Jakarta, CNBC Indonesia – Merdeka finansial menjadi impian semua orang tidak terkecuali anak muda. Sayangnya, penelitian Nielsen IQ mencatat bahwa 85% generasi muda di Indonesia masih memiliki kondisi keuangan dengan kategori kurang sehat.
Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan anak muda jika ingin mencapai merdeka finansial dan memiliki keamanan dana yang lebih terarah dan kokoh di masa depan, sertadapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan yang akan datang.
Financial Planner, Sayoga Risdya Prasetyo mengatakan, hal ini bisa diatasi jika para generasi muda memiliki kedisiplinan dan juga literasi keuangan yang baik.
Hal ini juga harus dibarengi oleh beberapa hal, seperti mencatat keuangan (pengeluaran dan pendapatan) untuk mengevaluasi keuangan yang lebih optimal, kemudian menghindari utang konsumtif, dan mulai berinvestasi.
Khusus investasi, Sayoga menggambarkan hal ini dengan kendaraan yang dapat membantu mempercepat tercapainya tujuan keuangan.
“Apabila kita hanya menabung biasa di bank, kita tidak akan mendapat keuntungan berupa imbal hasil, sehingga uang kita sebetulnya tidak bertumbuh sama sekali disana. Bahkan lebih parah lagi, berkurang, karena nilainya tergerus oleh inflasi (kenaikan harga-harga),” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (2/10/2023).
Penting untuk diketahui bahwa tidak ada satupun investasi yang bebas risiko. Menurutnya, ada yang risiko tinggi dengan potensi imbal hasil tinggi, namun ada juga yang memiliki risiko rendah dengan potensi imbal hasil rendah.
Untuk itu, masyarakat perlu memulai investasi dengan uang kecil terlebih dahulu. Dia juga menyarankan untuk tidak terburu-buru, dan memanfaatkan waktu mempelajari investasi lebih dalam.
“Jika sudah mulai paham, baru boleh memasukkan uang lebih besar lagi. Jangan sampai menaruh seluruh uang kita di investasi-investasi yang belum kita pahami ya,” jelasnya.
Bila sudah paham satu aset investasi, masyarakat disarankan agar tidak ragu untuk mendiversifikasikan investasi ke aset yang lain. Sehingga jika salah satu investasi ada yang rugi besar, investor tidak kehilangan 100% uangnya.
“Sebagai contoh seseorang sudah mahir dengan investasi deposito, lalu mulai mencoba untuk investasi ke reksa dana,” kata dia.
Satu hal yang terpenting, masyarakat harus berinvestasi secara rutin serta memonitornya, dan pilih investasi yang sudah aman teregulasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Adapun untuk pemula, Sayoga menyarankan generasi muda untuk memulai investasi yang berisiko rendah, likuid (mudah dicairkan), dan tidak membutuhkan analisa yang berat. Sebagai contoh emas, reksa dana, atau deposito.
Instrumen investasi tersebut dikatakannya ideal bila seseorang hendak menjadikan investasi sebagai salah satu tempat menyimpan dana darurat.
“Nanti secara bertahap kalau sudah paham, boleh pelan pelan belajar investasi lain yang lebih rumit dan memiliki potensi imbal hasil yang lebih besar,” tambah Sayoga.
Sedangkan untuk yang sudah berpengalaman, bisa memilih aset investasi yang lebih rumit tetapi imbal hasilnya cenderung lebih besar, misalnya saja seperti saham.
Meski investasi dinilai menggiurkan, Sayoga tetap menyarankan agar para generasi muda bisa memulai investasi apabila dana darurat sudah terpenuhi. Sehingga, saat hidup sedang dalam kondisi darurat, seseorang tidak akan tergoda untuk mengambil dana investasi kita.
“Dana darurat ini bisa disimpan dalam bentuk tabungan bank, emas, atau reksa dana pasar uang. Yang penting mudah dicairkan saat darurat. Jadi, sebelum membahas berbagai pilihan investasi yang imbal hasilnya menggiurkan di luar sana, lebih baik fokus saja dulu untuk memenuhi tabungan dana darurat ini,” pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]
(dpu/dpu)