Jakarta, CNN Indonesia —
Selain diprakirakan terjadi di provinsi-provinsi yang sudah resmi dilanda musim hujan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta yang masih dalam masa pancaroba. Cek sebabnya berikut.
“PERINGATAN DINI: Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll),” menurut Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 3–9 November dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan,” lanjut keterangan itu.
Berikut rincian wilayah terdampak cuaca ekstrem:
3–4 November
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan;
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
5–6 November
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Papua Barat, dan Papua.
7–9 November
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Papua Barat, dan Papua.
Penyebab cuaca ekstrem
BMKG memaparkan cuaca ekstrem periode kali ini dipicu sejumlah faktor atmosfer.
Pertama, fenomena gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di wilayah Aceh, Maluku, dan Papua dalam sepekan ke depan.
Kedua, gelombang atmosfer Kelvin juga terpantau berada di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua.
“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.”
Ketiga, sirkulasi siklonik terpantau di Selat Malaka, di Laut Natuna, di perairan utara Papua dan di Papua bagian selatan.
Hal ini membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi). Daerahnya memanjang di Selat Malaka bag utara, dari Sumatra Utara hingga Semenanjung Malaysia, di Laut Cina Selatan, dari Kalimantan Barat bagian utara hingga Kalimantan Utara, di Papua Barat dan Papua.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik, maupun di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut,” tutur BMKG.
Dengan faktor-faktor di atas, BMKG memprakirakan “potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terdapat di wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Papua Barat, dan Papua.”
[Gambas:Video CNN]
(tim/arh)