Apakah Nyamuk Wolbachia Berbahaya Bagi Manusia?


Jakarta, CNN Indonesia —

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebar nyamuk Wolbachia untuk menekan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di lima kota Indonesia. Lalu, apakah nyamuk ini berbahaya bagi manusia seperti yang dikhawatirkan masyarakat umum?

Peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut nyamuk Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia. Nyamuk ini malah membantu menekan penularan virus demam berdarah.

Peneliti Pusat kedokteran Tropis UGM sekaligus anggota peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta Riris Andono Ahmad mengatakan Wolbachia tidak menginfeksi manusia dan tidak terjadi transmisi horizontal terhadap spesies lain bahkan Wolbachia tidak mencemari lingkungan biotik dan abiotik.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan tersebut disampaikan Riris usai terjadi pro kontra terkait rencana penyebaran jutaan telur nyamuk Wolbachia di Kabupaten Buleleng dan kota Denpasar, Bali dalam rangka mengantisipasi penyebaran Demam Berdarah Dengue di masa musim penghujan mendatang.

Menurutnya, hal serupa juga terjadi di Yogyakarta ketika nyamuk ini akan dilepas di beberapa lokasi di kota tersebut. Namun, pro kontra hilang usai dilakukan sosialisasi, dan program tersebut mendapat dukungan dari pemerintah kota dan kabupaten.

Pasalnya, Riris mengatakan pelepasaan jutaan telur nyamuk Wolbachia di populasi nyamuk Aedes aegypti, berpotensi untuk menekan penularan virus dengue atau DBD. Sebab, melepaskan nyamuk ber-Wolbachia jantan dan betina dalam waktu sekitar enam bulan agar sebagian besar nyamuk di populasi memiliki Wolbachia.

“Diharapkan nantinya dapat menurunkan penularan virus dengue” katanya pada Jumat (17/11), dikutip dari laman UGM.

Yogyakarta menjadi tempat studi pertama Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED).

Hasil studi AWED menunjukkan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menurunkan kasus dengue sebesar 77.1 persen dan menurunkan kasus rawat inap karena dengue sebesar 86 persen.

Hasil studi tersebut dan hasil di beberapa negara lain yang menerapkan teknologi WMP bahkan menunjukkan teknologi Wolbachia untuk pengendalian Dengue telah direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group sejak 2021.

Wolbachia adalah bakteri alami dari serangga. Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue.

Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri. Dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus tidak dapat berkembang biak.

Dalam sebuah diskusi daring, Riris juga mengatakan tidak ada yang berubah dari nyamuk dengan bakteri Wolbachia dan nyamuk biasa, sehingga dampak gigitannya sama saja.

“Tidak ada yang berubah dari nyamuknya. Nyamuknya tidak menjadi nyamuk bionik, nyamuk transgenik. Yang terjadi adalah semacam blocking mekanik sehingga memang pada akhirnya dampak dari gigitan nyamuk ya sama saja,” kata Riris, mengutip Antara.

Efek gatal gigitan nyamuk ber-Wlobachia masih sama dengan nyamuk Aedes aegypti umumnya, namun ia tak lagi menularkan virus dengue.

Riris juga membantah anggapan terkait bisa atau bakteri dalam tubuh nyamuk berpindah ke serangga lain, hewan atau manusia. Menurut dia bakteri Wolbachia hanya bisa tinggal di dalam sel tubuh serangga sehingga begitu keluar dari sel tubuh serangga maka bakteri itu akan mati.

“Misalnya ludah, ludah bukan sel jadi dia (bakteri) tidak akan bisa ada di ludah nyamuk. Ada mungkin di sel kelenjar ludahnya tetapi bakteri tidak bisa keluar dari sel sehingga ketika nyamuk menggigit manusia dia tidak bisa ditularkan ke manusia atau tempat lain,” kata Riris.




Fakta dan Rekam Jejak DBD di Indonesia (Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen)



Penjelasan soal tak ada kaitan dengan radang otak di halaman berikutnya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *