yang dipisahkan oleh garis tipis: mereka yang percaya bahwa Yesus sang pembuat keajaiban dalam Injil adalah Yesus yang sebenarnya, dan mereka yang berpikir bahwa Yesus sesungguhnya bersembunyi di bawah permukaan Injil dan harus diungkap melalui penelitian sejarah dan analisis sastra.
Kedua kubu mengklaim arkeologi sebagai sekutu mereka, yang mengarah pada beberapa perdebatan sengit dan perselisihan yang aneh.
Tempat kelahiran
Salah satu situs yang dianggap sebagai bukti keberadaan Yesus Kristus adalah Gereja Kelahiran, sebuah gereja Kristen tertua yang masih digunakan setiap hari, tetapi tidak semua ahli meyakini Yesus lahir di Betlehem. Hanya dua dari empat Injil yang menyebutkan kelahiran-Nya, dan mereka memberikan catatan yang berbeda: palungan tradisional dan para gembala dalam Lukas; orang-orang majus, pembantaian anak-anak, dan pelarian ke Mesir dalam Matius.
Beberapa orang menduga para penulis Injil menempatkan kelahiran Yesus di Betlehem untuk mengaitkan petani Galilea itu dengan kota Yudaisme yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama sebagai tempat kelahiran Mesias.
Arkeologi sebagian besar tidak membahas masalah ini. Penggalian di dalam dan sekitar Gereja Kelahiran sejauh ini tidak menemukan artefak yang berasal dari zaman Kristus, atau tanda-tanda bahwa orang-orang Kristen awal menganggap situs itu suci.
Bukti jelas pertama dari penghormatan berasal dari abad ketiga, ketika teolog Origen dari Aleksandria mengunjungi Palestina dan mencatat, “Di Betlehem ada gua tempat [Yesus] dilahirkan.”
Pada awal abad keempat, Kaisar Konstantinus mengirim delegasi kekaisaran ke Tanah Suci untuk mengidentifikasi tempat-tempat yang terkait dengan kehidupan Kristus dan menguduskannya dengan gereja-gereja dan tempat-tempat suci.
Setelah menemukan apa yang mereka yakini sebagai lokasi gua Kelahiran Yesus, para delegasi mendirikan sebuah gereja yang rumit, cikal bakal basilika yang ada sekarang.