Jakarta, CNBC Indonesia – Instagram dinilai punya aturan yang bias terhadap pengguna Palestina, seperti yang dikeluhkan selama bertahun-tahun.
Praktik moderasi konten Instagram disebut memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap pengguna di Palestina.
Meta, perusahaan induk Instagram, dilaporkan kesulitan memahami budaya dan bahasa Arab. Pasalnya, bahasa Arab terdiri lebih dari 25 dialek. Instagram dikritik karena lalai melakukan diversifikasi sumber bahasa sehingga bisa memahami berbagai variasi bahasa penduduk Timur Tengah tersebut.
Kebijakan hitam-putih perusahaan sering menghalangi mereka untuk memoderasi topik secara efektif, termasuk dalam memberantas konten kekerasan. Kelompok advokasi juga menyuarakan kekhawatiran bahwa kemitraan Meta dengan lembaga pemerintah, seperti Unit Siber Israel, secara politis memengaruhi keputusan kebijakan platform tersebut.
Selama konflik antara Hamas dan Israel pada tahun 2021, sebuah laporan dibuat oleh Meta dan dilakukan oleh pihak ketiga menyimpulkan bahwa tindakan perusahaan tersebut memiliki dampak buruk terhadap hak asasi manusia terhadap hak kebebasan berekspresi dan partisipasi politik pengguna Palestina.
Keyakinan soal bias Meta dengan melarang atau membatasi visibilitas konten tentang Palestina bukanlah hal baru.
Dalam Instagram Story tahun lalu, supermodel dan aktivis Bella Hadid, yang merupakan keturunan Palestina, menuduh bahwa Instagram mencegah dia memposting konten di Story-nya hanya jika konten tersebut berbasis di Palestina.
Dia berkata bahwa Instagram dengan cepat melarang konten tentang Palestina. Jumlah penayangan Story-nya kemudian turun hampir 1 juta.
Pada konflik 2021, Meta berdalih ada kesalahan teknis atas penghapusan postingan tentang Palestina. Ketika dimintai komentar tentang bias klaim pelarangan baru-baru ini, perwakilan perusahaan mengarahkan ke postingan Threads oleh direktur komunikasi Meta, Andy Stone.
Instagram menyalahkan bug yang berdampak kepada semua Stories tentang Palestina.
“Kami mengidentifikasi bug yang berdampak pada semua Stories yang membagikan ulang postingan Reel dan Feed, yang berarti postingan tersebut tidak muncul dengan benar di Stories orang-orang, sehingga menyebabkan berkurangnya jangkauan secara signifikan,” kata Stone, dikutip dari TechCrunch, Jumat (20/10/2023)
“Bug ini memengaruhi akun-akun di seluruh dunia dan tidak ada hubungannya dengan pokok bahasan konten dan kami memperbaikinya secepat mungkin,” imbuhnya.
Namun banyak pihak yang dibuat marah atas tindakan Meta karena terus meredam suara Palestina.
Leen Al Saadi, seorang jurnalis Palestina yang saat ini tinggal di Yordania, mengatakan bahwa dia sudah terbiasa disensor.
Akun Instagram-nya dibatasi tahun lalu setelah dia memposting cuplikan episode pertama podcast tersebut, yang membahas film dokumenter tentang seni jalanan Palestina di bawah pendudukan.
“Palestina saat ini sedang mengalami dua perang,” kata Al Saadi.
“Yang pertama adalah dengan penghuninya yang sah. Perang kedua adalah dengan seluruh lanskap media Barat, dan ketika saya mengatakan keseluruhan lanskap, yang saya maksud adalah media sosial.”
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Cara Melihat Kapan Bergabung di Instagram yang Lagi Viral
(dem/dem)