Jakarta, CNN Indonesia —
Pasukan Israel (IDF) disebut menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menargetkan lokasi atau bangunan yang diserang saat melancarkan agresi di Gaza, Palestina, yang hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 13 ribu orang, dengan lebih dari separuhnya perempuan dan anak.
Sebahaya apa penggunaan AI dalam perang?
Sebuah laporan menyebutkan bahwa Israel mulai menggunakan Ai untuk menargetkan lawan-lawan mereka di medan pertempuran di Gaza. Namun, ada kekhawatiran bahwa hal ini disalahgunakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan Al Jazeera, Israel memiliki sebuah cabang militer bernama Sigma yang didedikasikan untuk mengembangkan dan menggunakan AI untuk serangan. Mereka bahkan menyebut perang 2021 dengan Hamas sebagai perang kecerdasan buatan pertama.
IDF menggunakan Fire Factory, sebuah perangkat lunak berbasis AI untuk memilih target di seluruh Gaza yang jumlahnya mencapai ribuan. IDF kemudian menugaskan mereka ke drone, pesawat tempur, tank, dan unit artileri. Semuanya dilakukan serentak, dalam waktu bersamaan.
“Ini secara keseluruhan lebih fleksibel dan secara keseluruhan lebih adaptif untuk menciptakan segala jenis kumpulan data atau jenis jaringan saraf tiruan daripada membeli F-35,” kata Brigjen Aviad Dagan, Direktur Administrasi Transformasi Digital IDF, dalam sebuah video yang diposting Al Jazeera di X (sebelumnya Twitter).
IDF, dalam laman resminya, mengakui bahwa kecerdasan buatan merupakan kunci. Mereka mengklaim bahwa Sigma merupakan cabang IDF “untuk mengembangkan, meneliti, dan mengimplementasikan kecerdasan buatan dan penelitian perangkat lunak canggih yang terbaru agar IDF tetap mutakhir.”
Letnan Kolonel Nurit Cohen yang memimpin proyek ini pada 2017 mengatakan Sigma bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi IDF. Sigma mengembangkan teknologi dan mencari cara untuk memberikan dampak yang nyata.
IDF percaya AI bakal memberikan dampak yang lebih besar pada kegiatan operasional mereka. Menurutnya ada tiga tahap AI yang digunakan IDF.
“Ada AI deskriptif, di mana komputer dapat memahami konteks dan mengidentifikasi serta mengklasifikasikan data. Ada AI prediktif, di mana komputer kemudian memprediksi dampak dari data tersebut. Terakhir, ada AI perspektif, di mana komputer dapat membuat pilihan cerdas berdasarkan prediksinya. Saat ini, kami telah menguasai tahap pertama, dan sedang mengerjakan AI yang lebih canggih,” kata Cohen.
IDF mengumumkan mereka telah menanamkan kecerdasan buatan ke dalam operasi-operasi yang mematikan. Seperti yang dilaporkan Bloomberg pada 15 Juli, awal tahun ini, IDF telah mulai “menggunakan kecerdasan buatan untuk memilih target serangan udara dan mengatur logistik masa perang.”
[Gambas:Twitter]
Para pejabat Israel mengatakan pada saat itu bahwa IDF menggunakan sistem rekomendasi AI untuk memilih target untuk pengeboman udara, dan model lain yang kemudian akan digunakan untuk mengatur serangan berikutnya dengan cepat.
IDF menyebut sistem kedua ini sebagai Fire Factory, dan, menurut Bloomberg, sistem ini “menggunakan data tentang target yang disetujui militer untuk menghitung muatan amunisi, memprioritaskan dan menugaskan ribuan target ke pesawat terbang dan pesawat tak berawak, dan mengusulkan jadwal.”
Penampakan Gaza-Tepi Barat, 2 Wilayah Palestina yang Terpisah (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)
Dampak bahaya penggunaan AI di halaman berikutnya…