Daftar Daerah Penyumbang Polusi Udara ke Jakarta


Jakarta, CNN Indonesia —

Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) mengungkapkan salah satu pemicu utama pekatnya polusi udara di DKI Jakarta, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), berada di di kota-kota penyangga atau daerah sekitar. Berikut daftarnya.

Berdasarkan data situs pemantau kualita sudara IQAir Senin (11/9) pukul 07.00 WIB, Jakarta memiliki indeks kualitas udara (AQI) 154 dengan kadar PM2.5 61,3µg/m³ (Unhealthy).

Angka ini menjadikannya berada di peringkat delapan nasional dan peringkat tiga global. Juara dunia dipegang Johannesburg, Afrika Selatan (AQI 169); sementara juara nasional adalah Sampit, Kalteng (184).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta 2020, sumber polusi Jakarta antara lain:

1. Transportasi (67,04 persen)
2. Industri (26,8 persen)
3. Pembangkit listrik (5,7 persen)
4. Perumahan (0,42 persen)
5. Komersial (0,02 persen)

Menurut studi CREA, polusi udara Jakarta tak cuma PM2.5. Namun, ada pula emisi polutan lain yang diubah menjadi partikel PM2.5 di udara, seperti emisi SO2 (sulfur dioksida) dan NOx(nitrogen oksida).

CREA mengungkap sektor ketenagalistrikan (PLTU) menjadi sumber emisi SO2 yang dominan (93 persen), dan transportasi menjadi sumber emisi NOx terbesar (56 persen), disusul oleh sektor ketenagalistrikan dan industri.

Emisi dari luar kota itu bisa dibawa oleh angin hingga ke Jakarta.

Berdasarkan kajian lembaga nirlaba ini, Jakarta kini dikelilingi selusin PLTU batu bara dalam jarak sekitar 100 kilometer.

“Jakarta dikelilingi selusin pembangkit listrik tenaga batu bara besar dalam jarak 100 kilometer. CREA telah memodelkan kontribusi pembangkit listrik tenaga batubara di sekitar Jakarta dengan menggunakan model HYSPLIT,” menurut keterangan CREA, dikutip Rabu (30/8).

CREA menyebutkan model ini mampu menggunakan data cuaca mendekati waktu sesungguhnya, sehingga memungkinkan penilaian terhadap sumber polusi udara yang terjadi.

Pengukuran PM2.5 setiap jam dari stasiun pemantauan Kedutaan Besar AS di Jakarta Pusat telah menunjukkan korelasi yang kuat dengan model asap pembangkit listrik tenaga batubara yang mencapai lokasi tersebut.

Dalam kajiannya, CREA menyebut perkiraan kontribusi emisi PLTU terhadap konsentrasi PM2.5 harian yang diukur di Jakarta Pusat antara bulan Juli dan Agustus 2023 bervariasi antara 2 hingga 12 µg/m3, dengan rata-rata 4 µg/m3.

Porsi PLTU dalam total tingkat PM2.5 diperkirakan mencapai 5 hingga 31 persen, dengan kontribusi rata-rata sebesar 9 persen.

Masing-masing pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kontribusi rata-rata terbesar terhadap tingkat polusi di Jakarta selama periode ini adalah Indramayu, Cilacap, dan Cikarang Babelan.

CREA dalam kajiannya menyebutkan setidaknya ada 11 PLTU yang berkontribusi terhadap polusi PM2.5 di Jakarta.

Yakni, PLTU Cikarang Babelan, PLTU Indramayu, PLTU Cilacap, PLTU Lontar, PLTU Cirebon, PLTU FAJAR, PLTU Pindi Deli II, PLTU Purwakarta Indorama, PLTU DSS Serang, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Labuan.

“Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh CREA menemukan bahwa polusi dari pembangkit listrik tenaga batu bara dalam jarak 100 km dari Kota Jakarta bertanggung jawab atas sekitar 2.500 kematian dini akibat polusi udara per tahun di Jakarta, yang menyebabkan kerugian sebesar Rp5,1 triliun per tahun,” kata CREA.

Sementara itu, dalam analisis terbaru yang dilakukan oleh CREA dan Institute for Essential Services Reform (IESR) menghitung besarnya kematian tahunan yang terkait dengan polusi udara dari pembangkit listrik tenaga batu bara di tingkat provinsi.

Jakarta berada di peringkat keempat tertinggi secara nasional dengan lebih dari 1.600 kematian tahunan, dengan provinsi tetangga terdekat yaitu Jawa Barat menjadi provinsi yang paling terkena dampak secara nasional dengan lebih dari 4.000 kematian tahunan, dan Banten dengan sekitar 2.000 kematian per tahun.

Versi KLHK

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebelumnya bersikeras penyebab polusi udara di Jakarta bukan karena dampak dari keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di sekitarnya, terutama di Suralaya, Banten.

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro mengklaim hal tersebut dibuktikan dengan hasil satelit Sentinel-5P yang memuat informasi sebaran tropospheric column density untuk beberapa gas termasuk gas nitrogen dioksida (NO2).

Dalam gambar satelit yang Sigit tampilkan, emisi di sekitar PLTU Suralaya tidak menunjukkan penyebaran ke Jakarta. Dia mengatakan hal itu terjadi lantaran angin bertiup ke arah Selat Sunda.

“Kita juga melakukan studi untuk PLTU, juga untuk menjawab apakah PLTU masuk ke Jakarta atau tidak. Sudah terkonfirmasi, bahwa sebagian besar masuk ke Selat Sunda, tidak ke arah ke Jakarta,” kata Sigit beberapa waktu lalu.

Menurutnya, penyebab kualitas udara buruk di Jakarta lebih banyak karena faktor lokal. Salah satunya karena masifnya penggunaan transportasi pribadi seperti motor.

Dalam data yang dipaparkannya, penyumbang emisi terbanyak yakni 44 persen dari transportasi. Kemudian, Sektor industri energi 25,17 persen, manufaktur industri 10 persen, perumahan 14 persen dan komersial 1 persen.

Sementara itu, kata Sigit, data tahun 2018-2022 menunjukkan ada 24,5 juta kendaraan bermotor teregistrasi di DKI. Sebanyak 78 persennya sepeda motor. Pertumbuhannya per tahun dari 2018 sampai 2022 5,7 persen.

“Jadi sebetulnya ini mengonfirmasi sebetulnya ini [polusi di Jakarta] sifatnya lokal, tidak ada yang dari Suralaya ke Jakarta,” tuturnya.

[Gambas:Video CNN]

(tim/dmi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *