El Nino Tak Melulu Bikin Kekeringan, Cek Beda Efek di Banyak Negara


Jakarta, CNN Indonesia —

El Nino tak cuma memicu kekeringan seperti di Indonesia. Ilmuwan mengungkap anomali iklim yang berpusat di Samudera Pasifik itu bisa berdampak sebaliknya di belahan Bumi berbeda. Apa sebabnya?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino 2023 mulai terpantau muncul signifikan pada Juli dan masih terus berkembang hingga kini.

Terbaru, kondisi El Nino masih masuk level moderat meski musim hujan mulai datang di banyak wilayah RI. Southern Oscillation index (SOI) -6,9, dan Indeks NINO 3.4 +1,64.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya, Indonesia bagian selatan khatulistiwa dilanda kekeringan. Rote Ndao dan Sumba Timur, NTT, pun memecahkan rekor hari tanpa hujan terlama, yakni 176 hari per Oktober.

Meski demikian, efek El Nino ini nyatanya tak cuma kekeringan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) menyebut El Nino memicu iklim di sebagian AS.

“El Nino dapat menyebabkan kondisi yang lebih basah di wilayah barat daya AS dan kekeringan di wilayah Pasifik bagian barat, termasuk Indonesia,” ungkap NASA dalam keterangannya.

El Nino sendiri, bersama pasangannya La Nina, sama-sama masuk dalam El Niño-Southern Oscillation (ENSO). Yakni, pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu perairan di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur.

Josh Willis, ilmuwan di proyek Sentinel-6 Michael Freilich di Jet Propulsion Laboratory NASA, California, AS, mengungkap El Nino bermula saat perairan menghangat dan memicu kenaikan air laut.

“Air mengembang saat memanas, sehingga permukaan laut cenderung lebih tinggi di tempat yang airnya lebih hangat,” menurut keterangan NASA.

“El Nino ditandai dengan permukaan air laut yang lebih tinggi dari normal level lautan dan lebih hangat dari rata-rata suhu lautan sepanjang Pasifik bagian khatulistiwa.”

Efek jetstream

Badan Atmosfer dan Kelautan AS (NOAA) menjelaskan perbedaan efek El Nino ini terkait dengan posisi air yang lebih hangat tersebut.

“Ketika posisi air hangat di sepanjang khatulistiwa bergeser bolak-balik melintasi Samudra Pasifik, wilayah dengan penguapan air terbesar ke atmosfer juga ikut bergeser.”

Hal ini berdampak besar pada posisi rata-rata aliran udara cepat di atmosfer (jetstream) yang memengaruhi jalur yang dilalui daerah bertekanan rendah, yang disebut jalur badai.

Saat El Nino, posisi jetstream menunjukkan penurunan di Pasifik sebelah timur. Semakin kuat El Nino, semakin jauh ke timur di Pasifik Timur terjadi penurunan jetstream.

Sebaliknya, selama La Nina, yang biasanya memicu hujan lebat di Indonesia, penurunan jetstream ini bergeser ke barat dari posisi normalnya menuju Pasifik Tengah.

Posisi penurunan jetstream, yang disebut palung, dapat berdampak besar pada jenis cuaca yang dialami. El Nino yang sangat kuat akan menyebabkan palung bergeser lebih jauh ke selatan.

Efek ini pun berbeda pada tiap periodenya.

Untuk lebih lengkapnya, NOAA mengungkap rincian beda efek El Nino di tiap negara berdasarkan periode normal kemunculannya:

Efek El Nino dari bulan Desember hingga Februari

  • Basah dan Hangat (Wet and Warm): sebagian besar Samudera Pasifik Utara dan wilayah negara Ekuador.
  • Basah dan Dingin (Wet and Cool): sebagian kecil wilayah Amerika Serikat dan Meksiko.
  • Basah (Wet): sebagian besar Uganda, sebagian kecil Kenya, dan Tanzania, sebagian kecil Brazil, sebagian besar Argentina dan Uruguay.
  • Hangat (Warm): satu per tiga wilayah Brazil, sebagian besar Kanada, separuh Jepang, sebagian besar Korea Utara dan Korea Selatan, sebagian kecil Australia, dan sebagian besar India, Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Laos.
  • Kering (Dry): sebagian kecil Indonesia (Papua), seluruh Papua Nugini, dan sebagian kecil Australia.
  • Kering dan Hangat (Dry and Warm): mayoritas Indonesia, seluruh wilayah Madagascar, Zimbabwe, Afrika Selatan, dan Zambia.

Efek El Nino dari bulan Juni hingga Agustus

  • Basah (Wet): sebagian kecil Amerika Serikat, sebagian kecil Chile, dan Samudra Pasifik Utara.
  • Kering dan Dingin (Dry and Cool): sebagian kecil Australia dan New Zealand.
  • Hangat (Warm): satu per tiga wilayah Brazil, sebagian kecil Chile dan Peru.
  • Kering (Dry): sebagian besar Indonesia, mayoritas Australia, dan sebagian besar India.
  • Kering dan Hangat (Dry and Warm): sebagian kecil Columbia dan Venezuela, sebagian besar Costa Rica dan Panama.

Efek La Nina dari bulan Desember hingga Februari

  • Basah dan Dingin (Wet and Cool): sebagian besar Madagaskar, mayoritas Afrika Selatan, Botswana, dan Zimbabwe.
  • Basah (Wet): seluruh wilayah Indonesia, semua Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina, sebagian kecil Brazil, dan sebagian kecil Amerika Serikat.
  • Kering (Dry): sebagian besar Tanzania dan Kenya.
  • Kering dan Hangat (Dry and Warm): sebagian kecil Amerika Serikat dan Meksiko.
  • Kering dan Dingin (Dry and Cool): sebagian kecil Samudera Pasifik Utara.
  • Dingin (Cool): sebagian kecil Brazil, sebagian kecil Amerika Serikat, nyaris separuh Canada, sebagian kecil Alaska, seluruh Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara, sebagian wilayah Cote De’Ivore, Mali, dan Ghana.

Efek La Nina dari bulan Juni hingga Agustus

  • Basah (Wet): sebagian besar Indonesia dan sebagian kecil Australia.
  • Basah dan Dingin (Wet and Cool): sebagian kecil Columbia, Venezuela, dan Panama, sebagian besar Indonesia, sebagian India.
  • Dingin (Cool): sebagian besar Indonesia, Malaysia, Brunei Darusalam, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, dan sebagian kecil Cina.
  • Hangat (Warm): sebagian Papua Nugini. satu per tiga wilayah Australia, dan sebagian kecil New Zealand.
  • Kering (Dry): sebagian kecil Argentina dan Uruguay.

[Gambas:Video CNN]

(rfi/arh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *