Israel Pakai AI Buat Pilih Target Pengemboman di Gaza, Akuratkah?


Jakarta, CNN Indonesia —

Israel turut menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membombardir wilayah Jalur Gaza, Palestina. Bagaimana cara kerjanya?

Sejumlah laporan menyatakan bahwa tentara Israel (IDF) sudah menggunakan Ai untuk memilih target dalam agresi mereka ke Jalur Gaza.

IDF terkenal kerap memanfaatkan teknologi canggih saat menyerang Jalur Gaza. Teknologi AI pertama kali dimanfaatkan IDF dalam perang 11 hari pada Mei 2021.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, pertempuran melawan Hamas membuka kesempatan bagi Israel untuk memakai AI dengan skala yang lebih luas, yakni menggunakan ‘The Gospel’, sebuah sistem AI yang bertugas menyasar target dan mempercepat serangan mematikan.

Gambaran yang perlahan muncul tentang bagaimana militer Israel memanfaatkan AI muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai risiko yang ditimbulkan terhadap warga sipil ketika militer di seluruh dunia memperluas penggunaan sistem otomatis yang rumit dan tidak jelas di medan perang, melansir The Guardian.

“Negara-negara lain akan mengawasi dan belajar,” kata seorang mantan pejabat keamanan Gedung Putih yang akrab dengan penggunaan sistem otonom oleh militer AS.

Perang Israel-Hamas, kata mereka, akan menjadi “momen penting jika IDF menggunakan AI secara signifikan untuk membuat pilihan penargetan dengan konsekuensi hidup dan mati.”

Pada awal November, IDF mengatakan “lebih dari 12.000” target di Gaza telah diidentifikasi oleh divisi khusus penargetan. Divisi itu menggunakan teknologi AI yang canggih.

“Kami bekerja tanpa kompromi dalam menentukan siapa dan apa musuhnya. Para agen Hamas juga tidak kebal – di mana pun mereka bersembunyi,” kata pejabat IDF.

Divisi penargetan IDF dibentuk sejak 2019 tapi cara kerja dan aktivitasnya dirahasikan.

Dalam pernyataan singkat di situs IDF tentang The Gospel atau dalam bahasa Ibrani disebut Habsora, sistem itu berperan “memproduksi target secepat mungkin” saat berperang melawan Hamas.

Beberapa sumber mengatakan The Gospel secara otomatis merekomendasikan target untuk diserang, termasuk rumah dan individu yang dicurigai terlibat dengan operasi Hamas.

Dalam beberapa tahun terakhir, divisi penargetan IDF dengan bantuan The Gospel telah mengidentifikasi 30 ribu sampai 40 ribu target. Sistem tersebut, kata mereka, telah memainkan peran penting dalam menyusun daftar individu yang diizinkan untuk dibunuh.

Aviv Kochavi, yang menjabat sebagai kepala IDF hingga Januari, mengatakan divisi target “didukung oleh kemampuan AI” dan mencakup ratusan perwira dan tentara.

Dalam sebuah wawancara sebelum perang, dia mengatakan bahwa itu adalah “mesin yang menghasilkan data dalam jumlah besar dengan lebih efektif daripada manusia mana pun, dan menerjemahkannya menjadi sasaran serangan.”

Menurut Kochavi, “setelah mesin ini diaktifkan” dalam perang 11 hari Israel dengan Hamas pada Mei 2021, AI ini menghasilkan 100 target setiap hari.

“Sebagai gambaran, di masa lalu kami akan menghasilkan 50 target di Gaza per tahun. Sekarang, mesin ini menghasilkan 100 target dalam satu hari, dan 50 persen di antaranya diserang,” katanya.

Divisi penargetan dibentuk untuk mengatasi masalah kronis IDF, dalam operasi sebelumnya di Gaza, angkatan udara berulang kali kehabisan sasaran untuk diserang.

Sejak pejabat senior Hamas menghilang ke dalam terowongan pada awal serangan baru, kata sumber, sistem seperti Gospel memungkinkan IDF untuk menemukan dan menyerang kelompok operasi junior yang jauh lebih besar.




Ongkos Rudal Iron Dome Israel vs Roket Hamas (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)



Bank target AI di halaman berikutnya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *