Jakarta, CNN Indonesia —
Google resmi merilis model kecerdasan buatan (AI) bernama Gemini yang diklaim bakal menjadi pesaing ChatGPTÂ dari OpenAI.
Gemini adalah model bahasa besar terbaru dari Google yang pertama kali diungkap oleh Pichai pada konferensi pengembang I/O di bulan Juni.
Menurut Pichai dan CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, ini merupakan lompatan besar dalam model AI yang pada akhirnya akan memengaruhi hampir semua produk Google.
“Salah satu hal yang paling menarik dari momen ini adalah Anda bisa mengerjakan satu teknologi dasar dan membuatnya lebih baik, dan hal tersebut akan langsung mengalir ke seluruh produk kami,” kata Pichai, dikutip dari The Verge.
Google meluncurkan Gemini dalam beberapa platform sekarang. Chatbot Bard sekarang didukung oleh Gemini Pro dan pengguna Pixel 8 Pro akan mendapatkan beberapa fitur baru berkat Gemini Nano. Sementara itu, Gemini Ultra baru akan hadir tahun depan.
Gemini Pro yang digunakan Bard merupakan tingkat menengah dari seri Gemini. Versi Gemini Ultra adalah yang terbesar dan paling lambat tetapi paling mumpuni, sedangkan versi Nano adalah yang paling kecil dan cepat yang ditujukan untuk tugas-tugas di perangkat.
Pengembang dan pelanggan Google akan dapat mengakses Gemini Pro melalui Google Generative AI Studio atau Vertex AI di Google Cloud mulai 13 Desember.
Gemini hanya tersedia dalam bahasa Inggris untuk saat ini, dengan bahasa lain yang tampaknya akan segera hadir.
Lebih lanjut, Pichai mengatakan Gemini pada akhirnya akan diintegrasikan ke dalam mesin pencari Google, produk iklannya, browser Chrome, dan masih banyak lagi produk Google lain.
OpenAI meluncurkan ChatGPT setahun lalu, dan perusahaan serta produknya langsung menjadi hal terbesar di bidang AI.
Sekarang, Google berusaha menggoyangkan dominasi tersebut dengan menghadirkan Gemini. Dalam persaingan antara Gemini dan GPT-4, Hassabis menyebut produknya unggul dengan cukup dominan.
“Kami telah melakukan analisis yang sangat menyeluruh terhadap sistem secara berdampingan, dan melakukan benchmarking,” kata Hassabis.
Google menjalankan 32 tolak ukur untuk membandingkan kedua model, mulai dari tes keseluruhan yang luas seperti tolak ukur Pemahaman Bahasa Multi-tugas hingga tes yang membandingkan kemampuan kedua model untuk menghasilkan kode Python.
“Saya rasa kami secara substansial unggul dalam 30 dari 32 tolok ukur tersebut. Beberapa di antaranya sangat sempit. Beberapa di antaranya lebih besar,” kata Hassabis.
(lom/dmi)
[Gambas:Video CNN]