Dini Hari-Pagi Tinggi, Sore Turun


Jakarta, CNN Indonesia —

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan penyebab siklus polusi udara harian tinggi di dini hari dan pagi serta mulai turun sore hari.

Salah satu indikator utama polusi udara adalah kandungan PM2.5 atau polutan, baik dari asap kendaraan bermotor maupun industri, yang ukurannya lebih kecil dari 2,5 mikron.

Fachri Radjab, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, mengungkapkan siklus semacam ini terkait dengan karapatan massa udara.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Dalam siklus harian, konsentrasi PM2.5 cenderung lebih tinggi lepas malam hari hingga menjelang pagi hari, dikarenakan saat malam hari udara lebih rapat karena massa udara yg turun dan membawa serta polutannya,” ujarnya, dalam keterangan resmi kepada CNNIndonesia.com, Senin (28/8).

Sementara, tingginya PM2.5 pada pagi hari terkait dengan aktivitas masyarakat.

“Selepas pagi hari, tingginya aktifitas masyarakat menyebabkan konsentrasi PM2.5 tetap tinggi hingga perlahan turun menjelang sore hari,” ujar dia.

Kenapa sore malah turun polusinya, sementara warga pulang kantor masih bikin macet jalanan?

“Pada sore hari, kondisi atmosfer sudah hangat, polutan lebih terangkat ke atas,” jelas Fachri.

Peran inversi

Ia menjelaskan ada faktor lainnya yang berperan dalam hal kepekatan polusi terutama pada pagi hari.

“Kontributor lainnya terhadap tingginya konsentrasi polutan adalah adanya lapisan inversi,” kata dia.

Lapisan inversi ini, dikutip dari Arizona Departement of Environtmental Quality, merepresentasikan lapisan atmosfer yang suhunya semakin tinggi makin panas.

Fenomena ini terjadi ketika lapisan udara dingin terperangkap di dekat permukaan tanah oleh lapisan udara hangat di atas permukaan. Ketika udara tidak bisa naik, polusi menumpuk di dekat permukaan tanah, menyebabkan konsentrasi polutan lebih tinggi.

Fachri mencontohkannya dengan data radiosonde pada 15 Agustus 2023 pukul 07.00 WIB. Saat itu, terlihat lapisan inversi sekitar ketinggian 1500-2.000 meter di Jakarta.

“Sehingga dapat memberikan dampak terhadap terperangkapnya polutan di ketinggian tersebut dan tingginya konsentrasi partikulat di permukaan pada pagi hari,” jelasnya.

Hal lain yang memengaruhi polutan terperangkap adalah lemahnya angin di ketinggian. “Di ketinggian tersebut, angin juga lemah, hanya 10 knot (5m/detik),” imbuh Fachri.

Siklus polusi

Berikut contoh siklus PM2.5 di Jakarta yang dikutip dari data IQAir.

Senin (28/8): 

06.00 56,1 µg/m³ (Unhealthy)
07.00 58,5 (Unhealthy)
08.00 57 (Unhealthy)
09.00 70,9 (Unhealthy)
10.00 84,5 (Unhealthy)
11.00 70,2 (Unhealthy)
12.00 61,3 (Unhealthy)
13.00 50 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
14.00 45 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
15.00 37,5 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
16.00 41 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
17.00 41 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
18.00 43 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
19.00 43 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
20.00 37 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
21.00 39 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
22.00 40 (Unhealthy fo Sensitive Groups)
23.00 58,1 (Unhealthy)

Selasa (29/8):

12.00 71,9 (Unhealthy)
01.00 70 (Unhealthy)
02.00 79,9 (Unhealthy)
03.00 82,4 (Unhealthy)
04.00 84 (Unhealthy)
05.00 167 (Unhealthy) 

(lom/arh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *