Jakarta, CNBC Indonesia – Departemen Kehakiman AS (DOJ) menuduh Alphabet (Google) membayar US$10 miliar (RP 153 triliun) per tahun demi mempertahankan monopolinya sebagai layanan mesin pencari dengan pangsa pasar sekitar 90%.
Google disebut membayar fee tertentu ke pembuat perangkat seperti Apple, perusahaan nirkabel seperti AT&T, dan pembuat browser seperti Mozilla untuk menjadikan mesin pencarinya sebagai layanan utama dan otomatis (default).
Di persidangan hari ke-2 Google, DOJ malah mendapat protes dari Apple. Kuasa hukum Apple Ryan Travers mengatakan pengacara pemerintah kemungkinan telah melanggar aturan dengan mengumbar angka-angka tertentu dalam persidangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Travers menilai dua angka yang disebut dalam pernyataan pembukaan DOJ bisa menimbulkan kesalahan persepsi bahwa angka tersebut berasal dari informasi rahasia Apple.
“Hal ini bisa jadi pelanggaran aturan keterlibatan di kasus ini,” kata Travers, dikutip dari The Washington Post, Jumat (15/9/2023).
Pengacara Google John Schmidtlein menimpali pernyataan tersebut. Ia menyebut pernyataan DOJ di depan publik bisa jadi mengisyaratkan bahwa informasi rahasia itu datang dari Apple atau Google.
Pengacara DOJ Kenneth Dintzer mengatakan kepada Hakim Pengadilan Amit Mehta bahwa dua angka yang ia ucapkan sebelumnya didasarkan pada sumber eksternal, bukan informasi khusus yang diberikan Apple atau Google.
Namun, ia seakan mengakui bahwa informasi tersebut seharusnya rahasia. “Ini kelepasan,” ujarnya.
DOJ tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut soal hal ini. Sebagian besar bukti dalam persidangan telah disegel sebagai rahasia dagang, meskipun para aktivis mendesak adanya transparansi yang lebih besar.
Sebab, kasus antimonopoli Google ini memengaruhi masyarakat internet. Keputusan persidangan nantinya digadang-gadang akan jadi penentu masa depan internet.
Diketahui, pengadilan menyediakan saluran telepon umum untuk publik yang ingin bertanya soal kasus ini pada sidang pembukaan. Namun, sisa persidangan yang memakan waktu berbulan-bulan hanya bisa diakses secara langsung.
Mehta memvalidasi protes Apple, tetapi mengatakan masalah tersebut akan ditangguhkan untuk saat ini.
Keluhan Apple tampaknya merujuk pada pernyataan Pengacara DOJ Kenneth Dintzer pada pembukaan persidangan. Ia menyebut Google membayar US$ 4-7 miliar pada 2020 berdasarkan Perjanjian Layanan Informasi (ISA).
ISA tersebut diduga merupakan kesepakatan antara Google dan Apple. Adapun ISA tersebut ditetapkan agar mesin pencari Google muncul sebagai layanan default di iPhone dan perangkat Apple lainnya.
Lebih lanjut, Dintzer juga menyebut Google membayar lebih dari US$ 10 miliar secara total ke produsen perangkat dan penyedia layanan browser untuk mempertahankan dominasinya.
Untuk pemaparan angka kedua yang lebih luas, Apple dan Google tak protes.
Kasus antimonopoli Google yang tengah bergulir dinilai sebagai kasus terbesar yang menimpa industri teknologi. Dulu, kasus serupa pernah menimpa Microsoft yang dinilai memonopoli sistem operasi Windows.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Peringatan Google soal Risiko Pakai Google di Malam Hari
(fab/fab)