ChatGPT Bawa Bencana, 5 Jawaban Habiskan Sebotol Air Mineral

Jakarta, CNBC Indonesia – Dampak dari pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) bukan hanya seputar pekerjaan yang hilang atau maraknya penyebaran disinformasi. AI ternyata juga berimbas pada lingkungan.

Untuk menjalankan AI, dibutuhkan banyak server. Tak cuma mengambil banyak daya listrik, tetapi juga butuh sumber air yang berlimpah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Raksasa teknologi seperti Google, Microsoft, dan OpenAI (ChatGPT), keluar duit banyak untuk membeli semikonduktor super mahal. Selain itu, konsumsi air mereka juga membludak.

Sebab, komputasi AI membutuhkan listrik dalam jumlah besar yang menghasilkan panas. Agar tetap dingin, data center perlu air yang diletakkan di luar gedung warehouse mereka.

Dalam laporan terakhir, Microsoft mengaku konsumsi airnya naik 34% dari 2021 ke 2022. Persentase itu setara 1,7 miliar galon atau lebih dari 2.500 kolam berukuran Olimpiade, dikutip dari AP, Senin (11/9/2023).

“Pertumbuhan konsumsi ini mayoritas karena AI. Termasuk juga investasi gila-gilaan Microsoft ke OpenAI,” kata Shaolei Ren, peneliti dari University of California.

Ren diketahui sedang berupaya menghitung dampak lingkungan dari layanan generative AI semacam ChatGPT, Google Bard, dkk.

Dalam studinya, Ren memprediksi ChatGPT menghabiskan 500 ml air (setara botol air mineral ukuran sedang), setiap kali pengguna melontarkan 5-50 pertanyaan.

Kisarannya tergantung beberapa faktor, seperti lokasi server dan musim yang berlangsung. Estimasi ini termasuk konsumsi air secara tak langsung yang tak diukur oleh raksasa teknologi. Misalnya air untuk mendinginkan fasilitas energi yang menyuplai listrik ke data center.

“Banyak orang tak paham soal sumber daya yang digunakan di balik ChatGPT,” kata Ren.

“Jika kita tak paham penggunaan sumber dayanya, maka tak ada cara kita bisa melestarika sumber daya,” ia menuturkan.

Di sisi lain, Google juga melaporkan penambahan konsumsi air sebanyak 20% pada periode yang sama dengan Microsoft. Ren juga mengindikasikan peningkatan ini berkat AI.

“Kami akan terus mengawasi emisi yang kami hasilkan, serta meningkatkan penggunaan energi bersih untuk menjalankan data center kami,” kata Microsoft dalam keterangan resminya.

“Kami menyadari large model (penyokong generative AI) bisa menguras sumber daya dan air. Kami akan terus meningkatkan efisiensi,” tertulis dalam keterangannya.

Konsumsi air berlebihan yang dibutuhkan untuk pengembangan AI ini terjadi ketika beberapa belahan Bumi dilanda kekeringan. Bahkan, kekeringan ini sudah terasa imbasnya dengan kelangkaan beberapa pangan.

Ada dua faktor yang disebut-sebut sebagai penyebab kekeringan, yakni perubahan iklim termasuk pola El Nino dan La Nina, serta Feedback Loops.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Warga RI Bisa Pakai Google Bard Gratis, Ga Usah Bayar ChatGPT

(fab/fab)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *