Jakarta, CNN Indonesia —
Sebuah investigasi mengungkapkan miliarder Elon Musk berbohong soal kondisi monyet yang jadi kelinci percobaan penanaman chip di otak oleh perusahaannya, Neuralink.
Hal itu terungkap dalam sebuah laporan di hari yang sama saat Elon Musk mengumumkan perusahaan perangkat implan otaknya, Neuralink, sedang mempersiapkan uji coba pertama pada manusia.
Sumbernya adalah mantan karyawan Neuralink. Ia mengungkap informasi baru soal kondisi brutal yang dialami oleh monyet percobaan Neuralink sebelum disuntik mati.
[Gambas:Twitter]
Penyelidikan sebelumnya telah dilakukan terkait potensi pelanggaran kesejahteraan hewan di perusahaan tersebut. Namun, masalah ini kembali menjadi sorotan setelah Musk mengklaim bahwa tidak ada monyet yang mati akibat implan Neuralink.
“Tidak ada monyet yang mati akibat implan Neuralink,” kata Musk dalam sebuah unggahan di X mengenai implan otak, 10 September.
Musk mengklaim bahwa pihaknya memilih monyet terminal (sudah hampir mati) untuk meminimalkan risiko pada monyet yang sehat.
Sepuluh hari kemudian, Musk membagikan postingan di Neuralink tentang bagaimana perusahaan akan segera melakukan uji coba pada manusia.
“Kami dengan senang hati mengumumkan bahwa perekrutan telah dibuka untuk uji klinis pertama pada manusia!” kicau akun resmi Neuralink di X.
Musk, yang juga pemilik X alias Twitter, menambahkan komentarnya bahwa “Pasien manusia pertama akan segera menerima perangkat Neuralink.”
Ia menindaklanjuti dalam sebuah posting di X pada Rabu yang menjelaskan potensi manfaat implan chip itu, termasuk bagi mereka yang menderita gangguan saraf otak seperti yang dialami ilmuwan besar Stephen Hawking.
“Bayangkan jika Stephen Hawking punya ini,” lanjut Musk.
Hawking sendiri menderita Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig. Ia mengalami degenerasi saraf motorik di otak mengganggu pengiriman pesan ke otot-otot di tubuh. Efeknya, kelumpuhan total.
Dikutip dari Mashable, beberapa jam setelah klaim itu, Wired menerbitkan laporan baru yang merinci kondisi penyiksaan yang dialami monyet-monyet percobaan sebelum kematian mereka.
Berdasarkan laporan investigasi Wired, catatan menunjukkan bahwa seekor monyet disuntik mati pada Maret 2019 setelah kesehatannya menurun dalam beberapa bulan setelah implan chip Neuralink.
Sebuah laporan menemukan bahwa otak monyet tersebut mengalami pendarahan dan implan meninggalkan “bagian korteks serebralnya yang compang-camping.”
Menurut laporan tersebut, masalah dimulai pada hari-hari setelah implan dipasang, ketika monyet mulai mendorong kepalanya ke lantai, yang menandakan bahwa ia kesakitan.
Monyet itu juga mencakar-cakar implan, tanda lain dari ketidaknyamanan hewan tersebut. Akhirnya, monyet tersebut kehilangan koordinasi dan bergetar tak terkendali di sekitar pekerja Neuralink.
Seekor monyet yang menerima implan Neuralink pada Desember 2019 telah di-eutanasia (suntik mati) setelah bagian dari alat tersebut ‘putus’ selama operasi.
Perusahaan mencoba melakukan operasi lain untuk memperbaiki masalah ini. Namun, mereka menemukan infeksi jamur dan bakteri yang tidak dapat mereka bersihkan karena implan menghalangi area yang terinfeksi.
Sementara, monyet lainnya juga disuntik mati beberapa bulan kemudian setelah implan tengkoraknya lepas.
Selain itu, laporan tersebut juga memuat komentar dari mantan karyawan Neuralink serta seorang peneliti yang mengetahui tentang tes tersebut. Keduanya membantah klaim Musk tentang monyet-monyet tersebut sakit parah sebelum implan Neuralink.
Mantan karyawan itu menyebut klaim Musk ‘konyol’ dan mengatakan bahwa monyet-monyet tersebut harus menjalani pelatihan perilaku selama satu tahun sebelum implan.
(can/arh)