Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap gempa yang mengguncang Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dipicu oleh sesar aktif yang belum terpetakan.
“Gempa Mag. 4,5 di Kotawaringin Timur, Kalimantan ini merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan,” ungkap Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, dalam kicauanya di X, Senin (30/10).
Sebelumnya, gempa dengan kekuatan Magnitudo (M) 4,7 terjadi di 32 kilometer sebelah tenggara Kotawaringin Timur, Kalteng, Senin (30/10) pukul 01.21 WIB. Pusat gempa ada pada kedalaman 10 kilometer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Twitter]
Daryono pun menduga sesar aktif di Kalteng itu sudah ada sejak lama dan selama itu menyimpan energinya.
“Kalau sampe memicu gempa Mag. 4,5 artinya sumber gempa sesar aktif tsb memang sudah ada di Kab Kotawaringin Kalteng sejak lama, hny sekarang saja baru rilis energi gempa,” jelas dia.
Memangnya berapa banyak sesar aktif di Kalimantan?
Dikutip dari kajian berjudul ‘Study Seismotectonic Around Kalimantan Island Using Likelihood Method’, para peneliti di Jurusan Ilmu Bumi Fakultas Geologi Universitas Padjadjaran, 2021, Kalimantan memiliki tiga sesar aktif.
Yakni, Sesar Meratus di Kalimantan Selatan, Sesar Mangkalihat di Kalimantan Timur, dan Sesar Tarakan di Kalimantan Utara.
Pertama, Sesar Tarakan terletak di bagian utara bagian dari Pulau Kalimantan, terbentang dari daratan ke laut lepas di bagian barat laut Sulawesi.
Kedua, Sesar Meratus, yang merupakan sesar naik yang ditemukan di selatan Kalimantan.
Ketiga, Sesar Mangkalihat, yang adalah sesar peralihan, ditemukan di pantai timur Pulau Kalimantan dan terlihat bergabung dengan Sesar Palu Koro di barat laut-utara Sulawesi.
Sejumlah studi sebelumnya (Hamilton, 1979; Moss dan Chamber, 1999; Aula dan Nichols, 2002; Simons, dkk. 2007; Hutchison, 2007), mengungkap beberapa sesar lain di Kalimantan, seperti Sesar Adang di Kalbar, Sesar Tinjia di Sarawak, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, dan Patahan Paternoster di Selat Makassar.
Sejumlah gempa bumi berkekuatan besar pun pernah terekam, termasuk gempa di Ranau dengan M 6 pada 5 Juni 2015; gempa M 6,1 di Tarakan pada 21 Desember 2015; gempa M 5,7 di timur laut Tarakan, dan gempa M 4,2 di Katingan 12 Juli 2018.
“Gempa-gempa di atas menyebabkan kerugian yang membahayakan infrastruktur untuk merenggut nyawa dari penduduk sekitarnya,” tulis para peneliti.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sempat mengungkap Pulau Kalimantan memang punya struktur sesar atau patahan. Namun, Kalimantan tetap satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.
“Meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, tetapi secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar,” urainya, dikutip dari siaran pers, Sabtu (24/8/2019).
[Gambas:Video CNN]
(tim/arh)