Jakarta, CNN Indonesia —
Polusi udara jadi masalah serius di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dalam beberapa waktu terakhir. Namun, apakah Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia?
Masalah polusi udara dalam beberapa waktu terakhir ternyata tidak menjadikan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk sedunia. Merujuk laporan IQAir, Kota Lahore, Pakistan menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada 2022.
Hotan di China menduduki berada di peringkat kedua, diikuti oleh daerah pinggiran Delhi, India.
Pada 2021, tiga kota paling tercemar berada di India; di antara ibu kota dunia, Delhi menduduki peringkat pertama, kemudian Dhaka (Bangladesh), dan N’Djamena (Chad).
Semua kota ini memiliki rata-rata lebih dari 90 mikrogram per meter kubik PM2.5 sepanjang tahun, atau hampir 20 kali lipat dari tingkat yang direkomendasikan.
Sementara, per Kamis (7/9) pukul 06.00 WIB, Doha (Qatar) menempati peringkat pertama dunia dengan skor AQI 181. Beijing (China) menyusul di tempat kedua dengan nilai 164, Jakarta di peringkat ketiga dengan AQI 159.
Lima besar lainnya adalah Lahore (Pakistan) 155 dan Chengdu (China) 151.
Meskipun peringkat ini mengungkapkan kondisi di beberapa titik polusi udara, mustahil untuk menentukan kota mana yang benar-benar memiliki udara terburuk.
Sensor yang digunakan memiliki kualitas yang berbeda-beda, sementara banyak negara di Afrika yang tidak muncul dalam daftar karena tidak melaporkan data sama sekali.
Cara ukur kualitas udara
Tingkat polusi biasanya diukur dalam hal konsentrasi materi partikulat (PM), atau campuran tetesan padat dan cair yang tersuspensi di udara.
Ratusan kota memiliki udara sepanjang tahun yang dianggap tidak sehat oleh EPA AS hanya untuk satu hari saja, menurut data terbaru WHO tentang polusi partikel kecil PM2.5, atau partikel yang dapat dihirup yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrogram.
WHO hanya menggunakan sensor berkualitas tinggi, tapi bahkan tidak mencoba memberi peringkat kota, dan prosedur pengumpulan data sangat bervariasi.
Bahkan metrik yang diukur, PM2.5, memiliki keterbatasan. Menghirup partikel kecil dapat menyebabkan masalah kesehatan, dan hanya sedikit kota yang memenuhi pedoman PM2.5 yang paling ketat dari WHO.
Namun komposisi kimia dari partikel-partikel ini juga dapat mempengaruhi kesehatan.
Juru bicara WHO mengatakan bahwa penelitian ini belum konklusif, tetapi ada kemungkinan bahwa kota-kota dengan tingkat PM2.5 yang sama secara keseluruhan dapat memiliki hasil kesehatan yang berbeda tergantung pada sumber polusi, mengutip LiveScience, Selasa (5/9).
Penyebab polusi
Ada sejumlah alasan mengapa beberapa kota memiliki lebih banyak PM2.5 dibandingkan kota lainnya. Salah satunya adalah geografi. Hotan berada di dekat gurun Taklamakan dan sering mengalami badai debu.
N’Djamena, juga dekat dengan tepi selatan Gurun Sahara. Pegunungan dapat mempengaruhi kualitas udara dengan mempersulit penyebaran polutan; Delhi, Lahore, Dhaka, dan banyak kota lain yang memiliki udara yang tidak sehat terletak di sebelah selatan Himalaya.
“Di Delhi, misalnya, hanya dengan menyentuh apa pun, Anda akan mendapatkan debu, bahkan jika Anda membersihkannya setiap hari,” kata Umesh Kulshrestha, Dekan Fakultas Ilmu Lingkungan di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi.
Jarangnya hujan di luar musim hujan membantu menumpuknya debu, tidak hanya dari padang pasir yang jauh, tetapi juga dari jalan yang tidak beraspal dan pekerjaan konstruksi di Delhi.
Selain itu, polusi PM2.5 di Delhi juga berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil merusak kualitas udara di kota-kota di seluruh dunia.
Secara tidak langsung, bahan bakar fosil meningkatkan suhu global, yang berarti lebih banyak kebakaran hutan dan lebih banyak lahan hijau yang berubah menjadi gurun. Kedua proses tersebut menambah PM2.5 ke udara.
Emisi dari kendaraan, pembangkit listrik, dan sumber industri juga secara langsung mencemari kota secara lokal.
Dalam sebuah tinjauan di jurnal Aerosol and Air Quality Research, Kulshrestha menemukan selama karantina wilayah pada awal 2020, kualitas udara Delhi membaik, dengan nilai indeksnya turun 41 persen, berkat berkurangnya emisi kendaraan dan industri.
Sumber-sumber polusi di Asia Selatan hingga AS di halaman berikutnya…