Jakarta, CNBC Indonesia – Facebook adalah platform media sosial yang paling banyak menjadi sumber hoaks soal Pemilu 2024.
Data tersebut didapatkan dari laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), serta pemetaan hoaks dari Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo).
Menurut data Statistik Persebaran Hoaks Pemilu Kominfo, sepanjang periode 17 Juli sampai 26 November 2023, pengajuan takedown sebaran hoaks pemilu di Facebook mencapai 312, sementara yang sudah ditindaklanjuti (take down) sebanyak 274, dan yang sedang ditindaklanjuti ada 38 laporan.
Sementara dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa Tim Pemeriksaan Fakta Mafindo, menemukan 67 hoaks selama dua minggu pertama (1-15) November 2023.
Isu politik tetap menjadi yang paling populer (lebih dari 73%) dibanding isu lain. Selain diwarnai oleh dinamika menjelang Pemilu 2024, hoaks politik juga banyak menyoroti konflik yang terjadi antar Palestina dan Israel.
Dari data tersebut, Facebook menjadi platform tertinggi penyebaran hoaks dengan ditemukan 32 kasus. Preferensi terhadap Facebook yang hampir mendekati 48%, menunjukan ketergantungan pengguna pada jejaring sosial yang sudah mapan untuk menyebarkan misinformasi.
Selain itu, adanya fitur grup Facebook memungkinkan pengguna dengan minat yang sama untuk berkelompok, menciptakan ruang informasi yang salah dapat menyebar dengan cepat. Algoritma Facebook yang bisa memberi like atau suka, berbagi, dan komentar, pada konten menghasilkan keterlibatan tinggi pada persebaran konten.
“Konten yang sensasional atau kontroversial, termasuk hoaks, sering kali mendapat interaksi yang tinggi, sehingga meningkatkan jangkauannya,” tulis laporan Mafindo.
Di Facebook, hubungan sosial adalah hal yang terpenting, kepercayaan ini dapat menyebabkan penerimaan dan penyebaran informasi yang salah secara tidak kritis. Apalagi orang cenderung mempercayai informasi yang dibagikan teman dan keluarga.
Lebih lanjut, ada sedikit perbedaan dari laporan Kominfo dan Mafindo soal temuan konten hoaks terkait Pemilu.
Di Kominfo, TikTok menempati posisi kedua pengajuan takedown hoaks Pemilu terbanyak dengan 21 konten yang diajukan. Dilanjutkan dengan YouTube 17 konten, Twitter 3, dan Snack Video sebanyak 2 konten.
Sementara Mafindo, posisi kedua ditempati oleh Twitter dengan 15 konten, TikTok 9 konten, YouTube dan Instagram sama-sama 4 konten, dan media online 2 konten.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Kirim Emoji Jempol, Petani Kena Denda Rp 935 Juta
(dem)