Jakarta, CNN Indonesia —
Google merilis fitur yang bisa mengecek keaslian foto atau gambar yang bisa digunakan untuk menangkal hoaks atau deepfake.
Terutama di musim Pilpres, gambar atau video palsu sering tersebar di media sosial untuk menyudutkan kubu tertentu. Kini, kondisi makin rumit imbas perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Google mengumumkan akan memberikan informasi yang lebih detail dan kontekstual tentang sebuah gambar untuk mencegah penyebaran informasi palsu, mengutip TechCrunch.
Fitur baru ini dilengkapi kemampuan untuk melihat riwayat gambar, metadata, dan konteks yang digunakan pengguna di situs berbeda. Fitur “About this image” sebetulnya sudah diperkenalkan sejak awal tahun ini dan kini tersedia untuk semua penutur bahasa Inggris secara global.
Pengguna dapat memahami kapan gambar tersebut pertama kali “dilihat” oleh Google Penelusuran untuk memahami keterbaruan suatu konteks.
Fitur ini juga memungkinkan pengguna memahami bagaimana orang mendeskripsikan gambar di situs lain untuk membantu menghilangkan hoaks.
Dalam laman blog resminya, Google mengatakan pengguna juga dapat melihat metadata (data yang merangkum informasi dasar soal data terkait) jika tersedia, termasuk kolom yang menunjukkan apakah gambar ini hasil buatan AI atau bukan.
Perusahaan mengatakan akan menandai semua gambar yang dibuat oleh Google AI.
Pada Oktober, Adobe, bersama dengan perusahaan seperti Microsoft, Nikon dan Leica, merilis sebuah simbol untuk menandai dengan jelas gambar yang dihasilkan AI.
Fitur baru ini dapat digunakan dengan mengetuk menu titik tiga pada hasil Google Image.
Pengguna juga dapat mengaksesnya dengan mengklik opsi “lebih lanjut tentang halaman ini” pada fitur “About this image” yang dapat diakses melalui menu titik tiga. Google mencatat bahwa mereka sedang menjajaki lebih banyak cara untuk mengaksesnya.
Google juga mengumumkan bahwa jurnalis dan pengecek fakta yang disetujui akan dapat mengunggah atau menyalin URL gambar untuk mempelajari lebih lanjut tentang gambar tersebut melalui alat mereka sendiri dengan API Pencarian Klaim FaceCheck.
Pada Juni, perusahaan mulai menguji fitur dengan alat Fact Check Explorer. Hal ini memberi pemeriksa fakta kemampuan untuk mengeksplorasi pemeriksaan fakta, referensi, dan detail lain yang terkait dengan gambar tertentu.
Ditambah lagi, perusahaan sedang bereksperimen dengan AI generatif untuk membantu mendeskripsikan sumber seperti halaman penjual yang tidak dikenal atau blog yang tidak dikenal.
Google mengatakan bahwa pengguna yang memilih untuk menggunakan pengalaman Search Generative (SGE) akan menampilkan informasi yang dihasilkan AI tentang situs di “bagian lebih lanjut tentang halaman ini.”
Ia menambahkan informasi yang dihasilkan akan mencakup kutipan halaman atau situs di situs web “berkualitas tinggi” lainnya.
Biasanya, AI Google akan mengisi informasi ketika tidak ada detail atau ikhtisar dari Wikipedia atau Grafik Pengetahuan Google.
Mengingat peningkatan teknologi yang memudahkan pengguna membuat gambar berbeda menggunakan AI generatif, perusahaan berupaya mengembangkan teknologi untuk memberikan lebih banyak informasi tentang gambar.
Penambahan fitur baru yang memungkinkan mengecek keasilan gambar atau informasi oleh Google ini bukan barang baru. Sejumlah perusahaan teknologi seperti Adobe dan X (sebelumnya Twitter) juga sudah melakukan hal serupa.
Pada bulan Juni, Adobe merilis toolkit untuk membantu aplikasi dan situs web untuk memverifikasi kredensial gambar.
Sementara, X meluncurkan meluncurkan Community Notes, untuk program pengecekan fakta crowdsourcing gambar-gambar dan video.
[Gambas:Video CNN]
(rfi/dmi)