Investasi ke Startup RI Seret, Ekonom Sorot Risiko Fintech

Jakarta, CNBC Indonesia – Proyeksi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia menyusut, arus investasi ke startup pun jeblok.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, ada banyak penyebab lainnya, selain karena faktor makro ekonomi global seperti naiknya suku bunga, inflasi di negara asal investasi digital, hingga pelemahan pasar domestik.

Ia menilai, persaingan bisnis digital di Indonesia sebagian tidak sehat karena bukan inovasi yang ditawarkan, melainkan persaingan harga.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurutnya, promo dan diskon besar-besaran dan berlangsung terus menerus dapat merusak pasar.

“Jadi masyarakat sekarang beli barang di platform lihat pada harga, bukan murni karena ingin inovasi layanan yang baru,” katanya ke CNBC Indonesia melalui pesan singkat, Selasa (7/11/2023).

Selain itu pendanaan pada startup fintech lending banyak mendapatkan sentimen negatif karena buruknya manajemen risiko. Belum lagi anggapan yang telanjur jelek di Indonesia karena pinjol banyak masalah, hingga regulasi OJK yang makin ketat.

“Wajar investor akhirnya menimbang masuk ke fintech,” ujarnya.

Dalam laporan e-Conomy Sea 2023, perubahan ini tertuang dalam revisi angka proyeksi nilai ekonomi digital di Indonesia. Pertumbuhan nilai produk kotor (GMV) yang ditransaksikan lewat aktivitas ekonomi digital Indonesia tidak seciamik sebelumnya.

Jika pada laporan 2022, nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi menembus US$ 130 miliar (Rp 2.063 triliun) pada 2025. Pada laporan 2023, memperkirakan GMV yang tercapai pada 2025 cuma US$ 109 miliar (Rp 1.730 triliun).

Masa depan yang tak secerah dulu juga tergambarkan dari arus investasi yang masuk ke perusahaan teknologi di Tanah Air.

Pada 2021, investasi ke startup RI memuncak. Nilai investasi saat itu mencapai US$ 9,1 miliar (Rp 144 triliun) dalam 649 kesepakatan pendanaan. Pada 2022 nilai investasi masih tinggi, yaitu US$ 5,1 miliar (Rp 80,9 triliun).

Sepanjang 6 bulan pertama tahun ini, modal yang masuk ke startup RI jeblok. Nilainya bahkan tak mencapai miliaran dolar, hanya sekitar US$ 400 juta (Rp 6,35 triliun) dalam 100 kesepakatan pendanaan. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun sebelumnya, ada 302 kesepakatan dengan nilai total US$ 3,3 miliar (Rp 52,37 triliun).

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Silicon Valley Ungkap Kesalahan Terbesar Startup RI

(dem)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *