Dubai, CNN Indonesia —
Presiden Joko Widodo (Joko Widodo) bicara mengenai ketahanan pangan dan menyinggung program food estate dalam konferensi iklim COP28 di Dubai, Jumat (1/12).
Mulanya, Jokowi mengatakan bahwa permintaan produk pertanian dan perkebunan akan meningkat sangat pesan. Pasalnya, selain menghasilkan bahan pangan, juga dapat menghasilkan bahan bakar nabati, seperti biodiesel dan bieoetanol.
Menurut Jokowi saat ini tak ada satu solusi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, “karena setiap negara memiliki kekuatan yang berbeda.”
“Misalnya Indonesia yang memiliki keunggulan dalam hal lahan yang cukup dan subur. Sumber daya manusia yang melimpah, 30 persen penduduk usia produktif Indonesia hidup dari sektor pertanian, dan konektivitas infrastruktur pendukung ekosistem yang memadai telah dibangun secara masif, termasuk bendungan, irigasi, jalan, dan embung,” ujar Jokowi saat menyampaikan sambutan di COP28, Dubai, Uni Emirat Arab, Jumat (1/12).
“Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran pertanian skala kecil dan juga untuk food estate skala besar yang didukung oleh pendanaan dan transfer teknologi tinggi dan berpotensi menjadi food estate besar yang menyuplai kebutuhan global,” ungkap dia menambahkan.
Oleh karena itu, menurut Jokowi, kolaborasi global harus diperkuat. Di sisi lain, investasi untuk pertanian dan pertanian sangat diperlukan, terutama karena pertanian dan produk pertanian juga dapat menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan.
Pada kesempatan itu, Jokowi juga memuji inisiatif kepresidenan UEA dalam memimpin COP28 karena telah mempromosikan kolaborasi internasional dalam sektor pertanian berkelanjutan.
“Indonesia sangat mendukung inisiatif kepresidenan UEA dalam mempromosikan pusat kolaborasi internasional di bidang pertanian berkelanjutan, ketahanan rantai pasok dan aksi iklim. Indonesia berharap inisiatif tersebut dapat menghasilkan hasil yang konkrit untuk menciptakan dunia yang lebih sejahtera,” paparnya.
Jokowi dijadwalkan menghadiri tiga agenda utama dalam rangkaian Konvensi Kerangka kerja Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/ UNFCCC) tersebut.
Pertama, World Climate Action Summit (WCAS) untuk menyampaikan national statement. Kedua, Session on Transforming Food Systems in the Face of Climate Change. Terakhir, G77 and China Leaders Summit on Climate Change.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Indonesia juga akan menggarisbawahi tentang pentingnya persiapan namun tetap positif dalam menghadapi perubahan iklim.
“National Statement Indonesia pada agenda WCAS akan mencakup posisi Indonesia terhadap Global Stocktake, inklusivitas di mana pencapaian target kolektif dan implementasi aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim memerlukan keterlibatan seluruh pihak dari berbagai elemen masyarakat, dan pentingnya keseimbangan antara aksi dan pendanaan mitigasi dengan aksi dan pendanaan adaptasi, pentingnya keseimbangan peningkatan ambisi dengan pemenuhan janji dukungan pendanaan, dan “Spirit Leading by Example Indonesia,” kata Siti Nurbaya kepada wartawan di Dubai, Rabu (29/11).
(stu/stu)
[Gambas:Video CNN]