Joe Biden Siapkan Robot Pembunuh, China Bisa Tumbang

Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Amerika Serikat (AS) telah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengembangkan drone mata-mata dalam membantu Ukraina dalam perang melawan invasi Rusia.

AI yang dikembangkan militer AS digunakan dalam mendeteksi tingkat kebugaran para tentara, memprediksi kapan maskapai penerbangan militer butuh perawatan, serta mengetaui gerak-gerik lawan di udara.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Kini, Pentagon tengah menyiapkan ribuan awak perang otomatis yang dibekali AI. Diprediksi, awak bernama ‘Replicator’ itu sudah bisa digunakan pada 2026 mendatang untuk mengungguli China, dikutip dari APNews, Senin (27/11/2023).

Proyek ambisius tersebut bertujuan mengejar ketinggalan militer AS dalam hal inovasi. Replicator digadang-gadang akan berukuran kecil, sangat pintar, biayanya murah, serta dibuat dalam jumlah banyak, menurut Wakil Menteri Pertahanan AS Kathleen Hicks, pada Agustus lalu.

Replicator dikatakan akan membantu membuat keputusan militer yang sulit. Selain itu, alat tersebut juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan sistem senjata militer AS.

Para ilmuwan dan ahli industri masih berdebat soal inisiatif Pentagon ini. Sebab, dalam beberapa tahun ke depan, senjata otomatis akan dipakai secara besar-besaran.

Pentagon berdalih kontrol penuhnya tetap berada di tangan manusia. Namun, menurut para ahli, kecepatan pemrosesan data dan komunikasi mesin-ke-mesin akan menyulitkan manusia untuk melakukan intervensi.

Selain AS, negara-negara lain juga tengah mengembangkan teknologi AI untuk keperluan militer. China, Rusia, Iran, India, dan Pakistan, belum menandatangani janji yang diprakarsai AS dalam menggunakan AI untuk kebutuhan militer secara bertanggung jawab.

Juru bicara Pentagon belum berkomentar soal penerapan senjata yang sepenuhnya otomatis, sesuai arahan pada 2012 silam.

Replicator akan membawa perubahan besar dalam dunia militer. Teknologi itu dikatakan bakal mengubah mekanisme perang.

“Departemen Pertahanan berupaya untuk mengadopsi AI sejak terobosan machine-learning,” kata Gregory Alle, mantan bos spesialisasi AI di Pentagon.

Pentagon telah memiliki 800 portofolio proyek AI yang tak terklasifikasi dan masih dalam uji coba. Machine-learning dan penerapan jaringan neural dimaksudkan untuk membantu militer menyusun strategi dan menciptakan efisiensi.

Pemerintahan China juga berambisi mengembangkan AI untuk memperkuat ketahanan militernya. “China menggunakan AI untuk membuat keputusan soal siapa kawan dan lawan,” kata Chief Technology & Innovation Angkatan Udara AS, Lisa Costa.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Joe Biden Blokir China, Chip Amerika Untung Gila-Gilaan

(fab/fab)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *